Kehidupan tenang Deera mulai terusik, setiap kali dia membuka Instagram atau wa, dia akan disambut oleh cacian, keluhan, amarah, kesedihan dari story Tirta. Pria itu memang tidak pernah menyebutkan nama Deera di setiap postingan nya, tapi itu semua percuma, karena sebagian besar orang di kelas sudah tahu tentang Deera dan Tirta. Jadi, Deera berasumsi, siapapun yang melihat postingan Tirta pasti akan menganggap Deera telah melakukan suatu kejahatan dan menyakiti hati rapuh Tirta.
'Tahan, kamu udah dewasa, Ra. Gak perlu bales or klarifikasi. Toh, gak ada yang peduli. Mereka lebih seneng baca juicy gossips rather than bland truth.'
Ding
Mas_ Pagiiii dek ❤️
'Astaghfirullah mataku!'
Selama beberapa hari ini, Deera selalu mendapatkan pesan semacam ini dari orang yang sama yang ada di aplikasi yang baru saja dia download. Deera menyukai sesuatu yang manis, tapi to be honest, yang ditawarkan orang ini terlalu manis bagi Deera. Sampai-sampai membuat giginya ngilu setiap kali membaca pesannya.
Ding
Mas_ Udah makan belum dek? Hayoo jangan sampai telat makan yaaa
Ding
Mas_ Hari ini gimana? Capek?
Ding
Mas_ Mas bangunin subuh ya?
Dengan banyaknya dan intens nya chat yang mengalir, rasa ngilu pada gigi Deera sedikit berkurang setiap kali membaca pesan-pesan tersebut. Keluhan pun perlahan berubah menjadi senyum, dan senyumannya pun berubah menjadi harapan. Tidak dapat dipercaya, tapi notifikasi dari pria yang usianya terpaut 10 tahun lebih tua darinya itu kini Deera nantikan.
Bisa dikatakan, pria itu bisa dengan cukup cepat mendapatkan posisi tertentu di hati Deera. Belum genap 2 bulan, tapi Deera sudah mulai mau menerima orang ini dengan cara telepon dan video call. Bagi Deera, hanya orang-orang tertentu yang bisa membuatnya betah dan menantikan hal-hal tersebut. Jika tidak, dia akan memberikan 1001 alasan.
Ding
Mas_ Mas insyaallah 2 minggu lagi ke rumah adek ya?
Dee_ Ih, mau ngapain mas?
Mas_ Ngiket adek, to. Kalo gak segera diiket, bahaya. Bisa-bisa disalip orang lain.
Dee_ ...
Mas_ Kenapa dek? Kamu gak mau sama mas?
Bohong kalau Deera menjawab "tidak", tapi rasa sukanya pada orang ini belum mencapai titik dimana dia siap untuk diikat lewat tali pertunangan maupun pernikahan.
Mas_ Gak papa, mas gak akan maksa kamu kok. Lihat aja, mas bakal buktiin ke kamu dan ngeyakinin kamu.
Dee_ Iyaa mas.
Sejak hari itu, pria itu semakin gencar menerpa dinding tebal yang Deera bangun dengan kelembutan dan kesabarannya. Terkadang, pemikiran "ya sudahlah, mungkin ini emang jodoh yang Allah kirimkan makanya prosesnya cepat dan mulus?" melintas di otak Deera. Perlahan namun pasti, keteguhan hati Deera goyah. Dia mulai menerima pilihan bahwa mungkin dia harus menikah sebelum lulus dari PPG nya dan sebelum dia bisa membahagiakan dirinya.
Dan itulah letak kesalahannya, menerima.
Hari itu, seperti biasa, komunikasi berjalan lancar-lancar saja. Di pagi hari, rutinitas tidak berganti.
Ding
Mas_ Adekkkkk ❤️
Dee_ Iyaa mas?
Mas_ Sibuk apa hari ini?
Dee_ Biasa mas, di sekolah aja.
Mas_ Okeee, semangat yaa
Dee_ Siappp, mas juga semangatt yaa
Namun, perjalanan dan rutinitas itu terhenti di sini. Tidak ada apapun, tidak ada masalah apapun, semuanya berhenti seolah tidak pernah terjadi apapun.
Dee_ Mas?
Dee_ Halooo?
Dee_ Ih gak lucu, mas are u ok?
Dee_ Don't play this kind of game, i don't like it. Kita udah dewasa mas, kalo emang ada yang kurang srek plis diomongin ajaa.
Dee_ *mengirimkan foto 1 kali lihat*
Benar-benar tidak ada jawaban apapun, 1 Minggu berlalu begitu saja. Hari dimana seharusnya pria itu datang ke rumah juga sudah terlewati, tanpa ada kabar atau kepastian. Deera masih mencoba berpikiran positif dan menghubunginya melalui Instagram yang tidak bernama.
Assalamualaikum
Walaikumsalam
'Ada jawaban, jadi selama ini bukan karena sakit, bukan karena handphone bilang, bukan karena pemikiran positif lainnya. Tapi memang tidak mau. Jadi emang seburuk itu ya aku sampe gak berhak dapet closure? What's wrong with me? Kenapa takdirku selalu sama? Apa emang aku ditakdirin gak boleh dicintai?'