Punggung Aneska terasa sakit ketika dibenturkan dengan dinding di belakang sekolah. Ada sebuah tangan yang memegang kedua pipinya. Membuatnya tidak bisa berkutik. Apalagi berteriak.
Tapi dia mengenali dengan baik siapa yang menarik lalu menyeretnya ke belakang sekolah.
"Gue males cari masalah sama lo. Tapi berhubung lo berharga di mata Reygan, jadi gue terpaksa. Lo kalau mau marah, marah sama dia. Oke?"
Aneska berontak. Tapi jelas dia kalah tenaga.
"Coba kita lihat sejauh apa dia mau bertingkah sok pahlawan." Burhan tertawa. Dia mendekat ke arah Aneska. Kedua teman lelaki itu ikut membantu mencekal kedua tangan Aneska hingga perempuan itu tidak bisa berbuat banyak.
Aneska menendang perut Burhan sebagai bentuk perlawanan. Lelaki itu terdorong mundur sambil mengumpat. Dia yang semakin marah melayangkan tangan ke pipi Aneska.