Di hari yang cerah seperti ini entah kenapa begitu membuat seorang Lenna begitu bersemangat untuk mengisi perutnya bersama dengan sahabatnya yang satu ini, berbeda dengan Shil yang merasa terheran dengan tingkah sahabatnya.
"Shil, di sini enak juga ya, kita cari tempat aja yuk!" ujarnya kepada gadis itu. "Lo kenapa sih diem mulu perasaan."
Lenna benar-benar merasa bingung melihat Shil yang sepanjang jalan menuju ke sini masih saja diam tanpa suara sehingga membuatnya menjadi kesal sendiri lantaran hanya ia yang begitu bersemangat, tetapi tidak dengan gadis itu kepada dirinya.
"Lele," panggilnya kepada seorang gadis yang berada disampingnya itu. "Aku balik lagi aja ya."
"Lho, gak bisa gitu dong, ga bisa!" ujar Lenna dengan kerutan dikeningnya. "Kita udah sampe kantin masa gak makan sih, jahat banget lo."
"Tapi 'kan yang laper Lele, bukan aku 'kan?"
Bertepatan dengan itu sebuah suara yang berasal dari perut Shil pun berbunyi membuat seseorang yang berada dihadapannya tersebut langsung terkekeh seketika.
"Oh, gitu ya?" ujarnya pelan. "Kalau gitu gue duluan ya, bye!"
"Eh, Lele, tunggu!!!" teriak Shil yang kesal terhadap sahabatnya itu. "Lele tunggu, aku juga pengen makan!"
Pada akhirnya mereka pun berlari saling kejar-mengejar membuat semua orang yang berada dikantin langsung memusatkan perhatiannya kepada sepasang sahabatnya yang satu ini.
Hingga dimana Shil merasa kelelahan dengan kedua tangan yang bertumpu kepada lutusnya, sedangkan Lenna, gadis itu langsung menghentikan larinya saat melihat sahabatnya tersebut yang membungkukkan sedikit tubuhnya di sana.
"Haduh, capek banget," guma Shil dengan keringat yang keluar dari pelipisnya itu. "Lele jangan lari-larian kenapa?!"
Kini gadis itu mendongak dengan kedua tangan yang berkacak pinggang karena kesal terhadap sahabatnya itu.
Sementara Lenna yang mendengarnya pun langsung terkekeh sesaat sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali berkata.
"Haha, masa gitu aja capek sih?" ujarnya dengan senyum bahagianya. "Semangat dong, gak biasanya seorang Shil kaya gini tahu gak?"
"Tapi ini beneran capek, Lele." Shil memalingkan wajahnya kearah lain dengan ekspresi yang begitu terlihat jelas bahwa gadis itu sedang kesal.
Lenna langsung menghela nafas setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh sahabatnya itu sehingga membuat seseorang sepertinya menjadi overthinking.
"Ya udah, ayo kita cari tempat duduk aja."
"Ayok," ujar Shil yang kini menganggukkan kepalanya. "Aku tahu dimana tempatnya."
"Di mana?!" ujar Lenna yang begitu sangat antusias dengan hal tersebut.
Setelah itu keduanya pun telah sampai dimana akhirnya Lenna dan Shil bisa mendudukkan dirinya di sana.
"Lo mau pesen apa?" tanya Lenna yang saat ini berdiri kembali, sedangkan Shil hanya bisa diam sembari memperhatikannya.
"Apa aja deh," ujar Shil. "Lele mau ke mana emang?"
"Kan mau pesen makannya, gimana sih?!"
"Oh," sahut Shil. "Ya udah deh."
Mendengar itu Lenna langsung menghela nafas lalu menggelengkan kepalanya sebelum akhirnya gadis tersebut benar-benar pergi meninggalkan sahabatnya seorang diri yang saat ini sedang duduk menunggunya dengan ponsel yang saat ini berada dalam genggamannya.
Setelah kepergian sahabatanya itu saat ini Shil merasa kebosanan, maka dari itu ia langsung membuka ponselnya dan melihat media sosial seperti biasanya sembari dirinya menunggu Lenna yang belum juga kunjung kembali.
Ketika sedang asyik memainkan ponselnya tiba-tiba saja muncul sebuah notifikasi yang membuat gadis itu benar-benar tekejut. Bahkan yang lebih membuatnya khawatir adalah bahwa si pengirim pesan adalah orang yang sama yang baru mengancamnya kemarin.
Hal itu membuat Shil merasa tidak nyaman lantaran si pengirim pesan tersebut mengirimkan sebuah foto dimana di sana terdapat dirinya yang sedang bermain ponsel seorang diri membuat gadis tersebut langsung melihat sekitar.
"Duh, Lele kenapa lama banget sih?!" gumamnya khawatir. "Aku 'kan jadi takut sendirian di sini."
Shil menggigit jarinya tapa sadar hingga membuatnya sedikit berdarah sehingga membuat seseorang yang baru saja datang menghampiri meja tersebut pun langsung terkejut ketika melihatnya.
"Astaga Shil, lo itu kenapa?!" ujar gadis itu dengan terkejut. "Jempol lo berdarah, kenapa sih pake digigit segala?!"
Lenna yang sedang khawatir pun dikejutkan dengan tindakan dari sahabatnya itu yang saat ini langsung memeluknya secara tiba-tiba.
Tentu hal tersebut membuatnya berasumsi yang tidak-tidak, seperti telah terjadi sesuatu kepada sahabatnya itu saat ia meninggalkan Shil seorang diri karena dirinya yang harus memesan makanannya.
"Shil, lo kenapa?" tanyanya kepada gadis itu yang saat ini masih berdiri, sedangkan sahabatnya itu memeluknya dengan begitu erat dengan posisi yang masih duduk. "Cerita sama gue, ada apa? Si peneror itu kirim pesan lagi, hm? Atau apa, ayo cerita sama gue."
Situasi seperti ini benar-benar membuatnya merasa tidak nyaman karena sedari tadi diperhatikan oleh banyak orang yang sedang berada di kantin.
"Mending kita makan dulu ya, habis itu kita pergi dari sini, baru lo cerita sama gue."
Setelah itu pelukannya pun terlepas dan tergantikan oleh wajah menggemaskan dari seorang Shil membuat Lenna yang melihatnya pun menjadi merasa tida tega.
Seulas senyuman pun terbit diwajah Lenna ketika melihat sahabatnya yang saat ini sedang memandangnya dengan tatapan sendunya.
"Udah, simpen dulu nangisnya buat nanti, oke?"
Gadis dihadapannya itu yang mendengarnya pun langsung memalingkan wajahnya kearah lain dengan senyum yang ditahannya.
"Hm ... kalau mau senyum tuh jangan ditahan," sindir Lenna yang saat ini sudah mendudukkan dirinya tepat disamping sahabatnya itu. "Gue juga tahu kalau lo sebenernya pen ketawa."
Kemudian ia melihat Shil yang saat ini memandangnya dengan kerutan dikeningnya membuat dirinya yang mengetahui hal tersebut pun langsung menaikkan satu alisnya.
"Kenapa lagi lo?" tanyanya yang lalu mulai menyantap makan siangnya itu. "Tuh buruan makan, nanti keburu dingin gak enak."
Shil melihat kearah semangkuk mie bakso yang berada dihadapannya tersebut dengan kesal, lalu menoleh menatap seseorang yang sedang bersamanya itu saat ini.
"Lele," panggil Shil kepada gadis disampingnya itu.
"Hm, kenapa?" sahutnya dengan kedua pipi yang mengembung karena sedang mengunyah baksonya. "Lo mau punya gue?"
"Bukan," ujar Shil.
"Lha, terus lo kenapa?"
"Kenapa Lele nyebelin?" tanya Shil dengan wajah kesalnya serta kedua tangan yang sengaja dilipat di dada.
Sedangkan Lenna yang mendengarnya saat ini langsung berhenti mengunyah seolah terpaku dengan apa yang baru saja dikatakan oleh sahabatnya tersebut kepadanya.
"Gue atau lo yang nyebelin?" tanyanya. "Gue gak yakin sama pertanyaan lo, bisa aja kalau sebenernya itu lo yang nyebelin."
Kemudian setelah mengatakan hal tersebut Lenna langsung kembali melanjutkan makannya dengan khidmat sehingga Shil yang melihatnya saat ini benar-benar kesal.
Tanpa disadari bahwa tidak jauh keberadaannya ada seseorang yang sedari tadi sedang memperhatikannya dengan satu tangan yang digunakan untuk menopan dagunya dengan senyum smirknya.
Ia benar-benar memiliki sebuah hiburan gratis dan baru saja dirinya itu mendapatkan sebuah tontonan gratis.
"Haha, asyik juga tuh cewek."
Beberapa saat kemudian laki-laki tersebut langsung menyeruput segelas minumannya yang tersisa setengah itu hingga tandas, barulah setelah itu langsung beranjak dan benar-benar pergi meninggalkan kantin dengan senyuman lebarnya.