"Dar!"
"Nggak kaget."
Aku mengerucutkan bibirku. Menahan kesal saat melihat kak Riki baru saja pulang namun dia malah tak kaget saat aku mencoba mengagetinya.
Lihat? Dengan santainya dia malah berjalan masuk ke dalam rumah. Hebat, prok prok prok! Dia memang hebat, sangat hebat sampai beranggapan bahwa ini rumahnya sendiri.
"Apa sih? Mau tanya sesuatu. Atau ... mau peluk aku karena kangen?"
Tepat setelah dia selesai mengatakannya aku memeluk kak Riki. Pertama, rencananya aku akan bersikap baik sebelum nanti marah padanya berhari-hari. Kemungkinan nanti, aku juga pasti akan menjauh darinya sampai dia menjawab bagaimana kebenaran antara mantan-kekasihnya-dan-dirinya ini.
"Itu, handphone udah aku isi. But, i wanna aksed you!"
Aku sengaja tak mau menunggu lebih lama. Ku biarkan dia kebingungan. Dan, kini wajahnya pun makin kusam. Sedikit tak tega, tapi ketimbang hubungan kami yang kocar-kacir bukankah lebih baik aku langsung bertanya saja?