Kini hanya tersisa dua tim yaitu Turangga dan Ambarawa, Ambarawa muncul dari balik bukit setelah sebelumnya melumpuhkan Kandik. seakan menyadari kehadiran lawan, Turangga berputar 180° ke arah kanan, kedua tank berhadapan dan kedua komandan saling menatap tank satu sama lain.
"ini dia, saatnya penentuan" ucap Ajeng serius, ia memfokuskan pikirannya untuk dapat melumpuhkan tank temannya itu.
Ajeng melihat Turangga sebagai tank Veteran yang tidak bisa di remehkan, ia teringat dengan kata kata yang disampaikan Husodo sebelum pertandingan, meski tidak yakin dapat menang Ajeng bertekad untuk melakukan yang terbaik dan bertarung sepenuh hati.
"tidak aku duga kita bisa bertahan sampai sejauh ini!" ucap Citra tidak mempercayai pencapaian mereka sejauh ini.
"ini mungkin jadi pertandingan yang sulit…." Ucap Ajeng dengan pesimis.
"kita sudah siap untuk hasil apapun, iya kan Ajeng?" Rani melihat ke arah Ajeng, mencoba untuk membangkitkan Kembali semangat temannya itu.
"meski kita di kalahkan aku juga tidak masalah kok, ini saja sudah jadi pengalaman yang berharga banget buatku" sahut Citra sependapat dengan teman temannya yang lain.
Ajeng tersenyum dan mengangguk mendapati semua temannya mendukungnya dan memberikannya dorongan moril, ia kini dapat menyingkirkan pikiran negatif yang mengganggunya dan dapat bertempur dengan lebih tenang.
di sisi lain, Susi melihat seorang penantang baru yang memiliki kemampuan, ia kagum Ajeng dapat melumpuhkan beberapa tank meski ini adalah pertandingan pertamanya.
"teman Ndoro ternyata hebat juga ya" ucap penembak di Turangga, mengagumi penantang baru yang akan mereka hadapi.
"saya sendiri tidak menyangka Ajeng dan teman temannya bisa sehebat itu" jawab Susi yang juga tidak menduga kehebatan dari teman temannya itu.
"bagaimana Ndoro, apakah Ndoro akan menggunakan taktik andalan yang di turunkan dari Kanjeng Susi atau Kartika?" sambung pengemudi Turangga.
"karena saya belum familiar dengan cara bertempur mereka, sebaiknya kita ikuti saja permainannya dulu" jawab Susi, ia tidak mau gegabah atau meremehkan lawannya, dengan bijak ia menurunkan egonya dan memilih memperhatikan bagaimana lawannya bertempur.
Setelah berdiam ditempat dan saling menggeber mesin, Kedua tank melaju Bersamaan dan memutari satu sama lain, setelah berputar beberapa kali dan saling bertukar tembakan yang selalu meleset, Ajeng menarik tanknya menjauh dan Susi dengan sigap langsung menanggapi perubahan arah lawannya dan mengejar, Citra dan Nur bekerja sama mencari jalan yang dapat dilewati sembari bergerak zig zag sementara Ajeng dan Rani berkutat di turret dan menembaki Turangga dengan Meriam dan senapan mesin, tak perduli seberapa banyak peluru yang di tembakkan Turangga hanya berjalan lurus dan tidak berusaha untuk menghindari peluru yang datang sama sekali, membuatnya terlihat sangat intimidatif.
Nur melaporkan jika mereka mendekati sebuah bangunan kecil yang ada di lapangan golf, Ajeng memutuskan untuk menggunakan bangunan itu untuk mengelabui Susi, Citra mengarahkan tanknya ke kiri dan Gerakan itu di ikuti oleh Susi yang ada di belakangnya, setelah mereka ada di titik sedekat mungkin dengan bangunan itu Citra langsung menarik tuas kanannya dan tank pun berbelok ke kanan, Ambarawa berjalan memutari bangunan itu di sisi kirinya sementara Turangga di sisi kanannya, setelah sampai di sisi lain bangunan itu Rani langsung menembaki Turangga dengan Meriam dan senapan mesin namun hasilnya nihil. Turangga melepaskan tembakan yang hampir mengenai rantai sebelah kanan, kedua tank berpapasan dan kemudian berputar 180° setelah ada di tengah tengah bangunan.
Kedua tank saling berhadapan Kembali namun kali ini di pisahkan oleh bangunan kecil di tengah mereka, untuk beberapa saat keduanya hanya saling menatap seakan sedang memikirkan strategi selanjutnya. Saat sedang mendiskusikan rencana mereka Rani melihat Susi muncul dari dalam tank dan mengeluarkan tubuh bagian atasnya, pemandangan itu membuat Rani dan Citra merinding, hal itu mengingatkan mereka dengan beberapa orang seperti Nishizumi Maho&Miho, Alice Shimada, serta Susan Ayu dan Kartika Ayu yang juga sering mengeluarkan tubuh bagian atasnya Ketika pertandingan berlangsung, dan Ketika mereka melakukan hal itu maka pertempuran tidak akan berlangsung lebih lama, Ajeng juga melihatnya melalui periskop, hanya saja Ajeng tidak merasa terintimidasi dan hanya menerka apa yang akan di lakukan lawannya nanti.
Citra mengingatkan Ajeng jika bahan bakar mereka akan segera habis jadi mereka harus menyelesaikan pertandingan itu secepatnya, tidak memiliki pilihan lain Ajeng pun memulai Kembali permainan kejar kejarannya dengan Susi, Ambarawa bergerak memutari bangunan itu searah jarum jam dan di ikuti oleh Turangga, kedua tank Kembali saling melepaskan tembakan namun kesulitan untuk mengenai badan tank yang terhalang oleh bangunan, Ajeng menjalankan rencana pamungkasnya untuk dapat melumpuhkan Susi, saat mereka ada di titik buta Turangga mereka berhenti melakukan putaran dan berjalan lurus sekitar 10 meter, kemudian berputar di tempat dan menunggu lawannya muncul dari balik bangunan, begitu mereka melihat Turangga dari balik bangunan Rani melepaskan tembakan ke sisi kanan Turangga, Tembakan berhasil di hindari dengan Turangga mengerem sesaat sebelum muncul dari balik bangunan, melihat lawannya sedang membidik sisi kanannya Turangga melakukan putaran besar ke arah kanan sambil memutar turretnya ke kiri, dengan sekejap Turangga meluncur ke samping, mendekati lawannya dan kemudian me-mepet lawannya dengan badan tank nya.
Ajeng dan semua awaknya terkejut dengan apa yang baru saja terjadi, Turangga meluncur ke sisi kirinya seperti sebuah mobil yang melakukan drifting dan memepet tank mereka. kedua tank itu saling mengunci dan menahan satu sama lain, Meriam mereka tertahan oleh turret dari masing masing tank, keduanya tidak bergerak karena takut akan merusak meriam mereka, Ajeng dan Susi saling menatap satu sama lain meski tidak secara langsung, Ajeng dapat melihat Susi yang pandangannya sangat ber-api api dan penuh tekad.
setelah mengalami kebuntuan kedua tank pun mundur bersamaan sembari memutar turret untuk menghindari meriam mereka rusak, Ambarawa berbelok ke kiri sementara Turangga berbelok ke kanan dan membuat jarak, kedua tank lalu bergerak Kembali dan saling bersilang di sisi kanan, Rani sudah mengambil ancang-ancang dengan memutar turretnya ke sisi kanan, Ambarawa berputar ke arah kanan dan bersiap untuk menembak bagian belakang dari Turangga, namun Turangga sudah mengantisipasi hal itu dan sudah mengarahkan meriamnya ke arah belakang.
Kedua tank melepaskan tembakan bersamaan, tembakan mereka berhasil menembus pertahan satu sama lain, ditandai dengan bendera putih yang keluar, kedua tank itupun dinyatakan lumpuh dan pertandingan berakhir tanpa pemenang.