Terlebih dahulu Jeni menarik nafasnya begitu dalam lalu mengeluarkannya dengan perlahan.
Kali ini, Jeni tampak berusaha membendung air matanya agar tak lagi keluar mengaliri pipinya yang sudah memerah usai tangisan tadi.
"Mas Jeremi, mengapa aku harus mengalami derita yang sama untuk ke dua kalinya?" Sepertinya Jeni mulai bertanya pada Jeremi, tentang hidupnya yang terasa berantakan.
"Apakah wanita pendosa seperti aku memang tidak pantas untuk bahagia?" Lagi, Jeni bertanya dengan pandangan ke depan tak tentu arah. Bola matanya layu, tampak frustasi. Pemandangan yang sama seperti pertama kali Jeremi menemuinya di restaurant.
'Apa maksud Jeni berbicara seperti itu? apa Jeni sudah sadar dengan dosanya? Apa dosa yang dimaksud Jeni adalah dosa yang diceritakan Wili kemarin?' Jeremi malah bertanya-tanya dalam hatinya. Tak ingin menerka-nerka sebelum mendengar penjelasan langsung dari Jeni, Jeremi lebih baik bertanya langsung saja.