Tải xuống ứng dụng
13.63% RAHASIA KELAM SANG BINTANG / Chapter 3: MEMULAI SEBUAH PERJANJIAN

Chương 3: MEMULAI SEBUAH PERJANJIAN

Lavender memasuki lobi perusahaan The Ivander Company dengan langkah gemulainya. Rambut hitam panjangnya yang terawat diikat satu dengan poni khas menutupi sebagian wajahnya. Lelaki itu menghampiri customer servis yang menyambutnya dengan sopan.

"Sudah ada janji sebelumnya?" tanya wanita bermake up tebal di depannya sambil tersenyum ramah.

"Sudah. Atas nama Lavender atau Jovanka," jawab Lavender datar. Wanita itu memeriksa sesuatu di komputer yang ada di hadapannya. Sebuah senyuman menghiasi bibirnya ketika menemukan notifikasi atas nama Jovanka di sana.

"Baik, silakan naik ke lantai dua puluh. Dari lift nanti jalan ke arah kanan. Bisa bicara dengan sekretarisnya di sana," katanya menjelaskan. Lavender mengangguk dan segera berlalu dari sana dengan lenggang gemulainya.

"Oke, kita lihat saja apa yang akan terjadi," gumamnya sambil membaca pesan dari Jovita yang menunggunya di kafe.

"Ah, gadis itu malam ini kerja rupanya," batin Lavender sambil memasuki lift.

"Sabar sebentar, My Baby. Tak lama lagi kamu akan meninggalkan semua pekerjaan yang membuatmu lelah hayati ini," gumam Lavender sambil tersenyum pahit.

Pintu lift terbuka di lantai dua puluh. Lavender mengikuti instruksi customer servise tadi. Seorang wanita berusia sekitar empat puluhan tampak tersenyum di mejanya dan mengulurkan tangannya untuk langsung menuju ruangan yang dimaksud. Dia pun sekarang berdiri di depan pintu bertuliskan CEO. Lavender mengetuk pintu itu perlahan.

"Masuk!" Terdengar suara menyuruhnya masuk dari dalam. Lavender pun membuka pintunya dan masuk dengan gemulai.

"Siang Tuan Galang," sapa Lavender ramah. Galang tampak menatapnya tanpa antusias. Netranya menatap pintu yang telah tertutup seakan menunggu seseorang yang masih tertinggal di luar.

"Anda sedang menunggu tamu lain?" tanya Lavender sambil ikut memandang ke arah pintu. Galang menatapnya datar.

"Sendiri?" tanya Galang sambil memanggil sekretarisnya melalui telepon.

"Ya. Seperti yang Tuan lihat," jawab Lavender sambil duduk di sofa tamu.

Wanita yang duduk di bangku depan tadi masuk sambil membawa berkas. Dia menyerahkannya kepada Lavender dan meletakkan sisanya di meja Galang.

"Duduklah di sana dan jelaskan," suruh Galang kepada sekretarisnya itu.

Lavender membaca dengan teliti perjanjian yang tertulis di sana. Sesekali dia bertanya kepada sekretaris itu dan mengangguk saat paham dengan apa yang dijelaskannya.

"Baiklah, aku menyetujuinya," kata Lavender akhirnya.

"Bagus," ujar Galang sambil menatap lekat ke arah lelaki flamboyan itu. Lavender tersenyum sambil berdiri dan berjalan menghampiri Galang.

"So kapan bisa kita tandatangani berkas perjanjian ini, Tuan?" tanya Lavender sambil duduk cantik di kursi depan meja Galang.

"Secepatnya," jawab Galang sambil menatap heran sekretaris yang menunjukkan beberapa perubahan yang diminta Lavender.

"Kenapa tidak nama Jovanka yang tertulis di sini?" tanya Galang dengan tatapan curiga.

"Anda bekerja sama dengan saya, Tuan. Saya bekerja sama dengan Jovanka. Begitu alurnya," jawab Lavender tegas. Galang hanya bisa menatap lelaki setengah matang itu dengan kesal. Dia pun menganggukkan kepalanya ke arah sekretarisnya.

"Ganti saja dan langsung bawa ke divisi entertainment. Lakukan yang terbaik," perintah Galang.

"Baik, Tuan. Mari silakan ikuti saya," ajak sekretaris yang diiyakan dengan senyuman senang Lavender.

Galang menatap kepergian Lavender dengan lega sekaligus kesal. Bayangan bertemu dengan Jovanka yang menari-nari di kepalanya dari semalam lenyap sudah. Dia pun segera mengirim pesan kepada Tante Kana untuk membooking seorang wanita malam ini.

"Kamu harus membayar untuk semua ini, Jovanka," gumam Galang sambil menahan amarah.

Sementara itu Jovita terlihat memasuki halaman sebuah kafe kopi yang cukup ramai. Dia segera memarkir motor matiknya dan berlari cepat masuk ke kafe melalui pintu khusus karyawan.

"Hai, siang semuanya," sapa Jovita ramah sambil sesekali membenarkan letak kacamatanya.

"Siang Jov. Tumben kamu jam segini sudah datang," balas Adam sang pemilik kafe.

"Iya, Mas, dosennya nggak datang jadi bisa pulang duluan," sahut Jovita sopan sambil memakai apron yang diambil dari lokernya.

"Baguslah, pas nih kafe lagi rame juga," kata Adam sambil tersenyum senang.

Tak berapa lama Jovita telah terlihat sibuk melayani para pelanggan di kafe itu. Sesekali dia membantu membuatkan minuman yang dia bisa. Adam melihatnya dengan senang. Lelaki cukup umur namun belum juga menikah itu diam-diam memperhatikan Jovita.

"Kalau naksir jangan dipendam, Mas," goda seorang barista yang dari tadi berdiri di sebelah Adam.

"Ish, kamu ini ada-ada saja. Siapa yang naksir siapa?" jawab Adam sambil terkekeh perlahan.

"Semua orang di sini juga nggak buta kali, Mas. Apalagi akhir-akhir ini Mas Adam terlihat sering melamun kalau sudah memperhatikan Jovita," lanjut lelaki itu sambil menakar kopi.

"Sampai segitunyakah diriku?" batin Adam sambil menghela nafas panjang.

"Aku hanya menganggapnya seperti adik. Bang Lav menitipkan dia kepadaku untuk dijaga, bukan untuk dipacari," kata Adam sambil tersenyum melihat Jovita terlihat berjalan menghampirinya.

"Adik ketemu gede 'kan nggak apa kalau dipacarin, Mas," goda anak buahnya itu lagi sambil tertawa melihat Adam yang menatapnya kesal.

Jovita memberikan kertas berisi pesanan kepada barista itu dan mengangguk dengan sopan sambil berjalan melewati Adam. Dia duduk di dalam sambil menunggu pesanan lain yang siap dihidangkan saat sebuah pesan masuk di ponselnya. Jovita segera membacanya. Raut wajahnya terlihat senang dan segera membalas pesan itu.

"Baiklah, sebentar lagi aku akan berubah demi balas dendam atas apa yang menimpa ayah, ibu dan kakak. Doakan anakmu ini ya Ayah, Ibu," desah Jovita dalam hati sambil memejamkan mata indahnya. Adam yang baru masuk ke dalam ruangan itupun heran dengan apa yang dilakukan Jovita.

"Kamu nggak apa-apa, Jov?" tanya Adam penuh perhatian. Jovita tergagap kaget saat melihat Adam telah berdiri di depannya.

"E-eh, nggak. Nggak ada apa-apa kok, Mas," jawab Jovita sambil kembali berdiri dan dengan sopan dan segera berlalu dari hadapan Adam. Lelaki tampan itu hanya bisa menghela nafas dalam sambil menatap kepergian Jovita.

Hari beranjak sore, Jovita bersiap untuk menyelesaikan pekerjaannya. Karyawan shift malam sudah mulai berdatangan. Jovita yang hanya karyawan lepas itu tersenyum menyambut kedatangan mereka.

"Jov, udah ditunggu tuh sama Om-nya," kata salah satu karyawan yang baru datang saat melihat Jovita sedang menyimpan apronnya. Dia pun mengangguk sambil tersenyum dan bergegas keluar mencari lelaki yang dimaksud temannya.

Lavender tampak melambaikan tangannya saat melihat sosok Jovita. Gadis itu tersenyum dan berjalan cepat ke arah Lavender.

"Jadi gimana, Om? Sukses?" tanya Jovita ingin tahu. Lavender tertawa mendengarnya.

"Kamu nanya sukses untuk perjanjiannya atau sukses ngerjain Tuan Muda Tampan yang bingung karena kamu nggak ikut hadir?" tanya Lavender yang disambut pandangan kesal Jovita. Lagi-lagi Lavender tertawa melihatnya.

"Memangnya dia nungguin aku, Om?" tanya Jovita penasaran. Lavender terdiam dan mengangguk mendengarnya.

"Dia ngempet tuh sama kamu, Jov," kata Lavender.

"Dih, ngempet apa'an. Orang dingin dan arogan seperti itu," gumam Jovita lirih.

Lavender tersenyum mendengarnya. Dia pun segera memberikan salinan berkas yang sedang dipersiapkan untuk tanda tangan. Jovita membacanya dengan teliti dan tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

"Kita sudah memulainya, Jov. Kamu harus hati-hati sekali mulai hari ini," kata Lavender mengingatkan.

"Hm, aku tahu, Om. Tenang saja," jawab Jovita.

"Jangan malas untuk selalu diasah karate kamu. Luangkan seminggu sekali untuk berlatih denganku, paham?" kata Lavender lirih. Jovita menganggukkan kepalanya.

Terbayang saat-saat latihan keras yang diajarkan oleh Lavender. Mantan anak buah kesayangan papanya itu sangat keras melatihnya. Tak heran sabuk hitam pun berhasil diraihnya. Tetapi Jovita tak pernah sedikitpun memperlihatkan kemampuannya itu ke orang-orang di sekitarnya.

"Jadi, haruskah aku pamitan ke Mas Adam?" tanya Jovita saat dilihatnya Adam berjalan menghampiri mereka.

"Bicaralah agar dia tidak kaget nanti," jawab Lavender sambil tersenyum menyambut kedatangan Adam.

"Malam, Om Lav," sapa Adam sopan. Meskipun penampilannya flamboyan, tetapi Adam mengenal sosok Lavender sebagai seorang lelaki yang sejati. Lelaki yang pernah menolongnya dikala dirinya terjerat hutang rentenir itu kemudian memberikan uang pinjamannya sebagai tambahan modal. Jadilah kafe yang dia kelola sekarang ini sebagian sahamnya milik Lavender. Atas permintaan Lavender, Adam pun merahasiakan hal ini dari Jovita agar dia merasa tenang bekerja dengan Adam.

"Serius banget, Om. Lagi ngobrolin apa nih?" tanya Adam ramah sambil menarik kursi di sebelah Jovita. Lavender tersenyum sambil melirik ke arah Jovita.

"Ada yang ingin dikatakan oleh Jovita. Kalian bicaralah, aku mau pesen kopi dulu," kata Lavender sambil berdiri dan berjalan dengan gemulai menuju barista yang dari tadi mencuri-curi senyum ke arahnya.

"Jadi kamu mau bicara apa, Jov?" tanya Adam sambil memandang gadis pendiam di sampingnya itu lekat. Jovita yang menundukkan kepalanya itu terlihat menghela nafas dalam sebelum mulai bicara.

Perlahan Jovita mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah Adam. Aura dingin tertangkap oleh Adam saat gadis cantik itu menatap lekat netranya. Sebuah kalimat diucapkan oleh bibir penuh yang ranum itu dengan singkat namun membuat Adam cukup terhenyak dalam diam tak rela.


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C3
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập