saat ini kami semua sedang berada di daerah bersalju dengan badai salju dan elemen gelap yg menerpa kami.
beberapa anggota kesatria sihir juga ikut bergabung dengan kami, terutama velnar yg terus menatapku dengan kesal.
saat ini di depan mataku semua orang sedang bertarung dengan sengit melawan para Undead.
terdengar ledakan api dan suara benturan pedang di mana mana.
"Nero apa kamu hanya akan diam saja" tanya phoena yg sedang memeluk lenganku dengan kesal.
"bukankah aku sudah membantu, lihat aku membunuh Undead yg datang mendekati mu" jawab ku dengan santai sambil terus menembak para Undead yg datang mendekati kami bertiga
"kamu tidak serius, ini bukan kekuatan asli mu, kamu terlihat seperti main main, lakukan seperti mereka boom boom, lihat bahkan Marie hanya main main, kenapa memukul Undead dengan tongkat sihir, bukankah lebih baik menembakinya dengan sihir" kata phoena sambil dengan pipi mengembung sambil menggoyangkan lengan ku dengan manja.
"mereka sudah bisa mengatasinya, untuk apa buang buang tenaga" jawab ku dengan santai
"kamu benar benar pelit dengan tenaga mu, untuk apa kamu menyimpan tenaga mu" tanya phoena sambil menatap ku.
"mungkin untuk ini" saat itu aku langsung mendekatkan wajah ku ke wajah phoena
"Nero jangan mmm" dan kami pun mulai berciuman
setelah beberapa saat kami melepaskan ciuman kami dan phoena langsung membenamkan wajah nya di bahu ku.
"bagaimana bukan kah lebih nyaman" tanyaku dengan santai.
tapi phoena tidak menjawab dan hanya memeluk ku dengan erat.
tiba tiba suara teriakan terdengar.
"aramm" saat itu tidak jauh di depan ku, aku melihat Aram yg akan terjatuh ke jurang akibat longsor salju yg di akibatkan ledakan sihir velnar yg berlebihan.
dengan cepat saya mengulurkan tangan kananku ke arah Aram dan tangan berwarna biru transparan langsung muncul dan menggenggam Aram yg akan terjatuh.
setelah itu saya menarik nya mendekat ke arah ku.
"perhatikan langkah saat bertarung, jangan hanya fokus pada musuh" kataku dengan santai
"te terima kasih nero" kata aram dengan canggung
"jangan pikirkan itu, aku punya sesuatu yg keren untuk mu" saat itu saya mengeluarkan sepatu dengan beberapa pelindung besi di sekitar nya yg terlihat sangat indah.
dan di sampingnya terlihat sayap kecil yg unik menambah tampilannya yg indah.
"ini ini" kata aram dengan ragu ragu
"ambil saja, ini di sebut sepatu hermes, kamu bisa menendang udara dengan sepatu ini, percayalah ini sangat keren, ayo ayo coba pakai" kataku dengan nada memaksa
di bawah tatapan semua orang Aram langsung memakainya dengan wajah canggung.
setelah memakainya Aram terlihat lebih keren.
"sudah kubilang itu sangat keren" kataku sambil memberikan jempolnya
"terima kasih Nero" kata aram dengan semangat
"ayo kamu coba lompat dan setelah itu kamu tendang udara dengan kaki mu" kataku dengan penuh semangat
"baiklah"
saat itu Aram langsung melompat setelah itu dia menendang kakinya kebawah dan dia melompat lebih tinggi lagi.
dan dia menendang tendangan kedua dan dia melompat lebih tinggi lagi di bawah teriakan kagum semua orang, tapi saat tendangan ketiga itu tidak bekerja dan akhirnya dia mulai terjatuh.
"aaaahhhhhhhh" teriak aram dan akhirnya dia terjatuh dengan wajah terbenam ke arah tumpukan salju
"ooo aku lupa memberitahu mu, itu hanya dapat di gunakan 2 kali setiap 10 detik, he he he maaf" kata ku dengan senyum canggung
"aku tahu kamu pasti sengaja melakukannya" kata phoena dengan kesal yg membuat semua orang tertawa.
"keren abis, terima kasih Nero" kata Aram yg sudah keluar dari tumpukan salju dengan penuh semangat
"tentu saja, itu cocok untuk tipe serangan gesit seperti mu" kataku sambil mengacungkan jempol.
"mm dengan ini aku akan menjadi lebih kuat" kata Aram dengan bangga.
"kamu bahkan tidak tahu kalo kamu sedang di tipu oleh Nero" teriak phoena dengan kesal
"benar kah, aku tidak merasa di tipu" jawab Aram dengan bingung yg membuat semua orang kembali tertawa.
"tidak perlu di jelaskan, dia tidak akan mengerti hal hal yg begitu rumit" kata ku dengan santai
"Nero benar" sambung Yuri
"mm" gumam kain sambil mengangguk kan kepalanya
saat itu kami langsung menuju lokasi peri bumi tempat artefak langka yg menjadi tujuan kami.
________________________________
saat kami sampai di lokasi peri bumi, phoena mulai mengamati artefak yg berbentuk seperti pedang besar itu dengan wajah penasaran.
"Marie bisakah kamu menyanyikan lagu yg tertulis pada pedang ini" tanyaku pada Marie yg ada di sebelah ku
"tentu saja sayangku, Marie akan menyanyikan lagu yg indah untuk sayang ku" jawab Marie dengan bahagia sambil mencium pipiku
setelah itu Marie mulai bernyanyi dengan indah yang membuat semua orang terpana.
tiba tiba tulisan pada pedang besar itu mulai bersinar dengan cahaya emas dan buku chain chronicle yg di pegang oleh phoena juga mulai bersinar dan menunjukan halaman tertentu.
"pedang ini di sebut pedang harapan, yg mampu membelah kegelapan" kata phoena yg telah membaca isi halaman tersebut.
tapi tiba tiba energi gelap mulai muncul pada buku tersebut, dengan cepat aku mengeluarkan pedang ku untuk menyerap energi tersebut dan menggunakan sihir Cahya untuk memurnikan buku tersebut.
"Nerooo" teriak phoena dengan cemas sambil memelukku dari belakang.
"tenang saja, dia tidak akan apa apa" kata Marie dengan tenang sambil menepuk bahu phoena
"tapi.."
"percayalah pada suamimu" bisik Marie di telinga phoena yg membuat wajah nya langsung memerah
"mm" saat itu phoena memelukku lebih erat lagi.
setelah beberapa saat badai energi tersebut akhirnya berakhir dan buku tersebut mulai terjatuh ke lantai.
"Nero apa kamu baik baik saja" tanya phoena dengan cemas
"sepertinya aku perlu pelukan hangat saat tidur nanti, kalo tidak aku bisa masuk angin" jawabku yg berpura pura lemah
"tenang saja, phoena akan memelukmu dengan erat" kata phoena dengan tegas, lalu dia mengambil buku itu dan mulai membuka buka halaman nya.
"neroo, bukunya kembali normal, kegelapan pada bukunya sudah menghilang" teriak phoena dengan gembira dan dia langsung melompat ke pelukanku
"kita perlu pedang ini untuk membelah perisai kegelapan yg menyelimuti istana raja kegelapan" kataku dengan santai sambil membelai kepala phoena.
"mm mari kita tanyakan pada yg lain"
__________________________________________
di meja makan saya mulai menjelaskan semuanya tentang bagiamana akan menggunakan pedang tersebut.
"jadi kamu akan menggunakan Golem raksasa untuk memegang pedang itu dan menghancurkan perisai kegelapan yg menyelimuti istana itu" tanya velnar dengan nada kesal
"mm, aku tahu apa yg di inginkan para pertapa itu dengan pedang ini, tapi terlalu merepotkan untuk melakukan perjalanan bulak balik lagi, jadi lebih baik kita membawanya bersama kita, aku juga ingin cepat cepat menyelesaikan raja kegelapan ini dan menikah dengan phoena" jawab ku dengan santai yg membuat wajah phoena memerah lagi dan langsung bersembunyi di lenganku dengan malu.
"oi oi lalu bagaiman kamu akan membawanya, benda ini sangat besar" tanya velnar sambil membanting tangannya ke atas meja.
"Marie" saat itu aku langsung menatap Marie dan dia dengan cepat berjalan ke arah pedang itu dan menyentuhnya.
dengan cepat pedang itu langsung menghilang di hadapan semua orang dan setelah sesaat itu muncul kembali.
"ini tehnik penyimpanan ruang, kami bisa menyimpan benda mati apapun di ruang khusus kami" kelasku dengan santai
"yep tehnik ampuh jika kamu ingin mencuri sesuatu tanpa ketahuan oleh orang lain, ini benar benar sangat berguna, kamu bahkan bisa mencuri gudang harta istana hanya dalam hitungan detik" kata Marie dengan penuh semangat
setelah mempertimbangkan dengan matang akhirnya dengan keputusan Yuri, kami langsung membawa pedang tersebut.