Giliran dari jauh merhatiin mulu,tapi kalo papasan kayak orang nggak kenal
Dasar aku
4. Kembaran Lee min hoo
Dor! Dor! Dor!
"Bang Aan!" pekik Luci dari balik pintu kamar Aan. Dia mengedor kamar Aan.
Ceklek! Aan membuka pintu kamarnya.
"Kenapa sih dek!" jawab Aan.
"Kenapa Masker Luci bisa abis?" tanya Luci dengan kesalnya.
"Anuh Ci," kata Bang Aan yang gelagapan.
"Anuh apa!" kata Luci.
"Abang pakai tadi untuk melembutkan wajah Abang," kata Aan sembari menyengir kuda.
"Ishh Abang, kenapa di habisi! Pokoknya Luci minta ganti!" katanya kepada Aan.
"Iya iya tahun depan abang ganti," kata Aan.
"Enak aja! Masih lama tahun depan, cepat ganti SEKARANG!" jawab Luci yang menekankan kata sekarang.
"Iya dek iya," jawab Aan.
"Sok, sok an mau maskeran kalau jelek-jelek aja lah Bang!" kata Luci yang terlanjur kesal.
"Luci!" teriak Aan.
"Apa!" katanya tak kalah lantangnya.
"Hei kalian kenapa?" kata Mama Lina yang baru saja datang.
"Nggak papa Ma," kata Aan segera merangkul Luci.
"Apanya yang nggak papa, Bang Aan maling masker Lia!" aduhnya kepada Mama.
"Aan, lain kali modal dong," kata Mama Lina.
"Iya Ma, lagian tadi penasaran aja sama maskernya Luci." jawab Aan.
Mama Lina hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tersenyum melihat tingkah kedua anaknya.
"Ci kamu mau nggak belajar masak?" tanya Mama Lina.
"Kenapa Ma?" tanya Luci.
"Mama maunya kamu bisa masak," kata Mama Lina.
"Biar apa?" tanya Luci lagi.
"Ya biar bisa makan la dek," tegur Aan.
"Kapan-kapan aja ya Ma, lagian Luci bisa kok masak mie sama nasi nggak separah kaya orang-orang yang nggak bisa masak mie," jawabnya.
"Iya, tapi mau ya." kata Mama Lina.
"Iya Ma," jawab Luci.
"Aan kamu mau kemana?" tanya Mama saat melihat Aan berpenampilan rapi saat ini.
"Mau nemeni Lia latihan nunggang Kuda Ma," jawab Aan.
"Hei, hari ini Lia nggak ada jadwal latihan ya!" bantah Luci.
"Ada, tadi pelatih kamu kasih tau Abang." jawab Aan.
"Kenapa dia ngasih kabarnya ke abang, kenapa nggak ke Lia aja!" herannya.
"Udah Ya, cepetan ganti baju latihan sana." kata Mama Lina.
"Iya, Ma." jawab Luci yang kemudian segera masuk kedalam kamarnya.
***
"Jelasin sebenarnya abang mau kemana?" tanya Luci yang saat ini telah berada di mobil Aan.
Tadi mereka sempat debat masalah mobil karena Aan bersih keras ingin meminjam mobil Audi milik Luci, namum si pemilik lebih keras kepala dia tidak ingin abangnya membawa mobil miliknya itu, karena dia tau bahwa abangnya ini punya niat tersendiri.
"Mau bertamu kerumah pacar dong," jawab bang Aan.
"Abang punya pacar?" tanya Luci.
"Bukan pacar," jawab Aan.
"Lantas?"
"Calon istri,"
"Iyuhh geli Lia dengarnya."
Luci segera menatap ke arah Aan. "Abang pasti bohong kan kalau Lia ada latihan hari ini?" kata Luci.
"Nggak suer deh, tadi pelatih kamu hubungi abang, katanya kalian semua di suru kumoul hati ini." jawab Aan.
"Semua?" tanya Luci.
Aan menganggukkan kepalanya. "Iya semua," jawab Aan.
"Berarti anak hari senin sampai rabu ada juga dong," kata Luci antusias.
"Iya mungkin," jawab Aan.
"Kok senang banget keliatannya?" tanya Aan.
"Senang dong, kata Dea teman Lia, di tempat latihan hari senin sampai rabu ada cowok ganteng banget!" ujarnya sembari tersenyum.
"Disini juga ada cowok ganteng," kata Aan dengan PD nya.
"Narsis!" jawab Luci.
"Biarin." jawab Aan.
Luci tidak menggubris perkataan Aan dia lebih memilih memainkan ponselnya.
"Bang ngebut Bang ngebut!" kata Luci.
"Kenapa?" tanya Aan.
"Dea bilang anak-anak yang lain udah pada ngumpul, Lia nggak mau telat," jawabnya.
"Oke!" jawab Aan.
Aan menginjak pedal gas nya menambah kecepatan, mobil Aan melesat dengan cepatnya.
"Ado polisi bang di depan!" panik Luci.
"Pegangan yang erat dek," kata Aan.
"Bang ntar kita di tilang," kata Luci.
"Abang pernah kena tilang?" tanya Luci kepada Aan.
"Nggak pernah," jawab Aan. "Sekali," lanjutnya sembari tersenyum.
"Nggak pernah sekali? Berarti pernahnya lebih dong," kata Luci.
"Hmm, abang nggak berpengalaman nerobos polisi berarti, nyatanya kena tilang mulu!" kata Luci.
"Diam!" kata Aan.
Aan menambah kecepatan nya lagi dan mobilnya melesat begitu saja melewati polisi-polisi yang sedang mengatur lalu lintas.
Tak selang berapa lama Luci akhirnya sampai di tempat latihannya.
Luci menghembuskan napasnya legah, akhirnya dia sampai dengan selamat.
"Nanti nggak usah jemput Lia ya Bang," kata Luci kepada Aan sembari keluar dari Mobil.
"Kenapa?" tanya Aan.
"Lia naik go car aja," jawabnya.
"Oke, Abang pergi dulu ya,"
"Hmm hati-hati bang,"
Setelah melihat mobil Aan telah hilang dari pandangannya Luci segera berlalu memasuku tempat latihannya.
"Ci sini!" ujar seorang perempuan yang melambaikan tangannya kepada Luci.
Luci segera menghampiri perempuan itu. "Udah lama ya?" tanya Luci yang melihat sepertinya latihannya sudah di mulai.
"Baru juga sih," jawab perempuan yang di ketahui bernama Dea itu, dia adalah teman Luci waktu di SMP dulu.
"Udah absen?" tanya Luci.
"Udah, nama lo udah gue absen juga kok." jawab Dea.
"Ahh makasih deut kuh." kata Luci sembari tersenyum.
"Iss najis," kata Dea yang melihat reaksi menye menye Luci.
"Eh lo mau liat cowok ganteng yang jata gue itu nggak?" tawar Dea.
"Mau banget lah!" jawab Luci antusias.
"Ayo sini, ikut gue," kata Dea yang membawa Luci ke dekat lapangan.
"Itu dia yang lagi nunggang Kuda," tunjuk Dea ke arah seorang pemuda yang sangat di kenali oleh Luci.
"Aldo." kata Luci.
"Ah iya namanya Aldo, lo kenal dia Ci?" tanya Dea.
Luci menganggukkan kepalanya. "Masa depan Luci," gumamnya.
"Apa?" tanya Dea.
"Nggak papa," jawab Luci sembari tersenyum.
"Aneh," jawab Dea.
"Lo liat dia Ci, nggak pakek pengaman dia udah profesional Ci." kata Dea.
Luci memandangi Aldo dengan mata berbinar, ucapan hanya seperti angin lewat saat dia telah melihat Aldo.
Disini Luci melihat adegan seperti flm the king di depan mata, adegan di saat Lee min hoo menunggang Kuda dengan pesona yang kuar biasa. Bigitu pula dengan Aldo, dia menunggang Kuda dengan sangat bagus.
"Ganteng banget kan Ci?" kata Dea.
"Iya," jawab Luci sembari mengigit bibir bawahnya.
"Ahh Luci nggak kuat liatnya!" katanya dengan lantang sehingga membuat beberapa orang menatap ke arah nya.
"Lo gila Ci," kata Dea yang melihat tingkah aneh Luci.
"Karena Aldo, coba Lo liat Dey betapa gantengnya dia saat menunggang Kuda, lo lihat aura yang di pancarkannya itu, sumpah Luci nggak kuat, lihat rambutnya yang melompat-lompat kaya kodok itu keren banget! Ahhh." kata Luci dengan girangnya.
Dea menahan tawanya mendengar perkataan Luci. "Udah ah jangan ngomong gitu lagi, mau ngakak gue jadinya," kata Dea menahan tawanya.
"Luci nggak lagi ngelawak Dea!" katanya dengan suara yang lantang seperti sebelumnya.
"Lucika Liya Putri! Sekarang giliran kamu." kata pelatih Luci.
"Lah ngapain Pak?" tanya Luci.
"Nunggang Kuda tanpa pengaman," kata Bapak pelatih itu.
"Siap!" jawab Luci.
Jujur saja kalau soal menunggang Kuda, Luci sudah ahlinya tidak ada bedanya dengan Aldo. Luci saja sampai sampai punya inisiatif ingin menjual mobil Audi nya demi membeli seekor kuda. Tetapi Papanya melarang ide gila Luci itu.
Luci sudah siap dengan posisinya saat ini, dia telah berada di atas Kuda dengan menggunakan helm.
"Luci apakah kamu siap?" tanya Pelatih.
"Siap Pak." jawab Luci.
Dari kejauhan Aldo dapat melihat saat ini Luci tangah berada di atas Kuda.
"Go!" kata pelatih. Yang kemudian Luci segera menjalankan kudanya dengan cepat.
Aldo menarik bibirnya ke atas saat melihat Luci menunggang Kuda, "Cute." gumamnya entah berapa kali sudah kata-kata itu keluar dari mulutnya untuk Luci.
Luci memutar Kuda nya dan kembali ke star, namun tiba-tiba dia mendengar suara Aldo.
"Pelan-pelan Ci," kata Aldo yang kini duduk di belakang Luci sembari menggenggam tangan Luci yang memegang kuda itu.
"Aldo," kata Luci sembari tersenyum.
"Kenapa disini?" lanjut Luci.
"Gue mau nemenin lo," kata Aldo sembari tersenyum manis.
Luci seketika terpana melihat senyuman dari Aldo.
Tetapi sebenarnya dari tadi orang-orang tertawa terpingkal-pingkal melihat luci yang senyum senyum sendiri di atad Kuda yang kini telah berhenti sembari memejamkan matanya.
"Luci! Luci kamu dengar saya memanggilmu!" kata pelatih Luci.
Namun Luci tetap pada dunia khayalannya sembari sesekali tertawa.
"Luci kenapa? Jangan-jangan dia kesurupan lagi!" panik Dea yang melihat Luci bertingkah aneh.
Sedangkan dari kejauhan Aldo tertawa sembari menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Luci.
"LUCI!" pekik pelatihnya.
"Bapak kenapa sih!" kata Luci yang telah sadar.
Dia segera melihat ke sekelilingnya, dia melihat semua orang tertawa melihatnya. Lalu dia melihat ke belakang ternyata tidak ada Aldo di sana
"Apakah tadi hanya ilustrasi?" gumam Luci dengan raut wajah yang susah di artikan.
"Turun," kata pelatihnya.
"Iya Pak," jawabnya yang kemudian turun dari Kuda.
Luci segera menghampiri Dea, "Tadi Luci ngapain?" tanya Luci kepada Dea.
"Lo beneran nggak inget," kata Dea.
Luci menggelengkan kepalanya.
"Lo tadi senyum-senyum nggak jelas sama ketawa juga," kata Dea.
"Yang benar?" tanya Luci.
Dea menganggukkan kepalanya mengiyakan perkataan Luci.
"Omaiguys! Luci malu." gerutunya.
"Udah terlanjut juga, tinggal pasang muka tebal-tebal aja." jawan Dea sembari terkekeh.
.
.
.Bersambung jangan lupa Vote dan komentarnya manis