"Take it, (Ambil ini,)" tukas John menyodorkan ransum padanya.
Jane mengambil ransum itu dari tangannya dan mencoba membuka plastik pembungkusnya.
"Cut it. (Potongkan.)"
"Ya."
"You go there and wait for a while, imma put some traps for them. (Kau kesanalah dan tunggu sebentar, aku akan memasang beberapa jebakan.)"
John berjalan ke samping untuk mengambil beberapa batang kayu panjang dari pohon yang sudah tumbang, ia menajamkan ujung dari setiap batang kayu tersebut menggunakan pedang yang berada di punggungnya.
Jane melihatnya menggunakan pedang seperti itu, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Hey John, isnt it a sword? Why did you use it like an axe? (Hei John, bukankah itu pedang? Kenapa kau menggunakannya seperti kampak?)" sindir Jane padanya. "I've never ever seen someone using it like that, even in television. (Aku tidak pernah seorangpun menggunakannya seperti itu, bahkan di televisi.)"
"… …."
John tidak menjawabnya dan hanya menoleh padanya.
This shit head princess want to die so badly.(Tuan putri mengesesalkan ini sangat ingin mati.) Kata John dalam hatinya dengan tatapan sinis.
John memasangkan beberapa paku yang ia bawa dan mengikat kayu tersebut secara berjajar dengan posisi menghadap ke depan, ia mengikatkan tali pada dahan pohon yang tak terlalu tinggi seraya menariknya ke samping membentuk huruf C.
Jane kembali berkomentar mengenai jebakan yang dibuatnya. "Why don't you use your holy incredible and indestructible duck tape? (Kenapa kau tidak menggunakan lakban suci dan tak terhancurkan?)"
"You're so talkaltive, use that puny hand of yours to climb tree. (Kau sangat banyak omong, gunakan tangan mungilmu itu untuk memanjat pohon.)"
John membuat jebakan dengan prinsip pegas karena lebih efektif dibandingkan harus menggali atau menggunakan granat miliknya, sebab bukan hanya memakan waktu tapi juga menghabiskan sumber daya.
Ia tidak perlu menyamarkan jebakan tersebut dengan dedaunan, karena tingginya semak belukar sudah menyamarkannya.
"Lets move. (Ayo bergerak.)"
Sambil menyusuri hutan, John memetik dedaunan yang ditemukannya dan memasukannya ke dalam ransel untuk dijadikan santapan nanti.
Jane ikut melakukan hal yang sama, akan tetapi ia tidak hanya memetik daunnya saja, ia mencabut dengan akar-akarnya dan menentengnnya seperti sedang berbelanja sayur di pasar.
Pikir Jane, akan lebih bermanfaat jika ia mencabut bersama akarnya karena akan ada lebih banyak lalap untuk dimakan nanti.
Mereka berdua kembali berjalan di tengah rimbunnya pepohonan, dan beberapa menit kemudian mereka menemukan sebuah sungai kecil mengalir dengan air yang jernih.
John mengambil wadah minumnya dan mengisinya dengan air tersebut seraya memiminumnya. "Want some? (Kau mau?)" tanya John padanya.
Jane tidak menjawab tapi langsung mengambil wadah tersebut dan meminumnya.
Di lain tempat, Michael dan yang lainnya tiba di rawa yang John seberangi sebelumnya.
"Is it safe to cross it? (Apakah aman untuk menyebranginya?)"
"His trails end here, that's mean he get in and cross it. (Jejaknya berhenti disini, itu berarti dia masuk kedalam dan melewatinya.)"
Mereka bergerak masuk ke dalam rawa tersebut secara bersamaan.
Sama seperti John, mereka mendapati sebuah benda bergerak menyentuh kaki mereka.
"Something touch my foot, (Sesuatu menyentuh kakiku,)" tukas salah satu hunter.
"Damn! I feel it too. (Sial! Aku merasakannya juga.)"
"Stop, (Berhenti,)" perintah Michael dengan mengepalkan lengan ke udara. "Stick together. (Berdekatan.)"
Mereka saling memunggungi satu sama lain dengan memegang erat senjata masing-masing siap untuk menembak.
"Move. (Maju.)"
Mereka berjalan dengan formasi melingkar.
Ada yang menghadap ke belakang dan ke samping sebab takut hal tersebut adalah binatang buas, mereka mempertahan formasi tersebut hingga tiba ketepian dan masih tidak tahu benda apa yang mengenai kaki mereka tadi.
"This jungle got more dangerous. (Hutan ini semakin berbahaya.)"
Michael melepaskan sepatu dan celananya untuk menyingkirkan lintah yang menempel pada tubuhnya, hunter yang lain pun melakukan hal yang sama.
Setelah menyinkirkannya, mereka mendapati bekas plastik dan perban yang John tinggalkan.
Perban tersebut masih basah dan belum kering.
"They're close. (Mereka tak jauh.)"
Namun baru beberapa meter melangkah, salah seorang hunter menginjak tali jebakan dari John.
Sriiit… Dup. Suara jebakan menancap pada betisnya.
"Akh… my foot! My foot! (Akh… kaki ku! Kaki ku!)" teriaknya mengerang kesakitan sembari terbaring di tanah dan memegangi kakinya.
"Don't pull it, or you'll bleed to death. (Jangan di cabut, atau kau akan kehabisan darah.)"
Jebakan milik John bukan hanya menancap pada daging, tapi juga menembus hingga ke tulang, itulah mengapa Michael menyarankan untuk tidak mencabutnya.
"Call MMV, (Panggil MMV,)" suruh Michael pada rekannya.
Rekannya menghubungi pangkalan utama untuk meminta bantuan medis.
Tak berapa lama kemudian, sebuah helikopter terbang dengan rendah ke arah mereka dan menurunkan beberapa orang petugas medis untuk memberikan pertolongan pertama menggunakan tali yang menjulur ke bawah.
"Step back, (Mundurlah,)" tukas petugas medis meminta mereka untuk mundur karena membutuhkan ruang.
Petugas medis lainnya membuka tas yang dibawa dan mengeluarkan beberapa alat dari dalamnya.
"Hold it, (Pegangi,)" suruh petugas medis pada rekannya untuk memegangi jebakan yang dipasang oleh John. "Cut it, (Potongkan,)" sambungnya melihat pada Michael.
Michael menuruti perintahnya dan memotong tali-tali yang mengaitkan kayu serta paku satu sama lain.
Petugas medis tadi menyuntikkan obat pereda rasa sakit agar korban sedikit tenang dan tidak banyak bergerak.
"We can't do it here, he might be got infected, we need clean place to do so. (Kita tak bisa melakukannya disini, dia mungkin terinfeksi, kita butuh tempat yang bersih untuk melakukannya.)"
Helikopter tadi masih terbang diatas mereka.
Petugas medis tadi memindahkan tubuh korban ke atas tandu lalu mengaitkan tandunya pada tali yang mejulur ke bawah dari helikopter tersebut, petugas medis tadi ikut memanjat talinya untuk kembali masuk kedalam.
Mereka berdiri sembari melihat rekannya yang diangkut helikopter perlahan terbang mejauh menuju pangkalan utama, mereka menjadi ragu untuk melanjutkan perburuan tersebut sebab sudah banyak korban berjatuhan.
"From now on, watch your step! (Mulai dari sekarang, perhatikan langkahmu!)" tatap Michael pada mereka. "We can't afford to make more mistake. (Kita tidak bisa membuat kesalahan lainnya.)"
"Understood. (Dimengerti.)"
Kini hanya tersisa empat orang saja, dua orang ketua tim dan dua orang anggota tim.
Mereka melanjutkan perburuan tersebut hingga tak terasa mentari mulai terbenam dan mereka menyalakan senter dan memasang night vision untuk bisa melihat lebih jelas karena pohon-pohon yang menjulang tinggi ke langit menghalangi cahaya rembulan masuk.
Mereka berempat berhenti berjalan karena mendengar bunyi dari semak belukar yang berada beberapa meter di depan, semak tersebut bergoyang-goyang.
Mereka berjalan mundur menjauhi semak tadi, Michael menyuruh yang lain untuk berjongkok dan bertumpu pada satu lutut sambil bersembunyi dibalik pohon, mereka mengamati semak itu dengan seksama.
Kilatan bola mata yang terkena cahaya dari lampu senter memberitahukan mereka jika hewan tersebut adalah binatang buas, dan bunyi-bunyi hewan seperti serangga serta burung yang saling bersautan membuat suasana bertambah mencekam.
"RAWWR," Raungannya.
Seekor harimau melompat ke arah mereka siap untuk menerkam, tapi jemari mereka lebih dahulu menarik pelatuk dari senapan.
Dor, dor, dor, dor…. Suara tembakan.
Mereka memuntahkan banyak peluru pada harimau tersebut, hingga harimau tersebut tersungkur tak berdaya ditanah dengan banyak lubang ditubuhnya.
Untuk memastikan bahwa hewan tersebut benar-benar sudah mati, Michael kembali menembaknya dibagian kepala.
Suara rentetan letusan peluru tadi dapat terdengar oleh John meski dari kejauhan, ia yang sedang beristirahat sesegera mungkin menyuruh Jane untuk menghabiskan makanannya dan kembali bergerak maju agar tak dapat di kejar.
"Awoooooouuuuuu…."
Terdengar suara lolongan serigala yang menggema di tengah hutan.
Serigala? apa yang akan terjadi selanjutnya?