Maaf karena aku tak bisa membalas apa yang sudah kamu lakukan kepadaku. Dan maaf karena aku sudah melibatkan hati kamu hanya untuk kepentinganku sendiri.
---
Diruangan serba putih 4×4, Alana hanya dapat terbaring tak berdaya. Matanya yang kecoklatan pun tak terlihat karena tertutup oleh kelopak mata. Sudah tiga hari ini, Alana tak sadarkan diri.
"Na, lama amat sih kamu tidurnya, kamu nggak capek apa tidur meluluk." Kata Arya yang duduk di samping tempat tidur Alana.
"Abang janji deh bakal beliin kamu es krim kalo kamu bangun." Arya menggenggam tangan Alana yang tidak terpasang jarum infus.
"Abang janji ya beliin Alana es krim nanti." Kata Alana yang tiba-tiba terbangun.
"Iya, asal kamu sembuh dulu." Balas Arya yang menyadari Alana sadar. Kemudian Arya langsung memanggil dokter untuk memeriksa kondisi Alana.
"Bagaimana dok adik saya?" Tanya Arya pada dokter yang telah memeriksa kondisi Alana.
"Bisa ke ruangan saya?"
"Maaf dok bukannya saya tidak mau ke ruangan dokter, tapi saya ingin tidak ada yang di tutup tutupi antara saya dan adik saya." Arya kembali duduk di kursi samping tempat tidur Alana.
"Baiklah kalo begitu, jadi begini kondisi adik anda sudah baik." Kata dokter.
"Tapi adik anda harus segera menjalani terapi." Lanjut dokter.
"Bagaimana Na?" Tanya Arya pada Alana kemudian.
"Kalo emang itu yang terbaik lakukan saja." Jawab Alana.
Dan masih banyak lagi yang mereka bicarakan. Sedangkan Alana dan Arya sedang membicarakan tindakan apa yang akan dilakukan selanjutnya pada Alana, di tempat lain Vano sedang kesana kemari mencari Alana.
"Bibik benar tidak tahu dimana Alana?" Tanya Vano yang keberkian kali pada pembantu yang berada di rumah Alana.
"Benar Den saya tidak tahu,"
"Bibik tahu mereka tiga hari yang lalu pada malam hari pergi ke mana?"
"Saya tidak tahu Den, saya bekerja di sini hanya sampai sore saja, jadi saya tidak tahu."
"Ya sudah Bik, saya permisi dulu kalo begitu." Dengan perasaan kecewa Vano pergi dari rumah Alana.
"Gue harus cari lo kemana lagi Na?"
Vano kembali menyusuri jalan dengan motornya. " Kenapa setelah lo pernah memberi satu hari terindah bagiku, kemudian lo hilang begitu saja."
Fikiran Vano kembali teringat saat ia dan Alana mendengarkan lagu Te Amo Mi Amor dengan satu earphone, saat ia mengajari Alana bermain skateboard, saat senangnya Alana ketika bisa bermain skateboard, saat ia mengajari Alana basket dan kenangan-kenangan lain.
"Dani! Hah iya gue harus cari Dani." Vano mempercepat laju motornya menuju suatu tempat, tempat yang mungkin akan memberinya petunjuk dimana Alana berada.
"Ternyata sekarang dia kuliah di sini," Gumam Vano ketika mendapati motor Dani terparkir di salah satu area parkir di suatu Universitas.
"Hey siapa yang datang ini?"Sapa Dani yang baru saja keluar dari dalam Universitas.
"Nggak usah basa basi, gue kesini mau tanya sama lo. Lo pasti tahu Alana sekarang dimana kan?" Vano to the point.
"Kenapa lo tanya sama gue?"
"Lokan pacarnya?!
"Pacar? Pacar pura-pura ya iya." Batin Dani yang mendengar ucapan Vano dengan tersenyum miring.
"Lo percaya?" Tanya Dani kemudian.
"Maksud lo apa?" Vano menjadi bingung sendiri dengan ucapan Dani.
Drt drt drt
Secara mengejutkan handphone Dani tiba-tiba bergetar. Dengan segera Dani mengambil handphonenya dari saku.
"Oh ya hampir lupa gue, gue mau bilang gue nggak tahu dimana Alana dan mending sekarang lo pergi." Ucap Dani sebelum mengangkat telepone.
"Lo pasti bohong kan? Cepet lo bilang dimana Alana sekarang!" Vano masih saja ngotot, ia tetep menanyakan keberadaan Alana pada Dani.
"Lo bisa diem nggak sih! Lo nggak lihat gue lagi ngangkat telfone!" Bentak Dani.
"Hallo, hallo, woy Dan apa lo masih disana?" terdengar suara dari handphone Dani. Vano yang mengenali suara dari handphone Dani, ia langsung merebut handphone Dani.
# # #
Rumah sakit
Jarum jam panjang menunjuk angka 3 dan jarum pendeknya menunjuk angka 3, itu lah posisi jarum jam di kamar rawat Alana kini. Itu menandakan sudah hampir dua jam Alana siuman dan sepertinya kondisi Alana juga baik-baik saja. Arya yang melihat adiknya sudah membaik memutuskan untuk tidak izin kuliah hari ini. Pukul 16:00 ia sudah harus di kampus, maka ia meminta izin pada Alana untuk berangkat kuliah.
"Na Abang jam 4 nanti ada jam, kamu Abang tinggal ya?"
"Masa Alana sendiri di sini." Sahut Alana dengan memanyunkan bibirnya.
"Ya udah kalo gitu abang minta Dani buat temenin kamu ya?"
"Terserah lah," Pasrah Alana. Arya pun lantas menelfon Dani.
"Hallo Dan,"
"Iya Ar,"
"Lo biasa temui gue sekarang?"
"Iya, dimana?"
"Ntar gue sms tempatnya,"
"Lo bisa diem nggak sih! Lo nggak lihat gue lagi ngangkat telfon!" terdengar suara bising dari seberang.
"Dan lo lagi ngapain sih kok kaya rame?" Tanya Arya yang mendengar kebisingan di seberang sana.
"Hallo, hallo, woy Dan apa lo masih disana?" Seru Arya lagi.
"Ada apa sih Bang?" Tanya Alana yang melihat Abangnya hola halo.
"Ini, suaranya rame banget." Jawab Arya yang kemudian kembali hola halo.
"Woyy Dan, hallowww,"
"Iya Ar ben_" belum selesai Dani menjawab suara Dani kembali hilang digantikan kebisingan.
"Hallo kak, ini saya Vano." Kata itulah yang kemudian terdengar dari balik speker handphone Arya.
"Vano?" Spontan Arya mengucapkan kata itu kertas, alhasil Alana menjadi dengar.
"Apa Bang, Vano?" Tanya Alana yang mendengar ucapan Arya. Arya pun kemudian membalas Alana dengan anggukan.
"Hallo kak, kakak lagi sama Alana ya?"
"Gimana Na Abang jawabnya?" Tanya Arya pada Alana kemudian dengan menjauhkan handphonenya.
"Jawab enggak." Balas Alana.
"Enggak, emang kenapa ya?" Kata Arya pada Vano.
"Kira-kira Alana kemana ya?"
"Alana lagi ke rumah neneknya."
"Oohh, Alana nggak papakan kak?"
"Iya,"
"Hallo Ar, ini gue Dani." Dani menjauh dari Vano beberapa meter untuk mengantisipasi jika Vano tiba-tiba mengambil handphonenya lagi.
"Dan lo cepet kesini ya, dan lo pastiin Vano nggak ikut sama lo." Kata Arya yang kemudian menutup telfon.
# # #
"Puaskan lo udah bicara sama Arya." Kata Dani pada Vano ketika Arya sudah menutup telfon.
"Pacar macam apa lo? Pacar sendiri dimana nggak tahu." Seru Vano.
"Gue nggak tahu karena belakangan ini gue sibuk, emang lo yang bisanya cuma nongkrong." Sindir Dani.
"Setidaknya gue nggak main curang ketika balapan, makasih sudah memberi kesan dalam balapan waktu itu." Vano yang sudah siap di atas motornya pun langsung menancap gas motornya menjauhi Dani.
"Masih ingat aja tu bocah, lo beruntung ketemu gue lagi saat gue udah tobat. Kalo nggak? Gue nggak tahu apa yang bakal gue perbuat." Gumam Dani yang melihat Vano yang mulai menghilang dari penglihatannya. Karena handphonenya yang sudah bergetar Dani segera membuka sms dari Arya dan segera menuju alamat yang Arya kirimkan.
"Woy Dan gue disini!" panggil Arya yang melihat Dani clingak clinguk seperti orang hilang. Dani yang mendengar panggilan Arya lantas memutar haluan menuju Arya.
"Kok lo nyuruh gue ke rumah sakit Ar? Lo sakit Ar? Atau lo habis kecelakaan?" Dani memutar tubuh Arya dsn mengecek apakah ada yang terluka.
"Kek emak emak lo cerewet, mending lo cepet ke ruang Mawar no.07. Disana ada Alana." Kata Arya.
"Alana? Maksud lo Alana... Alana sakit?" Tanya Dani yang kini cengoh.
"Hhheemm, gue titip adik gue ya. Gue mau ke kampus dulu." Arya menepuk bahu Dani dan kemudian menaiki motornya. Mawar no.07, tulisan itu berderet rapi pada kayu cokelat yang kini sudah di hadapan Dani. Dengan sangat pelan Dani membuka pintu.
"Hai Na,"
"Eh kak Dani," Alana menaruh buku yang ia pegang.
"Gue ganggu ya?" Dani duduk di kursi samping tempat tidur Alana.
"Enggak kok, aku malah seneng ada temennya."
"Masa?"
"Iya, bosen tau nggak cuma duduk sama tidur di sini."
"Enaknya ngapain ya?" Tanya Dani pada Alana. Mereka pun terdiam, memikirkan apa yang akan mereka lakukan.
"Aha," tiba-tiba muncul ide di benak Alana.
"Itu kakak bawa gitarkan?" Alana menunjuk tas Dani yang tergeletak di dekat tempat tidurnya. Dani yang masih belum mengerti maksud Alana hanya menganggukan kepalanya.
"Kakak bisa kan main gitar?" terus terang Alana. Dani yang baru mengerti maksud Alana lantas mengambil gitarnya.
"Ok, siap takut. Mau lagu apa?" Tanya Dani menawarkan.
"Terserah kakak , yang penting bagus." Kata Alana yang exsaitied dengan mendekati Dani sembari menyilangkan kakinya di atas tempat tidur.
Jrenggg...
Dani mulai memetik gitar yang berada dipangkuannya.
Call me, baby, if you need a friend
(Panggil aku sayang, bila kau membutuhkan teman)
I just wanna give you love
(Aku hanya ingin memberimu cinta)
C'mon, c'mon, c'mon
(Ayo, ayo, ayo)
Nyanyi Dani dengan merdunya.
I'm only one call away
(Aku akan selalu ada)
I'll be there to save the day
(Aku akan berada di sana untuk menyelamatkanmu)
Superman got nothing on me
(Manusia super bukanlah diriku)
I'm only one call away
(Aku akan selalu ada)
Dani mengembangkan senyum ketika menyanyikan bait lagu tersebut.
Come along with me and don't be scared
(Datang bersamaku dan jangan takut)
I just wanna set you free
(Aku hanya ingin membuat kau bebas)
C'mon, c'mon, c'mon
(Ayo, ayo, ayo)
You and me can make it anywhere
(Kau dan aku bisa melakukan di manapun)
For now, we can stay here for a while
(Untuk saat ini, kita bisa tinggal di sini untuk sementara waktu)
Cause you know, I just wanna see you smile
(Karena kau tahu, aku hanya ingin melihat kau tersenyum)
Dengan senyum yang belum memudar Dani terus bernyanyi sembari melihat Alana yang memejamkan matanya, mungkin dia sedang meresapi lagu yang sedang Dani nyanyikan. Entah mengapa Dani senang bisa menyanyikan sebuah lagu yang mungkin dapat menjadi perantara curahan hatinya.
No matter where you go
(Tak peduli kemana kau pergi)
You know you're not alone
(Kau tahu, kau tak sendirian)
I'm only one call away
(Aku akan selalu ada)
I'll be there to save the day
(Aku akan berada di sana untuk menyelamatkanmu)
Superman got nothing on me
(Manusia super bukanlah diriku)
I'm only one call away
(Aku akan selalu ada)
_Charlie Puth: One call away
Prok prok prok
Tepuk tangan Alana menggema mengiringi akhir dari lagu yang Dani nyanyikan.
"Sini gitarnya," Alana mengambil alih gitar yang berada di pangkuan Dani.
"Buat apa?" Tanya Dani yang bingung.
"Aku juga punya lagu buat kakak." Alana memangku gitar yang semula Dani gunakan untuk menyanyikannya.
"Emang kamu bisa main gitar?"
"Wwiihhh, nyepelein adik Arya nih." Kata Alana yang tak terima dengan perkataan Dani sembari mencoba mencari posisi jari yang pas pada senar gitar.
Jrenggg...
Alana mulai memetik senar-senar gitar yang berjejer rapi.
Teriiimaa kaaasihku kepadamu
Dani
Jasaaaamu aaakan kukenang s'lalu
Dani
Tak perrrnah leeelah kau membantuku
Dani
Teeriiimakaaasihku kepadamu
Daniiii
Senandung Alana ala ala upin ipin. Gelak tawalah yang kini menggema di kamar rawat Alana, Dani yang tak tahan menahan tawa terus tertawa karena nyanyian Alana yang ala ala upin ipin dengan lirik Cik gu yang diganti dengan namanya.
"Aduuhh, kamu bisa ajasih Na." Dani memegangi perutnya yang keras karena tertawa.
"Bisalah siapa dulu, Alana." Sombong Alana.
"Kelihatan banget kalo kamu suka nonton Upin ipin." Seru Dani yang masih tertawa.
"Biarin." Kata Alana yang bodo amat akan hal itu.
"Btw makasih ya kak." Secara tiba-tiba Alana memeluk Dani yang berada di depannya. Dani yang yang terkejut pun hanya diam.
"Makasih sudah mau bantu aku, sudah mau jaga aku ketika Bang Arya kuliah, sudah mau jemput aku kalo Bang Arya ada kelas, makasih."Ucap Alana saat ia memeluk Dani.
"Iya sama- sama, apa sih yang nggak buat kamu." Balas Dani.
"Kak aku boleh tanya sesuatu?" Alana melepaskan pelukannya.
"Tanyakan saja, pasti akan ku jawab." Dani kini menggenggam kedua tangan Alana.
"Kakak ngelakuin ini semua atas dasar apa?" Tanya Alana.
"Karena kamu adik Arya." Jawab Dani.
"Yang tak akan pernah tergapai olehku meski kau di dekatku." Batin Dani.
"Bener?" Tanya Alana memastikan.
"Hheemm."
"Aku tahu kak kalo sebenarnya kamu punya maksud lain melakukan ini semua. Maaf karena aku tak bisa membalas apa yang sudah kamu lakukan kepadaku. Dan maaf karena aku sudah melibatkan hati kamu hanya untuk kepentinganku sendiri." Batin Alana yang mendengar jawaban Dani.
"Na ini kenapa jari kamu biru biru begini?" Kata Dani yang melihat kesepuluh ujung jari Alana membiru. Alana yang tak menyadarinya langsung menarik tangannya dari genggaman Dani.
"Ini nggak papa kok." Alana menaruh kedua tangannya di belakang punggungnya.
"Nggak sini aku mau lihat." Pinta Dani.
"Nggak papa kak," Tolak Alana.
"Nggak papa gimana, ini biru Na." Kata Dani yang berhasil menggapai tangan Alana.
"Nggak papa kakak," Alana menarik kembali tangannya dan dengan segera Alana berbaring ditempat tidur.
"Entar juga ilang." Alana menarik selimutnya hingga menutupi wajahnya.
"Ya udah, kalo kamu mau istirahat aku mau ke toilet dulu." Dani meniggalkan Alana sendiri, itu ia lakukan karena ia merasa jika Alana memperlukan waktu untuk sendiri. Karena Dani yang sudah keluar Alana kemudian membuka selimutnya dari wajahnya dan duduk. Alana diam dalam renungannya.
Alana menyentuh satu per satu ujung jarinya yang membiru, hingga jari yang ke sepuluh. "Segitu parahnya kah? Hingga hanya untuk memetik senar gitar saja menjadi biru seperti ini." Renung Alana.
# # #