Lin Xiao Yi bisa bernafas lega karena akhirnya terbebas dari gadis kecil itu. Sungguh ia tidak suka dengan anak-anak, apalagi sampai harus menjadi pengasuhnya. Tak pernah terpikirkan dalam benaknya untuk menjadi seorang baby sitter.
Lin Xiao Yi melanjutkan pekerjaannya untuk mengolah makanan lain yang dipesan oleh pengunjung.
"Xiao Yi, dari mana saja dirimu? Kenapa dari tadi tidak kelihatan?" ujar Fang Yin.
"Aku baru saja kembali setelah menemani Mei-Yin dan ayahnya," sahut Lin Xiao Yi sembari tangan yang terus menggerakkan spatula.
"Kau sudah bertemu dengan ayah Mei-Yin? Bagaimana wajahnya? apakah dia tampan?" tanya Fang Yin dengan penuh semangat. Ia ingin Xiao Yi menceritakan tentang seorang duda yang dikabarkan masih muda.
"Tidak buruk. Namun tetap saja dia adalah single daddy yang cukup menyebalkan," ujar Lin Xiao Yi dengan nada datar. Mengingat bagaimana sombongnya dia membuat Lin Xiao Yi naik darah.
"Tidak usah membawa masa lalumu ke masa sekarang. Kau terlalu trauma dengan seorang duda sehingga bersikap sangat aneh. Dia tidak botak dan memiliki perut buncit, kan?" ujar Fang Yin sekedar memastikan jika single daddy tidak seperti yang di pikiran Xiao Yi selama ini.
Lin Xiao Yi menggelengkan kepalanya pelan. Ayah Mei-Yin terlihat terlalu tampan baginya, jauh dari kata jelek seperti suaminya. Lin Xiao Yi bergidik ngeri membayangkannya kembali pria yang dulu menjadi suaminya.
"Itu tidak ada sama sekali hubungannya dengan masa laluku. Dia memang tampan tapi sangat sombong dengan mengatakan jika aku menjadi pengasuh Mei-Yin akan membayarku tiga kali lipat dari gaji seorang koki. Dia pikir semuanya bisa diselesaikan dengan uang," gerutu Soo Yin.
"Dia sungguh memintamu menjadi pengasuh gadis kecil itu? Gaji tiga kali lipat itu sangat banyak. Apakah kau menerima tawarannya?" ujar Fang Yin dengan wajah tidak percaya.
"Tentu saja tidak," sahut Lin Xiao Yi singkat.
"Kenapa kau menolaknya? Jika aku jadi dirimu, lebih baik aku mengundurkan diri dari seorang koki kemudian menjadi pengasuh," tukas Fang Yin sembari menyentuh dahi Lin Xiao Yi dengan punggung tangannya. Barangkali suhunya terlalu panas sehingga tidak bisa berpikir dengan jernih.
"Sudah berulang kali kukatakan jika aku tidak suka anak-anak. Menjadi seorang koki adalah impianku sejak kecil sehingga aku tidak akan melepaskannya hanya demi gaji besar," tukas Lin Xiao Yi sembari memutar bola matanya. Mulai kesal karena Fang Yin justru tidak mendukung keputusannya.
"Atau karena ayahnya single daddy sehingga kau masih trauma?" tebak Fang Yin.
"Sudahlah tidak usah membicarakannya," gerutu Lin Xiao Yi agar bayangan pernikahan masa lalu itu segera hilang dalam ingatannya.
"Ah, hampir saja aku melupakan sesuatu. Tadi Manajer Wang memintamu untuk datang ke ruangannya." Fang Yin hampir saja lupa tujuannya menemui Lin Xiao Yi.
"Ada apa?" ujar Lin Xiao Yi dengan dahi berkerut.
Fang Yin mengangkat kedua bahunya karena tadi tidak menanyakan kenapa manajer Wang memanggil sahabatnya.
"Aku tidak tahu, cepatlah pergi sebelum Manajer Wang marah karena sudah menunggu terlalu lama," ujar Fang Yin.
"Ini sudah matang, tinggal menyajikan saja. Aku akan menemui manajer Wang sekarang juga," ujar Lin Xiao Yi sembari mendesah panjang. Berharap tidak ada sesuatu yang buruk. Tidak biasanya manajer Wang memintanya datang ke ruangan.
"Baiklah." Fang Yin segera menyajikan masakan Lin Xiao Yi ke dalam piring.
Tok tok tok…
Lin Xiao Yi mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam ruangan manajer Wang.
"Masuk," seru manajer Wang dengan nada dingin dari dalam.
Lin Xiao Yi menghela nafas berat sebelum memberanikan diri untuk masuk dengan kepala tertunduk.
"Ada apa anda memanggil saya, Tuan?" ujar Lin Xiao Yi.
"Sekarang juga kemasi barangmu dan pergi dari restoran ini," ucap Manajer dengan nada datar tanpa basa-basi terlebih dahulu.
Seperti ada sebuah bom atom yang meledak begitu kuat terdengar di telinga Lin Xiao Yi. Tubuhnya limbung, sepertinya dia sudah salah dengar sehingga Xiao Yi memberanikan diri mengangkat kepalanya untuk memandang Manajer Wang.
"Manajer Wang, candaan anda sungguh tidak lucu," ujar Xiao Yi seraya terkekeh geli kemudian berpegangan pada meja agar tubuhnya tidak ambruk.
"Siapa yang bercanda? Apa wajahku saat ini terlihat sedang melawak?" tukas Manajer Wang dengan raut wajah yang terlihat serius.
"Aku pasti yang sudah salah dengar," ujar Xiao Yi sembari meringis.
"Apa yang kau dengar memanglah benar adanya. Maafkan aku, restoran kami sudah tidak membutuhkan tenagamu lagi," terang Manajer Wang bagaikan petir di siang bolong yang tiba-tiba saja menyambar tubuh Lin Xiao Yi. Padahal tidak ada angin, tidak ada hujan.
"Maksudnya aku dipecat?" ucap Lin Xiao Yi yang sempoyongan tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.
"Bisa dibilang begitu. Kau tidak perlu khawatir karena kami akan memberikan pesangon," ujar Manajer Wang.
"Apa alasannya sehingga aku dipecat? Bukankah kau bilang jika masakanku enak, kau tidak akan memecatku?" Lin Xiao Yi memberanikan diri berbicara dengan nada lebih tinggi untuk meminta keadilan.
"Masakanmu tadi tidak enak dan Tuan Li Zheng Yu bilang jika dia tidak menyukai masakanmu," ucap Manajer Wang dengan jujur. Menyampaikan sesuai apa yang diucapkan oleh Li Zheng Yu.
"Apa?" teriak Lin Xiao Yi dengan mata yang terbelalak lebar.
"Bagaimana mungkin masakanku tidak enak? Mei-Yin bahkan tadi makan dengan sangat lahap ketika aku menyuapinya," terang Lin Xiao Yi dengan nada berapi-api serta dada yang naik turun menahan sesak. Ia tidak terima jika masakanku dibilang tidak enak. Baginya itu semua tidaklah masuk akal.
"Tidak usah mengelak. Bisa saja dia kelaparan sehingga ia makan dengan lahap," ujar Manajer Wang dengan santai. Sebenarnya ia merasa kasihan karena Lin Xiao Yi merupakan salah satu koki terbaik tapi ia juga tidak mungkin menolak keinginan Li Zheng Yu.
"Manajer Wang dia pasti salah. Bagaimana mungkin Tuan Li Zheng Yu mengatakan jika hidanganku tidak enak? Sedangkan dia tidak makan sedikitpun,' tukas Lin Xiao Yi yang tidak terima karena manajer Wang menilai masakannya dari orang lain.
"Sudahlah, sekarang juga sebaiknya kau pergi dari restoran ini sebelum petugas keamanan datang kemari untuk mengusirmu," ucap Manajer Wang sembari membalikkan kursinya agar duduk membelakangi Lin Xiao Yi.
"Manajer Wang, kau sungguh keterlaluan. Lihatlah, kau nanti akan menyesal karena sudah memecatku," ancam Lin Xiao Yi kemudian berbalik untuk pergi meninggalkan ruangan. Dia akan membuat perhitungan dengan Li Zheng Yu nanti.