Athania tak menjawab, melainkan
segera menyandarkan tubuhnya pada
dada bidang Bara. Tangannya bahkan
menggenggam erat hoodie yang Bara
kenakan.
Air mata Athania tumpah begitu saja,
gadis itu terisak dengan kencang. Ia
sudah tak bisa menahan air matanya
lagi untuk keluar. Sesak seakan
memenuhi rongga dada gadis itu.
Sakit? Bukan main. Melewati semuanya
sendirian bertahun-tahun, tanpa bisa
mengeluh dengan siapapun, rasanya
kelewat melelahkan dan menyakitkan.
Menangis pun rasanya sulit, hanya
membuang-buang air matanya dan
membuat gadis itu tampak lebih
menyedihkan.
Tapi kali ini, Athania tak bisa menahan
dirinya untuk tidak menangis. Karena
Bara ada di sampingnya. Karena untuk
pertama kalinya, ada yang ingin berbagi
rasa sakit dengannya.
Bara, pemuda itu menggigit bibirnya
sendiri, matanya menoleh ke arah lain.
Ia berusaha mati-matian untuk tak
menatap wajah Athania. Sebab, Bara
tak yakin ia sanggup. Karena hanya
dengan mendengar isakan Athania yang