Warning!!!
This is BxB/LGBT/YAOI /GAY and MPREG too. So if u don't like it or don't like the writter plz enter the X button on your screen.
Sorry for many miss typo(s)
Italic : Flashback
Happy Reading
Hope You Like it
Enjoy it
.
.
.
.
.
.
.
~ YunBearLoveBooJae ~
Tok Tok Tok
"Joongie," panggil seseorang dari balik pintu kamar.
Saat mendengar ketukan di pintu kamarnya, Jaejoong langsung menghapus air matanya yang mengalir. Dia bangkit dari duduknya, dan berjalan ke arah pintu kamarnya yang dikunci.
Ketika pintu telah terbuka nampaklah seorang Pria cantik, dia berjalan memasuki kamar Jaejoong dan memandangi Jaejoong dengan pandangan sendu.
Jaejoong menundukkan wajahnya. "Ada apa Umma?" tanya Jaejoong lirih.
Pria cantik bernama Kim Kibum yang dipanggil Umma oleh Jaejoong, mengangkat tangannya dan mengelus pipi kiri putranya dengan lembut. "Kau belum makan dari siang sayang, makanlah sedikit Umma tidak mau kau jatuh sakit."
"Joongie nanti akan makan Umma, apakah triplets sudah tidur Umma?" Jaejoong memandang sang Umma dengan raut khawatir.
Kibum tersenyum lembut sembari menurunkan tangannya yang mengelus Joongie. "Kau tenang saja, mereka sudah tertidur. Mereka sangat mengkhawatirkanmu tadi dan tidak mau tidur, tapi Umma mengatakan pada mereka kalau mereka tidur maka Umma kalian akan baik-baik saja. Makanya mereka sekarang sudah tidur dengan lelap." ujar Kibum menenangkan.
"Hah~ syukurlah, aku benar-benar merasa bersalah karena membuat mereka khawatir." ucap Jaejoong sedih.
Kibum tersenyum lembut menenangkan. "Makanya sekarang kau makan, nanti mereka akan kembali khawatir kalau kamu jatuh sakit Joongie,"
Jaejoong tersenyum kecil dan mengangguk. "Ne, aku akan segera makan." ucap Jaejoong.
"Baguslah, Umma akan menyuruh Lee Ahjumma untuk mengantarkan makanan ke kamarmu. Kau harus menghabiskannya ya!" perintah Kibum tegas.
Jaejoong mengangguk pelan. "Arraso Umma," jawab Jaejoong.
Kibum mengangguk dan berjalan keluar kamar Jaejoong dengan pelan, dan berhenti sejenak. "Jangan menangis lagi Joongie, lupakanlah segala hal yang membuatmu sedih. Umma tidak mau kau terus-terusan bersedih, kasian juga dengan Triplet nanti mereka ikut sedih melihatmu sedih." ucap Kibum tanpa berbalik.
Jaejoong menatap punggung sang Umma dengan sendu, dia berjalan pelan dan memeluk punggung Kibum dengan erat.
"Mianhaeyo Umma, mian." gumam Jaejoong pelan.
.
.
.
Sedangkan di tempat lain. Ada seorang Namja tampan bermata setajam musang, yang sedang berdiri melihat pemandangan kota Seoul dimalam hari dari balik kaca jendela kantornya.
Walaupun saat ini dia sedang melihat pemandangan, tetapi sebenarnya matanya hanya menatap ke depan dengan kosong. Pikirannya saat ini sedang berkecamuk, bukan dengan banyak hal. Tetapi hanya dengan satu hal, dan hal itulah yang telah berkecamuk di dalam pikiran dan hatinya selama lima tahun.
Penyesalan
Ya. Penyesalan, hal itulah yang selama lima tahun ini berkecamuk baik dalama pikiran maupun hatinya. Dia sangat menyesal dengan apa yang telah dilakukannya, sehingga dia selalu dibayang-bayangi oleh rasa penyesalan.
Di setiap malam dia selalu memimpikan cuplikan-cuplikan kenangan masa lalu, yang membuatnya menangis didalam tidurnya. Sungguh dia sangat menyesal dengan apa yang telah dia lakukan dulu, tapi apa boleh buat nasi telah menjadi bubur.
Ingin rasanya dia berteriak dan memohon maaf kepada orang yang telah disakitinya, tetapi dia tidak bisa melakukannya. Orang itu telah menghilang, dan membuatnya tertekan dengan rasa bersalah yang semakin besar disetiap harinya. Dia sudah berusaha keras mencari orang itu, tapi nihil usahanya hanya sia-sia belaka. Orang itu tidak bisa ditemukan di manapun, seperti tidak pernah dilahirkan di Dunia ini.
Jung Yunho, pria itu telah hidup dengan rasa bersalah selama lima tahun. Dia ingin sekali memutar waktu untuk menghentikan perbuatannya dulu, tetapi dia tidak bisa karena itu sangat mustahil. Jika tuhan memberikannya kesempatan untuk bertemu kembali dengan orang itu. Maka hanya satu hal yang akan dipintanya.
Maaf
Ya benar, Maaf, hanya maaflah yang diinginkannya. Dia ingin memperbaiki setiap kesalahan yang telah diperbuatnya pada orang itu, dan dia ingin membahagiakan orang itu sebagai gantinya. Yunho menengadah melihat langit malam, dan dia memejamkan matanya secara perlahan.
Seorang Pemuda tampan bermata musang bernama Jung Yunho berjalan dengan tenang memasuki kantin sekolahnya, lalu adik serta sahabatnya mengikutinya dari belakang dengan pelan.
Banyak siswa dan siswi yang memandangnya dengan sorot mata yang penuh dengan pujaan, tetapi dia mengabaikannya dan berjalan ke arah meja yang di duduki oleh tiga orang siswa yang sedang makan.
Dia berhenti dibelakang seorang pemuda cantik berkulit putih porselen. "Kim Jaejoong." panggilnya dingin.
Orang yang dipanggil olehnya menoleh. "Ne? A-ada ap-a Yunho sunbae." sahut pemuda cantik bernama Jaejoong itu dengan gugup.
"Dengar, mulai saat ini kau adalah kekasihku. Aku tidak peduli walau kau menolak sekalipun, karena kata-kataku adalah mutlak." ujar Yunho datar.
"Mwo?" pekik Jaejoong dan kedua sahabatnya terkejut.
Setelah mengatakan hal itu Yunho berbalik dan berjalan keluar kantin, meninggalkan adik dan sahabatnya yang sedang membatu karena terkejut dengan ucapannya.
.
.
.
Yunho keluar dari ruang kerjanya, dia berhenti sejenak untuk melihat jam dipergelangan tangannya. Jam sekarang telah menunjukkan pukul 22.00, dia harus segera kembali ke rumahnya.
20 menit berlalu
Yunho berjalan memasuki Apartementnya dengan santai, dia menyalakan lampu dan ruangan menjadi terang. Dia melepas jas beserta dasinya dan meletakkannya di atas sofa ruang tamu.
Dia menghela nafas, dan mengusap wajahnya lelah. Yunho berjalan menaiki tangga menuju lantai 2, dan memasuki sebuah pintu berwarna hitam dengan sedikit corak putih.
Yunho merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu, dia memejamkan matanya dan menutupinya dengan lengan kirinya. Yunho tertidur dengan cepat karena memang dia sedang kelelahan, karena ada banyak pekerjaan hari ini.
Pukul. 01.00
Bulir-bulir keringat mengaliri dahi tan milik Yunho, dia menggelengkan kepalanya dengan tidak nyaman di dalam tidurnya.
"Mi-anhe, mi-anhe." gumamnya dalam tidur.
Andwae Yun, Andwae hiks hiks lepas Yun, andwae
"Mianhae, mianhae." gumamnya.
ANDWAE!!! AKU MEMBENCIMU JUNG YUNHO
Yunho terbangun dari tidurnya, matanya terbelalak. Air mata mengalir, dan tangannya terulur ke depan seperti hendak meraih sesuatu.
Yunho menarik kembali tangannya yang terulur, dan menutupi wajahnya dengan telapak tangannya. Dia mengusap air mata yang keluar dari kedua matanya.
"Mianhae, mianhae, mianhae." gumam Yunho berulang-ulang penuh dengan penyesalan.
Yunho
Tubuh Yunho tersentak ketika mendengar suara lirih yang memanggilnya, dia menatap ke arah balkon kamarnya yang terbuka. Matanya terbelalak ketika melihat seorang gadis manis yang memakai gaun putih bersih.
Gadis itu menangis, dia memandang Yunho dengan penuh kekecewaan. Air mata Yunho kembali mengalir dengan deras, dia menatapnya dengan penuh penyesalan.
"Youngwoon~ah, mianhae." lirihnya.
Kau telah berjanji Yun, kau telah berjanji akan menjaga dan membahagiakannya. Kau mengingkari janjimu, kau mengecewakam aku. Kematianku bukan salah Jongie, saat itu memang sudah waktuku untuk kembali. Kau mengecewakan aku Yunho~ah
Gadis itu menghilang secara perlahan
.
.
.
Yunho tersentak dan segera membuka matanya, dia bangun dari kasurnya dengan wajah yang penuh dengan peluh, dia mengusap wajahnya dengan pelan. Dia menghirup nafas dan menghembuskannya dengan kasar, Yunho merasakan jantungnya berdetak dengan kencang karena gelisah setelah mimpi buruk yang baru saja dialaminya.
"Mimpi dalam mimpi." gumamnya.
Dia beranjak dari kasur dan berjalan ke arah balkon yang tidak terkunci pintunya, Yunho mendongak melihat bulan yang bersinar terang dimalam hari. Setetes demi tetes air mata mulai mengalir dari kedua mata musangnya.
"Mianhae, Jaejoongie," lirihnya diantara hembusan angin.
TBC