Malam telah tiba, udara saat ini terasa sedikit lebih dingin daripada biasanya. Angin pegunungan berhembus, menggoyangkan dedaunan dan pepohonan. Membawa pula kedinginan yang menusuk tulang belulang.
Di dalam goa, Pendekar Baju Putih dan Zhang Yi sedang duduk pada sebuah batu hitam yang biasa mereka gunakan.
Sudah beberapa lama mereka terdiam, masing-masing kedua orang tidak ada yang bicara. Kecuali suara burung-burung di luar sana, rasanya tidak ada suara apapun lagi yang terdengar.
Tapi berselang sesaat kemudian, terdengar Pek I Hiap atau Pendekar Baju Putih bicara, katanya, "Anak Yi, apakah masih ingat kapan kau harus turun gunung?" tanyanya sekedar basa-basi.
"Teecu masih ingat, suhu. Teecu harus pergi besok pagi," jawab Zhang Yi penuh hormat.
"Bagus, aku kira kau sudah melupakannya," ujarnya sambil tersenyum.
Setelah berganti nafas, kembali tokoh sakti dunia persilatan itu melanjutkan bicaranya, "Itu artinya, sekarang adalah saat-saat terakhir di antara kita. Dan di saat terakhir ini, aku akan menyampaikan beberapa persoalan kepadamu,"
"Teecu siap mendengarkan,"
"Nah, sebelum pergi turun gunung, ada beberapa hal yang wajib kau ketahui. Tapi sebelum itu, aku ingin bertanya dulu, tahukah kau nama pedang yang pernah aku gunakan dulu?" tanyanya.
Zhang Yi tidak langsung menjawab. Pemuda itu seperti sedang mengingat-ingat kembali pusaka yang dimaksudkan oleh gurunya tersebut.
"Apakah yang suhu maksudkan adalah Pedang Dewa Naga?" tanyanya memastikan.
"Benar, memang pedang itu yang aku maksudkan,"
Pedang Dewa Naga adalah pedang pusaka yang dulu pernah digunakan Pendekar Baju Putih ketika dia membantu Partai Pedang Kebenaran ketika mendapatkan musibah.
Keunikan dari pedang itu adalah bentuknya yang mirip tongkat berkepala naga. Orang awam pasti bakal mengira kalau itu hanya merupakan sebuah tongkat. Bukan merupakan sebuah pedang pusaka kelas atas.
"Lalu, apa maksud suhu selanjutnya?" tanya Zhang Yi lebih jauh lagi.
"Asal kau tahu saja, sebenarnya Pedang Dewa Naga mempunyai kitab pusaka yang menjadi pasangannya. Dulu, ada seorang pendekar hebat yang memiliki keduanya. Sayang sekali, seiring berjalannya waktu, kedua pusaka ini jadi terpisah. Untunglah pedangnya berhasil aku dapatkan ketika terjadi perebutan dulu. Tapi sayangnya, kitab pusaka itu sampai sekarang belum berhasil aku dapatkan,"
Pek I Hiap berhenti sebentar, sekedar untuk melihat ekspresi Zhang Yi. Setelah sesaat kemudian, dia kembali melanjutkan, "Nah, alasan kenapa memberitahukan hal ini adalah karena aku akan menyerahkan Pedang Dewa Naga itu kepadamu. Hanya saja, dengan catatan, kau harus bisa menemukan kitab pusaka yang menjadi pasangannya. Kalau sampai kitab pusaka itu berhasil kau temukan, maka kehebatan pedang ini akan berlipat ganda. Kemampuanmu juga akan mengalami kemajuan pesat,"
Sebuah pusaka yang tercipta mempunyai pasangan, pasti akan bertambah kedahsyatan dan keampuhannya jika berhasil menyatu dengan pasangannya itu sendiri.
Seperti juga Pedang Dewa Naga yang dimaksudkan oleh Pek I Hiap. Kalau saja kitab pusaka yang menjadi pasangannya bisa ditemukan, niscaya keampuhannya bertambah.
Kenapa? Karena sesungguhnya, pedang itu sudah diciptakan khusus untuk menggubah jurus-jurus yang terdapat dalam kitab itu sendiri.
Zhang Yi bisa mengerti maksud gurunya. Oleh sebab itulah, ketika mendengar penuturan tersebut, pemuda itu mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Tapi guru, apa nama kitab pusaka itu?"
"Namanya adalah Kitab Pedang Raja Naga,"
"Kitab Pedang Raja Naga?" tanya Zhang Yi memastikan. Ketika mendengar ucapan tersebut, tanpa sadar sepasang matanya terbelalak.
"Benar. Apakah kau mengetahui tentang kitab ini?" tanya Pek I Hiap ketika dia melihat ekspresi Zhang Yi.
"Teecu tidak tahu, tapi teecu pernah mendengar sekilas tentang kitab tersebut. Menurut mendiang Ayah, Kitab Pedang Raja Naga adalah salah satu kitab pusaka yang menyimpan jurus-jurus pedang dahsyat. Puluhan tahun silam, banyak sekali orang-orang kang-ouw yang mencari-cari keberadaan kitab ini. Sayang sekali, dari dulu hingga sekarang, rasanya tiada seorang pun yang berhasil mengetahui di mana keberadaannya," jelas Zhang Yi kepada gurunya.
Ayahnya adalah seorang pendekar pedang. Malah pendekar pedang yang jarang menemui tandingan. Oleh karena itulah, rasanya tidak aneh kalau dia tahu sedikit tentang Kitab Pedang Raja Naga itu.
"Hemm, apa yang dikatakan oleh mendiang ayahmu memang benar. Tapi perlu kau tahu, yang mengetahui tentang di mana keberadaan kitab ini hanyalah aku seorang. Selain diriku, rasanya tiada seorang pun yang mengetahuinya," kata Pek I Hiap dengan nada dalam.
Kalau ucapan itu diutarakan oleh orang lain, sedikit pun Zhang Yi pasti tidak akan mempercayainya. Sayang sekali, yang mengucapkan hal itu bukan orang lain. Melainkan adalah gurunya sendiri.
Bagaimana mungkin pemuda itu tidak percaya?
Belum lagi jika diingat bahwa pedang pusaka yang menjadi pasangannya berada di tangan dia sendiri.
Mau tidak mau, Zhang Yi harus percaya terkait hal itu.
"Be-benarkah, suhu?"
"Aku tidak berbohong. Justru karena aku tahu keberadaannya, maka aku memutuskan untuk memberikan Pedang Dewa Naga ini kepadamu. Tujuannya tak lain adalah agar kau menjadi penerusku dalam membasmi kejahatan di negeri kita ini," ucapnya sungguh-sungguh.
"Terimakasih karena suhu sudah mempercayai teecu untuk menjadi penerus," kata Zhang Yi sambil bersujud satu kali.
"Bangunlah, masih ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan,"
"Teecu mendengarkan,"
"Untuk mendapatkan Kitab Pedang Raja Naga, kau harus pergi ke Gunung Himalaya. Di sana ada bukit tertinggi, dan di bawah bukit itu ada sebuah ruang bawah tanah. Nah, di ruangan itulah kitab tersebut berada,"
Zhang Yi melongo. Jarak ke Gunung Himalaya sangatlah jauh sekali. Kalau diperkirakan, mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mencapai ke sana.
Dia ingin bicara, tapi sebelum itu, Pek I Hiap sudah kembali mendahuluinya, "Tapi kau jangan khawatir. Dengan kemampuanmu yang sekarang saja, aku rasa kau sudah menjadi pendekar pilih tanding di antara orang-orang yang seangkatan denganmu. Oleh sebab itulah, jika keadaan tidak terdesak, menurutku kau tidak perlu jauh-jauh harus pergi ke sana. Selama rahasia ini tidak bocor, maka keberadaan Kitab Pedang Raja Naga akan baik-baik saja,"
"Teecu mendengar perintah," jawab Zhang Yi masih tetap bersikap hormat.
"Bagus, aku percaya kau tidak akan mengecewakanku," ujar Pek I Hiap sambil tersenyum hangat.
"Terimakasih, suhu,"
"Nah ada lain lagi yang ingin aku sampaikan kepadamu terkait peristiwa berdarah itu," tukas tokoh sakti tersebut.
Darah dalam dada Zhang Yi tiba-tiba terasa bergolak. Setiap kali gurunya menyinggung peristiwa berdarah yang menimpa keluarganya beberapa tahun lalu, setiap itu pula dia akan merasakan hal-hal seperti sekarang.
Apakah hal tersebut timbul karena dendamnya yang belum terbalas? Atau timbul karena dendamnya yang terlalu dalam?
"Tahukah kau kenapa meraka menyerang keluargamu?" tanyanya sambil mengawasi wajah Zhang Yi lekat-lekat. Yang dimaksud mereka tentu saja adalah orang-orang yang dulu menyerang Partai Pedang Kebenaran.
"Teecu tidak tahu sama sekali, suhu," jawabnya sambil menggelengkan kepala.