Athania hanya mengangguk kecil, lanjut
mengunyah makanannya. "Iyaa," balasnya
singkat.
Bara mengangguk-angguk cepat. "Kamu
beli tangan bionik buat apa? Ada keluarga
kamu yang penyandang disabilitas?"
"Hah? Beli?" Athania menggeleng cepat
setelah susah payah berusaha menelan
pancake yang tengah ia kunyah. Gadis itu
tersenyum kecil. "Itu tangan bionik buatan
aku. Setahun yang lalu waktu di Seattle,
aku meneliti tentang tangan bionik
dan nyoba ngerakit. Kok kamu malah
kepikiran aku beli, sih? Kalo aku beli buat
apa aku pajang? Kurang kerjaan banget."
"Wait, kok kamu nggak pernah cerita
kalau kamu bisa ngerakit tangan bionik?
I mean, ini sebuah pencapaian yang besar
loh," timpal Bara. Pemuda itu memutar
kursi putarnya untuk mengarah pada
Athania, menyorot dengan pandangan
setengah terkejut dan kagum.
Athania hanya dapat mengelus
tengkuknya dengan canggung, merasa
bahwa reaksi Bara tersebut terbilang
berlebihan. "Ya buat apa coba aku cerita?