Ivory beberapa kali menggumamkan nama itu layaknya mantra. Bukan lantaran ia ingin memanggil Eleanor agar datang melainkan karena ia sedang mencoba untuk mengingat nama yang terdengar tak asing di telinganya.
Namun, di detik berikutnya, Ivory kembali terfokus pada Max karena merasa tak juga berhasil mengembalikan memorinya tentang nama misterius itu.
Max pun mencoba untuk tidak terlalu mengekspresikan kesedihan yang ia rasakan. Bukan hanya karena tak ingin membebani Ivory, melainkan juga karena tak ingin Ivory melihat itu sebagai sebuah kelemahan.
Ia ingin terlihat kuat dan hebat di depan gadis itu.
"Sekarang giliranmu." Lelaki itu menoleh pada Ivory yang sontak melebarkan bola matanya yang berbingkai bulu mata lentik.
"Hey, kau jangan curang! Kau baru menceritakan sebagian kecil saja, bagaimana mungkin kau bisa bilang kalau sekarang giliranku?!" Ivory tak terima.
"Kita akan menceritakannya secara bergantian, sayang. Ayo ceritakan sekarang tentang dirimu."