Seorang murid dengan rambut berwarna merah sebahu sedang berjalan melewati lorong besar di dalam sekolahnya sambil membawa sebuah map coklat yang ia dekap di dadanya, lorong itu sangat besar dengan interior yang indah dan terdapat banyak ornamen terukir pada setiap sudut dan pilar, di langit langitnya juga terdapat lukisan yang cantik menggambarkan peristiwa peristiwa yang terjadi di masa lalu, langkah kakinya dapat terdengar menggema di sepanjang lorong setiap kali ia melangkah di lantai porselin yang mengkilap hampir seperti kaca dan memantulkan bayangan dirinya.
murid itu sampai di depan sebuah ruangan dengan pintu kayu yang besar, di jaga oleh 2 murid di depannya. ruangan itu adalah ruangan yang paling penting di sekolah itu dan selalu di jaga dengan ketat oleh anggota keamanan OSIS, di dalamnya adalah seorang murid yang keputusannya sangat penting dalam kelangsungan hidup sekolah itu sendiri, dua penjaga itu menghentikan murid yang hendak masuk ke ruangan itu.
"berhenti disana !" ucap salah satu penjaga di depan ruangan.
"saya membawa pesan yang penting untuk tuan putri, tolong izinkan saya masuk" ucap murid itu menjelaskan maksud kedatangannya kesana, ia menunjukkan map yang ada di dekapannya.
"Tuan putri sedang tidak bisa di ganggu, kalau mau saya bisa mengantarkannya untuk anda" jawab penjaga lain menawarkan bantuan untuk meneruskan pesan itu kedalam.
"Tuan putri meminta saya sendiri yang menghantarkannya, pesan ini sangat rahasia" ucap murid itu menolak tawaran dari penjaga di kanannya.
"Haah!? kau di pinta oleh tuan putri langsung, yang benar saja" ucap penjaga di kirinya yang tidak mempercayai ucapan murid itu. penjaga di sebelahnya mengangkat tangan kanannya dan menghentikan temannya untuk tidak bersuara keras.
"maaf, tapi tuan putri meminta agar tidak ada yang masuk, tidak perduli siapapun!" ucap pejaga lain tetap tidak bisa mengizinkan murid itu masuk meski dengan titah yang telah di berikan.
Murid itu menghadapi kebuntuan, ia tidak bisa menunggu sampai orang yang mau di temuinya keluar dari ruangan itu. bagaimanapun caranya ia harus dapat masuk, ia berjalan perlahaan mendekati pintu besar yang hampir seperti gerbang kerajaan, kedua penjaga memperingatkannya untuk tidak macam macam namun murid itu tidak memperdulikannya, kedua penjaga itu melangkah kedepan untuk menghadangnya.
"beraninya kau !!!" ucap salah satu penjaga saat akan menghadang murid itu.
"Ada itu apa ribut ribut diluar ?" ucap suara dari dalam ruangan, suara itu langsung menghentikan langkah kedua penjaga itu.
"Rosarine kau kah itu ?" tanya orang di dalam yang mengenali suara murid yang ingin masuk ke dalam ruangan.
"betul tuan putri" jawab murid itu. Kedua penjaga itu langsung melihat satu sama lain menyadari jika mereka berurusan dengan orang yang penting.
"biarkan dia masuk, Hellen, Celeste" ucap orang itu meminta agar Rosarine di biarkan masuk ke dalam.
"baik tuan putri" jawab keduanya bersamaan, mereka langsung membuka pintu besar itu dan membiarkan Rosarine masuk.
Rosarine berjalan perlahan memasuki ruangan besar yang di terangi oleh banyak lampu hias dan chandelier besar di langit langitnya, ruangan itu di hiasi oleh banyak tirai dan lantai yang di lapisi dengan karpet bermotif unik dengan warna yang menawan juga terdapat banyak barang barang bernilai seni terpajang di dalamnya. Ia melihat di depannya beberapa murid sedang mengerubungi seseorang yang duduk di sebuah kursi besar mirip singgasana yang biasanya ada di sebuah kerajaan.
"kau datang lebih cepat, Rosarine Von Haag" ucap orang itu dengan nada melantun, murid murid yang mengerubunginya langsung menepi agar orang itu dapat berbicara sambil melihat satu sama lain.
"maaf saya mengganggu waktu anda yang berharga, putri Wilhelmina" ucap Rosarine sambil membungkukkan tubuhnya.
"tidak apa apa, lagi pula aku juga akan selesai sebentar lagi" ucap Wilhelmina sambil tersenyum.
Ia adalah Anneke Wilhelmina, Ketua OSIS dan bagian dari keluarga kerajaan yang menjadi murid di Van Oranje Academy. Ia sangat suka menghabiskan waktu dengan mengurusi rambut pirang panjangnya yang selalu terawat dan tertata dengan indah, ia memiliki pasukan khusus yang akan selalu membantunya dalam ber-rias dan mengenakan pakaian. Hari itu ia mengenakan sebuah gaun dengan bagian atas yang cukup terbuka menunjukkan sebagian kecil dari dadanya yang sudah bertumbuh melampaui ukuran normal di umurnya yang baru menginjak 16 tahun. Perhiasan dan pajangan rambut tak lupa di kenakannya membuat penampilannya seperti seorang ratu yang mau melangkah ke lantai dansa.
"tolong yang sebelah sini di rapihkan lagi ya" ucap Anneke meminta agar rambut yang ada di sisi kanannya di rapihkan kembali, meski sudah di rapihkan berkali kali tapi putri itu tetap merasa tidak puas dengan hasil yang di dapatnya.
"baik putri" jawab salah satu perias rambutnya yang langsung mencoba untuk mengatur rambut pirang itu dengan alat yang di milikinya.
"jadi berita apa yang kau bawa Rosarine ?" ucap Anneke memulai perbincangan mereka.
"ini ada laporan dari perdagangan dan kerja sama yang kita lakukan dengan sekolah kapal lain" ucap Rosarine menyerahkan berkas itu ke Anneke, tanganya yang di balut dengan sarung tangan putih itu mengambil berkas yang di bawa Rosarine dan membuka segel yang menutupnya.
"sekolah mana yang kita berhasil ajak berdaga….awww hati hati" ucap Anneke memuka map dan melihat dokumen yang di bawa temannya, karena ia bergerak rambut yang sedang di rapikan oleh pembantunya tertarik oleh kepalanya, pembantunya langsung meminta maaf kepadanya dan melanjutkan pekerjaannya dengan mengikuti pergerakan kepala Anneke.
"semuanya, kita cukup berhasil menjual beberapa produk kita kepada mereka dan juga mendapatkan produk berkualitas tinggi dari mereka" ucap Rosarine menjelaskan jika mereka berhasil melakukan perdagangan dengan semua sekolah kapal yang masih beroperasi pada saat itu.
"sudah kuduga murid murid sekolah ini memang berbakat kalau soal berdagang, semangat itu sama sekali tidak memudar" ucap Anneke terkagum dengan hasil yang mereka raih.
murid murid di Van Oranje memang terkenal dengan semangat berdagangnya, ilmu bisnis dan ekonomi adalah bidang utama yang di pelajari di sekolah bertema belanda itu, hampir semua murid yang belajar di sekolah itu adalah anak anak dari para pengusaha, konglomerat, atau pegiat bisnis dan pemangku kekuasaan, mereka di didik untuk dapat meneruskan hierarki keluarganya dalam menjalankan bisnis dan usaha.
"ini semua berkat kerja keras putri" ucap Rosarine.
"tentu saja, tapi ini juga keberhasilan kita semua" ucap Anneke tidak mau mengakui keberhasilan itu hanya karena dirinya, ia menyadari jika keberhasilan itu adalah berkat kerja keras semua orang yang ada di sekolah kapal itu.
"tentu saja putri" ucap Rosarine, ia tersenyum melihat tuan putri di depannya masih memiliki kerendahan hati dan tidak mengambil keuntungan untuk kepentingan pribadinya sendiri.
"lalu itu saja kah yang ingin kau laporkan ?" tanya Anneke setelah mengecek semua berkas yang di terimanya.
"ada satu lagi tuan putri, menurut laporan intel kami disana ada sebuah kabar mengejutkan tentang klub senshado mereka, mereka bilang ketua mereka Susan Ayu, akan menutup klub itu tahun depan" ucap Rosarine menjelaskan kabar yang di dapat intel mereka yang mengumpulkan informasi di Nusantara Girl Highschool.
"apa? itu konyol !" ucap Anneke terkejut mendengar laporan yang di berikan Rosarine, ia langsung berdiri dari singgasananya disaat pembantunya sedang susah payah merapikan rambutnya dan membantunya menggunakan make up.
"tuan putri tolong jangan banyak bergerak, kalau tidak make up dan rambutnya akan berantakan lagi" ucap dua pembantunya bergantian. Anneke kembali duduk ke singgasananya dengan anggun kembali ke mode tuan putrinya.
"seberapa besar kemungkinan jika itu bukan berita bohong ?" ucap Anneke memastikan kembali jika itu bukan hanya gossip yang menyebar dari mulut ke mulut.
"kemungkinan keliru sangat kecil, Susan Sendiri menyampaikannya saat acara orientasi peserta didik baru tahun ini" jawab Rosarine meyakinkan tuan putrinya, salah satu intel mereka menyelinap ke acara orientasi murid baru di Nusantara dan mendapatkan informasi yang faktual.
"ada apa ini, padahal tim mereka sendiri adalah tim yang bersejarah untuk sekolahnya, sama seperti tim kita" ucap Anneke masih terheran dengan apa yang di dengarnya, ia memahami betul pengaruh klub itu kepada sekolah rivalnya dan mendengar kalau klub itu akan di tutup seperti di sambar petir di tengah hari bolong.
"mungkin ada hubungannya dengan kekalahan tahun kemarin, itu seharusnya menjadi kemenangan ketujuh berturut turut atas sekolah kita tapi mereka gagal mendapatkannya" ucap Rosarine menyampaikan dugaannya.
"tapi apa iya perlu sampai begitu, lagi pula itu hanya satu kekalahan dari sekian banyak kemenangan" ucap Anneke meragukaan dugaan temannya.
"dan juga mereka punya dua anggota dari aliran Kartika lagi saat ini, harusnya mereka menggunakan kesempatan ini untuk memperkuat tim mereka, bukan malah menghancurkannya" lanjut Anneke berbicara sendiri mengutarakan pikirannya.
"maksud anda adik dari Susan, Susi Ayu?" tanya Rosarine yang sudah mengenali anggota keluarga Ayu yang menjadi inti dari Senshado Nusantara Girl Highschool.
"iya, entah kenapa mereka bertiga selalu berada di sekolah yang sama, merepotkan saja" ucap Anneke ketus.
"sudah selesai putri, silahkan di lihat lagi" ucap salah satu pembantunya, mereka semua kemudian mundur dan memberikan sebuah cermin genggam kepada Anneke.
Anneke langsung menggunakannya untuk melihat riasan rambutnya memastikan rambutnya sudah sesuai dengan yang di inginkannya, ia menoleh ke kanan dan kekiri menyentuh dan mengelus rambut nya yang kini terlihat lebih indah dari sebelumnya, ia memperhatikan pajangan rambut yang ada di sebelah kirinya dan tersenyum, ia terkesan, mereka semua tidak pernah mengecewakannya dalam membantunya berias.
"terimakasih semuanya, ini adalah riasan yang indah" ucap Anneke mengapresiasi hasil kerja keras mereka.
"sama sama tuan putri" ucap salah satu pembantu dengan penuh hormat, ia membungkukkan badannya dan di ikuti oleh pembantu pembantu lain.
"untuk urusan Nusantara akan saya serahkan sepenuhnya padamu, cari lagi lebih banyak informasi, sekarang aku harus memastikan jika nyonya nyonya tua kita tidak menjadi lembek hanya karena kemenangan yang kita dapat tahun lalu" ucap Anneke sambil berdiri dari singgasananya dan bersiap untuk pergi meninjau klub Senshado yang di wariskan kakaknya.