Tải xuống ứng dụng
25% Happy Marriage / Chapter 5: AKHIRNYA MENIKAH

Chương 5: AKHIRNYA MENIKAH

Saat seseorang mencintaimu, mereka tak harus mengatakannya. Kamu akan tahu dari cara dia memperlakukanmu. Banyak macam cara orang untuk menunjukkan rasa cintanya, banyak istilah juga dalam penyebutannya. Tapi, setiap orang tentu punya pandangan masing-masing.

Mungkin untuk Faisal, Alma adalah perempuan paling sempurna yang pernah dia kenal. Tapi pada kenyataannya, Alma tidak bisa memberikan anak untuknya sampai lima tahun pernikahan mereka. Padahal teman-teman seusia Faisal sudah punya setidaknya satu sampai dua anak, tapi mereka belum sama sekali.

Alma menceritakan bagaiman perjuangannya selama ini untuk mendapatkan anak, namun Tuhan seolah tidak mengijinkan mereka untuk menjadi orang tua. Segala daya upaya pun sudah mereka kerahkan, namun hasilnya tetap nihil.

Semuanya normal, tidak ada yang bermasalah bahkan keduanya subur. Tapi entah bagaimana ceritanya, Alma dan Faisal tak kunjung mendapatkan anak. Semua itu Alma ceritakan pada Rania, berharap gadis itu mau mengerti posisinya dan bisa saling membantu.

"Tapi menikah bukanlah hal yang mudah, aku hanya ingin menikah sekali dalam seumur hidupku," kata Rania.

"Aku mengerti, Rania. Bahkan orang tuaku pernah bilang, menikahlah dengan lelaki yang mencintaimu, karena kamu akan menemukan kebahagiaanmu bersamanya."

"Lalu kenapa Nyonya memaksa saya untuk menikahi pak Faisal? Apa Nyonya sudah memikirkan matang-matang masalah ini?"

Alma sudah mempertimbangkan semua risiko dan konsekuensinya. Dia siap menerima tanggungan apapun yang akan terjadi kedepannya, dia juga siap membiayai kehidupan Rania dan neneknya jika perlu, itu semua demi seorang anak yang harus Rania lahirkan.

Tidak semua orang kuat dengan tekanan ibu mertua, termasuk Alma yang sudah berusaha berjuang menahan semuanya sendirian. Meski Faisal selalu berkata untuk jangan memikirkan masalah itu, tapi hati seorang wanita tetap tidak akan pernah bisa berbohong.

Meskipun begitu, tetap saja Rania tidak mau. Dia berpikir bagaimana nasibnya kedepan. Melahirkan anak seorang konglomerat, bercerai lalu menikah lagi dengan orang lain. Neneknya juga pasti tidak akan setuju dengan hal itu, tidak ada yang mau menikah dalam waktu singkat.

"Rania, aku mohon bantulah aku. Aku hanya menginginkan seorang anak darimu, itu tidak akan mengubah apapun dalam hidupmu. Aku siap melakukan apa saja untukmu, karena aku yakin kamu bisa memberikan yang terbaik untuk mas Faisal," mohon Alma dengan tangisan sendu.

"Kenapa harus saya? Masih banyak gadis di luar sana yang bisa mengandung anak kalian, 'kan?"

Alma mendongak, dia memegang kedua tangan Rania sambil menatapnya dengan nanar. Tatapan kerinduan seorang wanita pada anak yang belum pernah dia timang sebelumnya, benar-benar kelihatan memelas.

"Karena aku percaya, hanya kamu gadis yang tepat untuk mengandung anak suamiku. Aku sudah mempelajari latar belakang kehidupanmu, dan aku tahu kamu gadis yang pantas untuk mas Faisal."

Rania meminta waktu dua hari untuk memikirkan masalah ini. Begitu dia sudah mengambil keputusan, dia pun akan segera mengabari Alma secara langsung. Alma setuju, dia pun pulang ke rumahnya dengan penantian yang harus di perpanjang sampai dua hari kedepan.

Mendengar cerita sang istri, Faisal pun mulai ragu dengan perjodohan ini. Lagi pula mereka sudah punya hubungan yang kurang baik saat kesan pertama Faisal bertemu dengan gadis itu, pastinya hal itu juga berpengaruh pada pertimbangan Rania nantinya.

"Kalau dia tetap tidak mau, bagaimana?" tanya Faisal pada Alma yang duduk di sebelahnya.

Mereka duduk berdua di atas tempat tidur dengan piyama couple yang mereka punya. Alma bersandar di dada bidang Faisal, sementara lelaki itu mengelus punggung Alma dengan penuh kasih sayang.

"Aku tidak pernah berpikir kalau dia akan menolaknya, dan kuharap dia tetap mau. Karena aku hanya yakin padanya, tidak ada gadis lain yang membuatku seyakin ini," jawab Alam sambil menggerakan jari di perut kotak-kotak Faisal.

Baiklah, mereka hanya perlu menunggu dua hari kedepan sebelum akhirnya menerima keputusan Rania. Semoga saja hasilnya tidak mengecewakan, karena Faisal juga sudah kehabisan akal. Kalau Rania menolak, pasti Alma akan kembali menangis dibuatnya.

***

Dua hari kemudian ...

Faisal sedang sibuk-sibuknya bekerja di kantor dan mempersiapkan meeting hari ini. Dia berjalan bersama sekretaris dan juga beberapa karyawan kantornya menuju ke parkiran untuk segera pergi ke lokasi meeting yang sudah di tentukan klien sebelumnya.

Entah bagaimana ceritanya, mobil yang di kemudikan oleh sang supir mendadak menabrak seorang pengendara sepeda motor yang terlihat buru-buru. Faisal pun keluar dari mobil dan melihat siapa yang mereka tabrak.

"Rania?" tanya Faisal saat melihat gadis itu tergeletak di depan mobilnya.

"Maaf, Pak. Saya tidak sengaja, saya mohon jangan pecat saya," cicitnya yang buru-buru bangkit.

Rania mengaku mendapat telepon dari tetangganya yang memberitahu kalau neneknya jatuh di kamar mandi dan sekarang sedang di bawa ke rumah sakit. Rania khawatir, sampai dia mengendarai motor dengan asal dan tanpa sengaja menabrak mobil Faisal.

Di saat buru-buru, motornya mendadak mati akibat jatuh tadi. Membuat Faisal yang baru saja hendak masuk kembali ke mobil pun menoleh padanya, memperhatikan gadis berseragam kebersihan itu dengan mata menyipit.

"Mau saya antar?" tawar Faisal. Entah dapat hidayah dari mana, dia mendadak ingin menawarkan bantuan, padahal dia juga sedang buru-buru untuk pergi meeting.

"Tidak perlu, Pak. Saya bisa cari angkot atau taksi," tolak Rania pula.

Faisal mengangguk dan bergegas pergi. Tapi kemudian dia berubah pikiran dan segera mengantar Rania ke rumah sakit yang dia tuju. Awalnya gadis itu menolak, tapi karena tidak ada cara lain untuk sampai ke rumah sakit, sementara dia juga tidak punya uang untuk naik angkutan umum, akhirnya Rania pun menerima tawaran itu.

Tak ada kata yang saling bersahutan saat mereka duduk bersebelahan di dalam mobil. Faisal hanya memandang keluar kaca mobil yang sedikit terbuka, sementara Rania hanya diam sambil tertunduk.

"Sepertinya nenek kamu kelelahan. Apa obatnya habis? Imun tubuhnya lemah, seperti kekurangan asupan obat. Saya sarankan agar nenek kamu di rawat dulu sementara di rumah sakit," kata dokter setelah Rania sampai di rumah sakit.

Faisal yang mendengar itu pun hanya terdiam. Tadinya dia tidak peduli, tapi begiti mendengar keluhan Rania yang memaksa agar neneknya di bawa pulang dengan alasan tidak punya uang untuk biaya pengobatan, hati Faisal pun tersentuh.

"Saya kasih kamu dua pilihan, menikah dengan saya dan nenek kamu akan di rawat, atau kondisi nenek kamu akan semakin memburuk," kata Faisal.

Lagi pula ini sudah jatuh tempo setelah waktu dua hari yang Rania minta. Sekarang sudah seharusnya Rania memberikan jawaban. Desakan dari dokter sisi ekonomi yang lemah, serta kondisi neneknya yang kini harus di rawat inap, membuat Rania tidak punya pilihan lain.

Hingga akhirnya dia setuju dan mau menikah dengan Faisal. "Bagus, kalau gitu saya kabarin istri saya dulu. Kita akan menikah secepatnya," kata Faisal pula.

Ting.!

Sebuah notifikasi masuk ke ponsel Rania, memberikan informasi sms bahwa dana sebesar sepuluh juta sudah masuk ke rekeningnya.

"Pak, ini ...?"

"Itu uang mukanya, besok saya tambah kalau kita sudah menikah."

Rania hanya terdiam cengo melihat sejumlah angka yang masuk ke rekeningnya. Pertanyaan di kepalanya mulai bermunculan. Bagaimana bisa Faisal tahu nomor rekeningnya? Kenapa Faisal bisa langsung memberikan uang? Apa dia tidak ragu dengan jawaban yang Rania berikan?

Faisal langsung pergi setelah urusannya selesai. Meeting di batalkan, dia langsung pulang dan memberitahu Alma tentang kabar gembira itu. Istrinya tentu sangat senang sampai dia menari-nari gembira.

Persiapan pernikahan pun langsung di persiapkan dalam satu malam. Semuanya di urus dengan cepat dengan uang yang mereka punya. Hukum alam tidak akan pernah berubah, siapa yang beruang maka mereka yang berkuasa.

"Saya terima nikah dan kawinnya, Rania Widya Ningsih binti Sutejo dengan mas kawin seperangkat alat sholat, di bayar tunai!" ucap Faisal lantang setelah dia menjabat tangan pak penghulu.

Alma tersenyum melihat itu. Kini dia sudah berhasil mencarikan istri untuk suaminya, istri yang bisa memberikan keturunan pada Faisal dan menjadi penerus untuk keluarga Malik. Meski hatinya pedih, tapi dia akan berusaha untuk menerima pernikahan ini.

"Kamu senang?" tanya Faisal menoleh ke belakang.

"Tentu saja, kita akan punya anak dari Rania!" balas Alma pula sambil tersenyum.


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C5
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập