"Jadi, menurutmu gadis kecilmu ini terluka? Apa luka memar ini yang kau maksud?"
Mo Yesi membalas dengan dingin dan tanpa ekspresi, "Apakah ada masalah?"
Lu Rao benar-benar kehilangan kata-kata, "….."
Jadi, Mo Yesi tidak memedulikanku yang sudah melakukan operasi berturut-turut selama sepuluh jam? Dia malah memintaku melihat sendiri luka istrinya! Apakah itu benar-benar memar? Apakah dia masih memiliki rasa kemanusiaan?! Apakah dia masih manusia?! pekik Lu Rao dalam hati. Mo Yesi benar-benar seorang teman yang mengabaikan temannya karena memiliki pacar. Sebagai manusia, ia adalah pria yang begitu keterlaluan. Bisa-bisa ia tidak akan memiliki teman lagi nanti.
Lu Rao akhirnya berkata dengan kesal, "Tahukah kamu betapa melelahkannya melakukan operasi selama sepuluh jam?"
Mo Yesi melirik Lu Rao dan menjawab dengan ringan, "Aku pernah melakukan operasi selama lima belas jam berturut-turut. Aku rasa itu tidak masalah."