Tanganku bergetar, bibirku hendak berucap, kebas tak berarti. Lalu, jeritan dalam pikiranku meronta-ronta. Aku menarik tubuh Sesil untuk memeluknya erat.
"Sil, jangan bilang siapa-siapa. Gue takut, gue sering mimpi orang itu, gue juga sering liat orang itu ngelambai ke gue. Dia dateng ke mimpi gue. Sebenernya gue nggak mau nikah kontrak, apaan nih? Ini sengsara banget, walau gue bisa punya mobil; uang; rumah nantinya. Tapi semuanya bakalan kosong."
Aku mulai meringis tanpa air mata, kepalaku terus menggeleng ringan. Sesil menepuk punggungku, lalu menggosok bahuku naik turun. Rasanya hangat, wanita ini menjadi seorang teman melebihi keluargaku.
Aku terpaku menatap kegelapan di balik punggungnya. Bahkan Fito tak pernah datang untuk mencari, di mana dia masih saja bergelut dengan dunia game. Waktu singkat terasa sempit baginya bergegas.
Sesil kemudian mengendurkan dekapanku, dia menatapku, tubuhnya berjongkok seolah-olah pengganti pria.
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!
Creation is hard, cheer me up!
I tagged this book, come and support me with a thumbs up!
Like it ? Add to library!
Have some idea about my story? Comment it and let me know.