[Maaf, chapter ini akan direvisi nanti]
"WAIT, WHAT?!" Gea mendelik di depan kamera. "What's your choice?" tanyanya sangat meminta jawaban.
"No, no, Gea." Dylan menggeleng pelan. "Listen to me. Aku berhasil ke luar dari sana, tanpa mabuk ataupun tidur dengan perempuan lain."
"Are you sure? Your lips still pure, right?" tanya Gea memicing tajam yang tatapannya bisa menembus sampai ke jantung Dylan yang kini berdegup kencang.
Dylan menggeleng dengan kencang. Dia tak melakukan itu, lantas kenapa dia ketakutan setengah mati hanya dengan tatapan Gea?
"Oh, really?"
"Ya, Gea, ya!" Dylan memegang bibirnya sendiri. "Terakhir kali dicium oleh kamu sebelum ke bandara, sungguh!"
"Hmm, baiklah. Jangan ikut-ikutan dengan senior gila itu lagi. Sableng!" gerutu Gea mendengus kasar.
"I make sure to do that," balas Dylan mengangguk meyakinkan. "Jangan khawatir. Aku takkan bergabung lagi, takkan pernah sampai aku lulus."