"Sombong banget sekarang, Ndis. Mentang-mentang sudah kaya raya." celetuk Mawar
"Tak sentil sini mulutmu, eh, tapi aamiin deh. Ucapan adalah doa." Gendis terkekeh.
Di sini lah mereka, sebuah kafe cukup terkenal. Bukan kafe milik Erik kali ini melainkan kafe di dalam mal. Setelah mengantar Erik pulang— Gendis mengajak Mawar bertemu, sudah lama mereka tak bercengkrama. Sekedar meminum kopi atau bertukar pikiran dengan sahabatnya, Gendis rindu suasana luar, suasana nyaman tak selalu tentang kesedihan. Bener kata Erik, hidup itu harus terus berjalan.
"Mana Mas Erikmu?"
"Ada di apartemen." jawab Gendis. Memberikan waktu untuk Erik dan orang tuanya, Gendis tak mau ikut campur lagi bahkan pulang tanpa pamit dengan Erik. Saat Erik beradu argumen dengan mamanya— Gendis pamit pulang pada Fredella, ia akan datang lagi nanti. Untung Fredella langsung memahami. "Maw ... Aku ngulang kuliah nih,"