[Maaf, chapter ini akan direvisi nanti]
"Permisi," ujar Aletta sopan seperti biasa.
"Huh?" sahut orang itu tanpa menghentikan pekerjaan.
"Apa anda tahu di mana ruangan Mbak Julia?" tanya Aletta sembari memegangi proposal erat-erat, menunjukkan seberapa pentingnya dokumen tersebut.
"Tahu," jawab orang itu terdengar agak ketus.
"Di mana?" tanya Aletta segera.
Orang itu menghentikan pekerjaannya dan langsung menatap Aletta dengan tak suka. "Kamu pikir, saya punya waktu untuk menjawab pertanyaan mu?" ujarnya yang membuat Aletta terhenyak.
"Oh, maaf sudah mengganggu anda," balas Aletta yang langsung mundur dari sana. Persetan dengan kesibukan. Apa susahnya tinggal menjawab arah? Dia bahkan tak meminta diantarkan ke ruangan Julia, tuh? 'Huh, mungkin karena mainnya dengan mesin, mereka jadi merasa panas sampai mudah tersulut emosi begitu,' pikirnya.
"Oh astaga," kaget Aletta hampir menabrak orang yang sedang membawa tumpukan kertas sampai menutupi wajahnya.