Tải xuống ứng dụng
30% SOLARIUM || Black Clover Fanfic / Chapter 3: [02]. Jalan Menjadi Kaisar Sihir

Chương 3: [02]. Jalan Menjadi Kaisar Sihir

Pertandingan pertama yaitu Asta dan Sekke mengejutkan orang-orang disana. Bagaimana tidak?. Asta yang sama sekali tak memiliki sihir namun bisa menjadi pemenang

Selanjutnya ialah pertarungan Yuno dan Salim, anak bangsawan dari keluarga Kerajaan Heraphass

"Haha walau kau memegang Grimoire Semanggi Empat, tetap saja aku adalah bangsawan." Ujar Salim sombong, sementara Yuno hanya berwajah datar

"Ngomong-ngomong siapa namamu?." Tanya Kim

"Ah iya lupa!. Aku Celine Moonstone."

"Kim."

"Hanya itu?. Margamu?."

Kim diam

"Genevieve." Celine terkejut, lalu menatap dua wanita di belakang komandan Solarium dan juga Kim

Kim yang paham pandangan itu mengangguk pasrah. Itu alasannya dia tak suka mengumbar nama keluarganya

"Pertandingan dimulai!."

"Jangan sungkan-sungkan. Walau aku tak mungkin terluka sih. Lihatlah!. Badai petir!." Salim mengeluarkan kekuatannya

Awan hitam berkumpul mengeluarkan badai petir membuat tempat itu jadi bercahaya

"Saa~ rasakan ini!." Salim melepaskan bola petir raksasa itu

Siapa saja yang melihatnya pasti menciut. Tapi bukan Yuno namanya. Yuno mengeluarkan Grimoire nya

"Puting Beliung!."

Bola petir Salim berlawanan dengan angin Yuno. Bahkan Salim sendiri terbang dan terhempas di tanah hingga tanahnya retak. Angin hitam itu kemudian hilang

Orang-orang takjub

"Keren Yuno!." Pekik Asta

Kim melirik Serena dan dijawab dengan anggukan

"Petanding selanjutnya!."

Kim dan Celine saling tatap kemudian maju

"Kim semangat!." Teriak Asta. Kim terkekeh

"Saa~ aku penasaran dengan sihirmu itu." Ujar Celine

"Sepertinya kita cocok." Komen Kim

"Pertandingan ... dimulai!."

Celine mengeluarkan Grimoire nya terlebih dahulu

"Sihir musim: Autumnus tempestas!." Badai daun maple musim gugur datang seperti ombak

"Woah, musim gugur kesukaanku."

"Benarkah?!. Aku juga!." Seru Celine. Kim tersenyum

"Yosh giliranku ya." Kim mengeluarkan Grimoire nya

Orang-orang terkejut bahkan para komandan. Memang mereka sudah melihat Grimoire Semanggi Empat, tapi Grimoire yang hanya berwarna hitam putih itu. Sangat langka

"Woah Grimoire mu cantik. Apa sihirmu?." Tanya Celine

"Entahlah. Kau perhatikan dan beri nama oke?." Kim mengeluarkan sebuah tombak beraura listrik merah

"Mulai!."

Celine melempar ombak daun maple nya. Kim dengan lihai melompat dan memutar menghindari ombak tersebut. Setelahnya dalam sekali kedip dia langsung melesat melewati Celine

'Dia cepat sekali...'

Ketika Kim sudah berdiri tegak, Celine tiba-tiba tersetrum listrik merah dan juga beberapa tubuhnya mengeluarkan darah akibat sayatan, Celine ambruk

"Pemenangnya ialah ... Kim Genevieve!!."

"Ha?!. Dia keluarga Genevieve?!!."

"Kenapa emang nya?." Tanya Asta

"Bocah, kau tak tau apa-apa ya sepertinya. Genevieve itu keluarga dari dua perempuan yang berada di belakang komandan Solarium. Katanya keluarga mereka kebanyakan perempuan dan hebat-hebat. Mereka berdua tak pernah kalah dalam pertandingan apapun."

Asta bersorak takjub. Kim menatap kedua kakaknya yang tersenyum miring. Setelah tersadar Kim cepat-cepat menghampiri Celine yang dibawa penyihir medis

"Maaf aku tak sengaja." Ujar Kim penyesalan

"Haha tak apa. Kau memang kuat, Kim. Aku tau itu sejak pertama kali melihatmu. Aku memilihmu bukan karena meremehkan kemampuanmu. Aku takjub."

Kim terdiam dan tersenyum

"Terimakasih."

~•~

"Baiklah, seluruh ujian sudah kalian lewati. Kami sudah memperhatikan kalian. Apapun hasilnya kalian harus menerimanya." Ujar William

"Ingat!. Jika ada komandan yang mengangkat tangannya lebih dari satu, maka kalian boleh memilih akan masuk ke pasukan yang mana!." Teriak Fuegoleon

Nomor peserta pun mulai dipanggil dari awal. Semua deg-degan dan berkeringat dingin. Sejauh ini belum ada yang diterima

"Nomor 44 ... gagal."

"Nomor 56 ... gagal."

"Nomor 61 ... gagal."

"Sudah kuduga sih, sebaiknya aku tetap di desa dan membangun kebun."

Asta mengepalkan tangannya frustasi dan tersentak saat Kim menyentuh pundaknya

"Rileks sobat. Masih ada tahun depan, tidak, 100 tahun lagi kalau memang kita tidak diterima." Ujar Kim

"Em, kau benar. Bahkan kalau ada kehidupan kedua, aku tetap akan menjadi Ksatria Sihir!." Semangat Asta

"Nah gitu dong."

"Nomor 160."

Celine maju dan menunggu dengan deg-degan. Dua pasukan mengangkat tangannya, Merak Karang dan ... Solarium. Orang-orang heboh sementara Kim tersenyum bangga

Walau hanya memperlihatkan satu sihir, Celine terbukti memiliki sihir kuat setara dengan Grimoire Semanggi Empat

"Izinkan saya ... untuk bergabung dengan Solarium."

Pluto tersenyum. Celine mundur dengan wajah gembira

"Nomor 163."

Kim menarik nafas lalu maju

'Tolong jangan siapapun...'

Semuanya bersorak heboh kala semua komandan pasukan mengangkat tangannya. Tapi itu justru membuat wajah Kim makin cemberut

Kim terkejut kala berpapasan dengan mata singa Serena, sontak dia menaruh telunjuk di dagu dan berpikir

'Aku pengen berbeda sih sama mereka. Tapi masalahnya ... aku gak bisa bersosialisasi, ya udah deh'

"Mohon kerjasamanya, komandan Pluto." Kim membungkuk layaknya prajurit lalu mundur

"Kau memilih Solarium?." Kaget Asta

"Ya. Memangnya kenapa?."

"Tidak maksudku, ada pasukan yang lebih dekat ke Kaisar Sihir tapi kau memilih pasukan yang baru saja dibentuk?." Ujar Asta

"Untuk itu aku penasaran dengan sistem mereka. Ngomong-ngomong kau mau menjadi Kaisar Sihir ya?." Asta mengangguk semangat

"Kalau begitu berjuanglah."

"Em!."

~•~

"Nomor 167."

Yuno maju ke depan. Keheningan yang terjadi membuatnya gugup, tapi tidak ketika seluruh komandan pasukan mengangkat tangannya. Kim tersenyum sudah menduganya

"Wah Yuno keren!." Seru Asta

Yuno menelan ludahnya

"Izinkan saya bergabung dengan Fajar Keemasan!." William tersenyum bangga. Yuno lalu kembali mundur

"Nomor 168." Asta maju

...

Asta menelan ludahnya

"Nomor 168..."

'Kumohon, kumohon...'

"Nomor 168, gagal!."

Asta tersentak dengan mata terbelalak. Karena tak berpindah banyak yang bersorak tak terima. Hingga tiba-tiba komandan dari pasukan Banteng Hitam, Yami, melompat turun hingga tempat itu bergetar seperti gempa bumi

"A-apa ini?."

"Hoy, kau sudah gagal tuh."

"Tidak aku tidak!."

"Kekuatanmu memang bagus. Tapi jika asal sihirmu saja tidak jelas, tidak akan ada yang mau menerimamu. Karena kau hanya akan menjadi beban."

Asta terdiam

"Tapi ini satu-satunya cara supaya aku menjadi Kaisar Sihir!."

"Ha?."

"Aku harus menjadi Kaisar Sihir!." Asta tak peduli dengan Mana sihir Yami yang begitu besar

Melihat mata lelaki itu yang penuh semangat, Yami tertawa lalu keadaan menjadi seperti semula

"Haha kau anak yang unik. Aku menerimamu. Kau anggota ku sekarang, pasukan Banteng Hitam."

".... He?."

~•~

"Sudah kubilang jangan memilih Solarium!." Sontak Serena seraya menjitak kepala adiknya itu

"Aduh, emang kenapa sih?!."

"Maksud kami ada banyak pasukan keren yang mau merekrut mu. Aku ingin masuk Singa Merah Tua, dan kak Serena ingin masuk Elang Perak. Seharusnya kau menjadi salah satunya bukan malah mengikuti kami!." Ujar Deana

"Aduh, yang memaksaku bergabung kan kalian. Aku juga tak tau apa tugas Ksatria Sihir sebenarnya."

"Apa?!. Bisa-bisanya kau tak tau-."

"Kim!." Mereka bertiga menengok

"Siapa?."

"Ah dia Asta, laki-laki yang tadi dan Yuno. Kalian ini kakak-kakak ku, Deana dan Serena. Mereka anggota Solarium juga." Ujar Kim

"Hee kudengar kalian berdua benar-benar keren!." Seru Asta yang langsung ditahan Yuno yang malu

"Haha terimakasih. Mungkin kalian mau mengobrol, kami masuk dulu." Serena menepuk pundak Kim lalu pergi bersama Deana

"Mereka tak terlihat seperti wajahnya kan?.." Asta tertawa dan menggeleng

"Yah!. Sekarang kita sama-sama adalah Ksatria Sihir!. Aku akan mengalahkan mu Yuno dan menjadi Kaisar Sihir!." Jerit Asta

"Kaisar Sihir?. Kalian berdua berlomba untuk menjadi Kaisar Sihir?." Kedua laki-laki itu mengangguk

"Bagaimana denganmu Kim?. Kau tak mau?." Tanya Asta

"Hmm, mungkin sekarang aku sudah dapat tujuan dengan masuk ke pasukan Ksatria Sihir. Untuk menjadi Kaisar Sihir."

Asta tertawa sementara Yuno tersenyum kecil

"Mau bertaruh?. Siapa yang akan menjadi Kaisar Sihir diantara kita bertiga?."

"Haha tentu saja ak-. Argh perutku!." Asta langsung berlari ke toilet secepat kilat. Sepertinya perutnya sakit karena memakan ular ungu tadi

Setelah masuk ke toilet, Asta tak menyadari ada Sekke yang mengikutinya

'Sialan. Beraninya dia sudah mempermalukan ku. Yang lebih buruk aku masuk ke pasukan Belalang Hijau, serangga itu tidak keren. Untuk itu aku sudah menyiapkan kadal beracun khusus untukmu Asta, hahaha rasakan ini!'

Seekor kadal beracun berjalan menuju bilik toilet Asta, tapi sebelum itu Sekke terhempas dan menempel di dinding dengan bajunya yang tersangkut di pisau-pisau berlistrik merah. Sementara kadal itu diinjak oleh burung hantu milik Yuno

"Apa yang kau lakukan ha?." Tanya Kim dingin

"A-aku hanya mau memberikan s-salam perpisahan pada Asta. Ya, karena dia sudah membuatku m-masuk ke pasukan Ksatria Sihir." Balas Sekke gugup

"Kau-."

"D-dan juga menentukan siapa yang berhasil!."

"Kalau begitu enyahlah, kau bukan tandingan Asta." Balas Yuno dingin

Kim lalu melepaskan Sekke

"Ingat, ini peringatan terakhir." Sekke lalu keluar dengan lari terbirit-birit

Bersamaan dengan itu Asta sudah selesai buang air, tapi Kim dan Yuno bersembunyi

"Baiklah sobat, ayo bertegur sapa jika bertemu nanti." Yuno mengangguk dengan senyum tampannya

Mereka bertiga berjalan ke arah yang berbeda

'Baiklah, ayo pergi!'

To Be Continue...


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C3
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập