Aku pun langsung bangkit dari kasur ku dan merapikan baju ku setelah itu aku segera mengambil sepatu Sneaker ku.
Yaa... kali ini aku sudah bertekad untuk pergi dari rumah ini.
" Maafkan kakak Laurent, tapi percayalah suatu saat nanti kita akan bertemu".
ku pandangi pintu kamar ku sesaat dan berkata pelan kepada Laurent setelah itu aku pun keluar dari rumah ku dengan melompati jendela kamar ku.
Seperti tiada beban dan bebas, aku langsung berlari menjauh dari rumah ku tanpa ingin menoleh kebelakang untuk melihat rumah yang seperti neraka bagiku.
*****
" Ami ! Ami.... sini.... !!"
Dengan suara yang tertahan aku mencoba memanggil Ami yang sedang berdiri di samping rak baju-baju yang sedang dia jaga.
Aku memang sengaja mencarinya di Mall ini karena aku ingin mencari kebenaran tentang apa yang dikatakan oleh Ayah kepada ku dan apa yang sesungguhnya terjadi diantara Ayah dan Hansen di Mall ini tadi pagi.
" Letta ! sedang apa Lo di sini ? kenapa Lo nggak masuk kerja hari ini, atau jangan-jangan Lo beneran lagi banyak masalah ya... ?" ujar Ami yang terus menatap ku tak berkedip.
Terlihat dengan jelas dari raut wajah Ami yang begitu sangat mengkhawatirkan diriku, apalagi dia berkata kepadaku dengan tangan yang memijit-mijit tubuhku seakan-akan dia tahu bahwa tubuh dan hati ku ini begitu lelah oleh masalah yang sebenarnya begitu mudah diselesaikan namun menjadi besar hanya karena ego dan penghormatan.
Yang lebih tidak masuk diakal lagi adalah Ayah pun sempat menginterogasi dirinya.
" Mi, Aku pengen bertanya tentang Ayah, apa yang sebenarnya terjadi pada mereka berdua dan apa yang Ayah katakan kepada Hansen ? Aku bukannya ingin membela siapapun dan Aku juga nggak mau percaya sama siapapun, tapi aku mau kamu menceritakan apa yang kamu ketahui tentang mereka berdua ".
tanyaku dengan penuh pengharapan kepada Ami.
Mendengar perkataan ku, Ami hanya bisa terdiam dan menarik napasnya dalam-dalam, dari cara sikapnya yang menjadi seperti ini aku sudah bisa menebaknya bahwa yang terjadi antara Ayah dan Hansen tidak segampang yang aku pikirkan.
"Sebentar lagi Gue aplusan, Lo tunggu di kantin belakang aja ya, nanti kita pulang bareng jadi nanti bisa Gue ceritain semuanya!"
jawab Ami sambil membereskan catatan Nota penjualannya di hari ini.
"Baiklah aku tunggu kamu di kantin belakang ya... !" jawabku dengan perasaan yang sedikit lega mendengar jawaban dari Ami.
Tiba-tiba langkah kakiku ini langsung berhenti dan tubuh ku menjadi terdiam seketika saat mataku tertuju kepada sebuah tulisan angka yang tertera di pagar tembok di setiap lantai Mall ini.
Sebuah angka 2 berwarna merah begitu terlihat jelas di mataku.
Kini mataku pun langsung tertuju ke arah eskalator yang tidak jauh dari tempatku berdiri saat ini pikiranku pun langsung melayang membayangkan Hansen dan bertanya-tanya apakah saat ini Hansen juga ada di Mall ini ? apakah dia sedang bekerja hari ini ataukah dia sedang meliburkan diri untuk menghindari Ayah karena takut kejadian seperti itu akan terulang lagi kepada dirinya..... aku benar-benar tidak mengerti apa yang harus aku lakukan saat ini.
Sejujurnya aku sangat malu sekali jika aku bertemu dengan dirinya, karena aku tidak sanggup membayangkan apa yang sudah dilakukan Ayah kepadanya.
Aku sangat yakin jika Ayah sama sekali tidak berbuat baik kepadanya, karena aku tahu betul bagaimana sifat Ayah.
" Eeiih.... Neng Letta, kemana aja atuuh.... kok baru kelihatan... !" sapa Bu Arum, mengejutkan lamunanku.
" Eeeh.. Ibu... bukan Letta yang enggak kelihatan tapi Bu Arum yang gak pernah kelihatan di Lantai 3 ini lagi.... ". garau ku membalas pertanyaan dari Bu Arum.
" Iya Neng.... aduuh... maaf ya ! Ibu mah sekarang di pindah di bagian taman, jadi OB yang di lantai 3 ini bukan Ibu lagi... !" jawab Bu Arum dengan wajah yang sangat menggemaskan membuat diriku menjadi sedikit terhibur karena kelucuan kecil yang dibuatnya di hadapan ku.
" Ooh.. jadi pindah bagian gitu ya Bu, istilahnya... ?!" tanyaku balik.
" Iya Neng, kan ada divisi yang baruu... yang masih muda-muda gituu... jadi yang orang lama seperti Ibu ini di pindah ke taman aja... biar gak capek lagi turun naik lantai katanya.... !" jawab Bu Arum dengan bibir yang sedikit maju, terlihat sekali bahwa Bu Arum sebenarnya tidak mau dengan pemindahan bagian ini. Tetapi bagaimanapun juga pekerjaan adalah nomor 1 apalagi disaat-saat seperti ini, selama itu halal tetap kita harus kerjakan dan syukuri.
" Neng Letta mau kemana ?! mau ke lantai 2 atau lagi nunggu teman...?? soalnya dari tadi... Ibu liatin Neng Letta hanya berdiri saja disini".
tanya Bu Arum dengan memandang wajahku penuh dengan rasa penasaran.
" Aah ... anu ...anu ... ". dengan gelagapan aku menjawab pertanyaan dari Bu Arum , kini wajah ku mungkin menjadi seperti kepiting rebus karena malu dan salah tingkah karena aku baru menyadari jika aku menjadi terlihat bodoh hanya gara-gara aku terpana oleh angka 2.
" Ya sudah.... Ibu mau ke kantin karyawan dulu ya... ! mau bayar utang ! he he he... tadi ngopi belum bayar soalnya.... karena udah mau pulang jadi mau bayar dulu...!" ujar Bu Arum sambil melambaikan tangannya kepada ku.
" Eh... Bu ! Ibu.... Letta ikut ke kantin Bu !" teriakku memanggil Bu Arum yang sudah beberapa langkah meninggalkan diriku.
Tanpa ragu-ragu aku langsung merangkul tangan Bu Arum berharap agar Bu Arum tidak meninggalkan diriku dan berjalan menemani ku hingga sampai di kantin menunggu Ami pulang dari kerjanya.
Sebenarnya bibir ini ingin sekali bertanya kepada Bu Arum tentang peristiwa antara Ayah dan Hansen, mungkin Bu Arum mengetahui sedikit kisah mereka di pagi ini, tapi di lain sisi hati ini merasa sungkan bertanya kepada Bu Arum karena aku takut semua itu malah akan menjadi cerita heboh yang akan di ketahui orang-orang 1 Mall ini.
Karena aku selalu tidak mempercayai mulut seseorang karena aku tau setiap mulut itu akan berkata sesuai apa yang ada di pikirannya, maka yang terjadi biasanya cerita itu akan bertambah atau berkurang sesuai definisi cerita yang mereka inginkan.
" Neng Letta mau duduk dimana, Ibu mau bayar kopi habis itu mau langsung pulang, Ibu minta maaf gak bisa nemenin Neng Letta lama-lama disini ". ujar Bu Arum kepadaku dan terlihat sangat jelas raut wajahnya yang merasa bersalah kepadaku.
" Aaah... gak apa-apa Buu.... Letta juga mau nunggu teman makanya janjiannya disini... ".
balasku dengan sedikit tersenyum kepada Bu Arum. karena aku tidak ingin Bu Arum menjadi khawatir kepada ku.
----->
Teman teman pembaca ku tersayang, saya mohon kepada kalian semua yang menyukai isi cerita ini, tolong bantu saya dengan Vote nya dan juga reviews nya,
agar saya semakin semangat untuk menulis cerita lagi ....
Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih
kepada kalian semua, Terima kasih untuk semuanya salam hormat dari Saya,
Chand.
NB :
Instagram : @Divanandadewi
Facebook : @Chandrawati2019
— Chương tiếp theo sắp ra mắt — Viết đánh giá