Suasana yang tadinya damai berubah menjadi ricuh. Fathan mencoba untuk menenangkan Alleta yang wajahnya sudah memerah akibat emosi yang meledak-ledak.
"Dengarkan aku dulu," ujar Fathan.
"Apa yang mau didengarkan? Penjelasan apa lagi? Jadi wanita ini yang sudah membuat kamu tidak pulang beberapa hari?"
Mendengar ucapan Alleta, Ashil tidak terima. Ia mendorong kursi kemudian bangkit. Sekarang Alleta dan Ashil saling berhadapan dan bertatapan intens.
"Apa maksud kamu?" Ashil mengarahkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Alleta.
"Kamu yang sudah membuat Fathan menjadi seperti ini. Dia lupa untuk pulang."
"Al, sudah jangan bertengkar di sini. Malu dilihat sama orang banyak." Fathan mengusap pundak Alleta.
Alleta menepis tangan Fathan, "Lepaskan aku! Aku benar-benar tidak menyangka ternyata ini kelakukan kamu di belakang aku, Fathan. Berdua bersama dengan wanita yang tidak tahu diri ini."