Gisel mengajak Hanna mengitari klub. Hanna yang baru pertama kali menginjakan kaki di tempat ramai dan berisik seperti ini merasa canggung.
"Hanna, sini ikut menari sama aku," ajak Gisel.
"Aku sebenarnya tidak nyaman di sini," kata Hanna.
"Loh, kamu nanti juga bakal kerja di sini. Nikmati aja," balas Gisel.
Hanna menerima ajakan Gisel, sedangkan para pria sibuk berbincang-bincang. Frank menatap ke arah kekasihnya bersama Hanna tersenyum.
"Cantik," balas Frank.
"Sudah, jangan memandangi milik gue terus," kata Edgar.
"Loh, bukannya dia bakal kerja di sini? Memang belum lu sentuh?" tanya Frank.
"Gue tidak mau merusak dia," jawab Edgar.
"Lu bawa dia ke sini perlahan dia bisa rusak, Edgar," kata Frank.
"Sudah, kalian ini punya rencana apa sekarang? Apa mau mengurung gadis itu habis ini?" tanya Max mendelik kesal.
Edgar menatap Hanna dari jauh dengan senyum miringnya.
"Tidak tahu. Gue ngikut kakak lu aja," jawab Frank sambil menyilangkan tangannya.
"Pokoknya lu jangan menggoda milik gue," kata Edgar.
"Ya, tapi gue sekarang sudah jadi bos di klub ini, lu tidak mau mengaku kalau ini milik lu?" tanya Frank terkekeh.
"Sudah, lebih baik kita senang-senang. Sebentar lagi gadis itu bakal segera jadi milik teman kita ini," kata Leo membuat Edgar memutar bola matanya.
"Kak, aku jadi kepikiran kalau Hanna itu berbeda dengan perempuan lain yang bekerja di klub ini," kata Max.
Edgar tidak menanggapi. Hanya teman-teman dia saja yang menanggapi.
"Seharusnya Hanna ada di sana bersama Gisel, tapi kenapa aku tidak melihat mereka lagi? Gisel bawa Hanna ke mana?" gumam Edgar melihat ke arah lantai dansa.
Gisel yang berada di taman belakang klub sedang duduk bersama Hanna.
"Hanna, apa kamu nyaman saat duduk di sini?" tanya Gisel.
"Aku baru tahu di belakang klub ini ada taman," kata Hanna.
"Iya taman ini baru da semenjak klub ini dibangun," balas Gisel.
"Gisel, boleh aku bertanya?" tanya Hanna.
"Boleh banget dong. Mau nanya apa nih?" tanya Gisel.
"Kamu sama Edgar sudah kenal lama?" tanya Hanna.
Kalau dibilang lama, juga tidak. Justru kekasih aku yang lebih lama mengenal dia," jawab Gisel.
"Oh. Apa kamu pernah ketemu orang tua Edgar?" tanya Hanna.
"Ketemu langsung jarang, tapi pernah," jawab Gisel.
"Oh gitu," balas Hanna.
"Memang ada apa?" tanya Gisel.
"Tidak apa-apa kok. Cuma tanya aja," jawab Hanna.
"Oh iya, kamu yakin mau kerja di klub?" tanya Gisel.
"Yakin," jawab Hanna.
"Aku harap kamu bisa jaga diri, apalagi kerja di klub. Kamu cantik, bakal banyak yang godain nih," kata Gisel.
"Iya aku bisa jaga diri. Terima kasih, Gisel," balas Hanna.
"Sama-sama," kata Gisel.
"Jangan sampai aku keceplosan tentang Edgar saatngobrol sama dia," gumam Gisel.
Mereka saling mengobrol dan tertawa hingga hari semakin larut.
***
Di dalam klub, Edgar dan teman-temannya sudah selesai bercengkerama.
"Gisel ke mana sih?" tanya Frank.
"Iya tadi sama Hanna kok, tapi mereka belum balik-balik," jawab Edgar.
"Nanti juga balik, paling mereka lagi bergosip," balas Jacob sambil merokok.
"Iya betul," kata Leo.
"Mending kalian susul dia. Takutnya Gisel keceplosan berbicara hal yang tidak seharusnya dia bicarakan," balas Max.
"Iya ada benarnya juga lu," kata Frank.
"Iya kita cari mereka," ajak Edgar.
Edgar dan Frank pergi mencari kekasih mereka membuat Max geleng-geleng kepala dengan sikap kakaknya.
"Eh, lu tidak merasa bersalah sama Hanna? Gue lihat dia gadis yang baik," kata Jacob.
"Jangan sampai lu naksir juga sama tuh cewek, habis lu sama Edgar," balas Leo.
"Bukan urusan gue. Lagian gue juga sudah memperingatkan kakak gue," kata Max.
"Eh, Max tahu enggak sih tentang itu?" tanya Jacob.
"Pasti belum tahu, Jacob. Lu aja baru mau ngomong," jawab Leo sambil menyeruput minumannya.
"Iya ini gue mau jelasin," balas Jacob.
"Sudah, kasih tahu apa sih yang lu mau bicarakan daripada lupa. Gue penasaran maksud lu tentang itu apaan," kata Max.
"Itu, gue mau ngomongin bisnis aplikasi. Gue jujur agak merasa takut suatu hari nanti kita kena karma gara-gara aplikasi itu. Kita mendapatkan untung banyak, tapi kita sudah membohongi orang-orang juga. Bahkan lu tahulah apa yang dilakukan kakak lu dengan ide gilanya," balas Jacob.
"Ya terserah lu sih kalau yidak mau join lagi di bisnis ini. Lu bisa bicara sama Frank supaya lu ngurus bisnis yang lain. Bilang aja biar lebih fokus," kata Max.
"Hmm, iya ada benar juga. Nanti deh, gue bingung ngomongnya bagaimana," balas Jacob.
"Hmm," deham Max.
Drt drt
Ponsel Max bergetar. Dia melihat siapa yang menelepon mendengus kesal.
"Ngapain dia menelepon gue segala?" gumam Max sambil mematikan telepon itu.
Tidak lama ada pesan masuk dari seorang perempuan itu.
"Max tidak kangen sama aku? Aku kangen banget loh sama kamu," kata Adel dalam pesan itu.
Max membalas pesan Adel. Dia mengatakan di pesan itu bahwa dia saat ini sedang sibuk dan akan menemui Adel saat dia ada waktu sekaligus ingin memberikan kejutan.
"Max, tidak bisa gitu. Sekarang aku bosan nih, si Hanna lagi ada masalah di keluarganya. Dia tidak bisa aku ajak bicara saat ini. Terus dari tadi aku sudah kirim pesan sama telepon, tapi tidak ada yang dijawab. Bikin khawatir aja," kata Adel di dalam pesan.
"Sudah, kamu lebih baik tidur. Tidak usah mikirin hal yang tidak penting. Aku yakin temanmu itu baik-baik saja," balas Max.
Max yang kesal memasukkan kembali ponselnya ke kantong.
***
Di taman, Gisel mendengar Frank memanggilnya menoleh ke arah pria itu.
"Loh, ada apa, Sayang?" tanya Gisel berdiri dari duduknya dan langsung memeluk Frank.
Hanna menatap Gisel dan Frank, lalu dia melihat Edgar berjalan mendekatinya.
"Aku ada perlu sama kamu, Sayang," jawab Frank.
"Oh, oke. Aku duluan, Hanna," balas Gisel.
"Iya, Gisel. Terima kasih," kata Hanna lembut.
"Sama-sama," balas Gisel tersenyum.
Edgar menghampiri Hanna lalu duduk di samping Hanna.
"Kamu betah amat di taman. Tidak digigit nyamuk?" tanya Edgar sambil menggenggam tangan Hanna.
"Tidak ada nyamuk di sini, Sayang," jawab Hanna.
"Oh, baguslah kalau begitu. Kamu sudah mau pulang belum? Ini sudah larut malam dan besok kamu besok harus mulai masuk kerja," kata Edgar.
"Iya besok aku sudah mulai bekerja, Sayang. Terima kasih banyak kamu sudah sangat membantu aku dan keluarga aku. Aku jujur tidak tahy harus balas kebaikan kamu bagaimana. Aku sangat beruntung memiliki kamu," balas Hanna memeluk Edgar.
Edgar membalas pelukkan Hanna. Dia mengecup puncak kepala perempuan itu dengan lembut.
"Kamu pasti sudah tahu kalau aku akan melakukan apa pun untuk kebahagiaan kamu. Nah, ku minta satu dari kamu saat ini," kata Edgar membuat Hanna menatap dia.
"Minta apa, Sayang?" tanya Hanna.
"Aku mau kita segera tinggal di apartemen yang waktu itu kita kunjungi," jawab Edgar.
"Aku harus izin orang tuaku dulu. Nanti aku bilang apartemen itu dekat sama tempat kerja, aku tidak mau orang tuaku salah paham sama kamu," balas Hanna lembut.
"Terima kasih, Sayang. Nanti kabarin aku biar aku bisa membantu kamu bawa barang-barang kamu," kata Edgar sambil membelai lembut pipi Hanna.
"Sama-sama, Sayang. Kita pulang sekarang yuk," balas Hanna.
"Iya," kata Edgar.
Mereka meninggalkan taman lalu masuk Kembali ke klub untuk berpamitan.