Chapter 1 : Kekacauan
Hidup bagaikan misteri jika kamu berjalan tanpa tongkat dalam lorong-lorong kegelapan. Tidak ada yang mengajarimu berpegangan saat lubang kehancuran menghampirimu. Aku terus menerus tersandung hingga akhirnya aku terjatuh dan tersungkur, tak mengapa kini aku harus menenggelamkan diriku, ini lebih baik walaupun aku dianggap pengecut, ini lebih baik dari sampah bukan?
Malam terasa begitu damai dan tenang, aku bisa melihat dengan jelas gunung di belakang gedung tinggi itu, begitu kokoh dan kuatnya, padahal gempa telah berkali-kali menerjangnya, mengapa aku tak bisa sekuat itu? Lantai atap gedung yang dingin menggelitik kakiku yang telanjang, tak tahu berapa lama sudah aku di sini, kaki itu kini seperti membeku kedinginan.
Aku melihat ke atas, langit malam jam dua dinihari memang tidak ada tandingnya, bagaimana caraku bergabung dengan mereka? Pandanganku sekarang ke bawah, kendaraan tidak seramai tadi jam 10 malam. Aku membayangkan seorang lelaki gagal dengan kepala pecah berlumur darah terbaring sempurna di halaman depan gedung ini, semua orang akan berkumpul dan mengucapkan banyak hal yang tidak ingin dia dengar, lelaki itu adalah aku.
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!