"Kata siapa aku tenang-tenang saja? Hati aku juga hancur Bi, tapi apa yang bisa aku lakukan karena itu semua telah terjadi. Haruskah aku menangis sedih meratapi nasibku karena istriku berselingkuh?"
"Bukan seperti itu maksud Bibi, Tuan," kata Bibi tersenyum.
"Iya, aku tahu apa maksud Bibi," jawab Ervin kemudian bangun dari duduknya.
"Tuan tidak pergi ke kantor?" tanya Bibi mengalihkan pembicaraan.
"Tidak, aku rasanya malas untuk pergi ke kantor," jawab Ervin. "Dari tadi kepalaku ini rasanya mau pecah."
"Mungkin karena Tuan terlalu banyak minum," kata Bibi.
Ervin hendak pergi menoleh sebentar ke arah Bibi. "Tahu aku minum?"
"Tentu saja tahu Tuan. Pakaian Tuan bau minuman yang sangat menyengat."
Ervin tertawa kecil. "Benar juga apa kata Bibi pasti pakaianku bau minuman. Tidak ada yang bisa aku sembunyikan darimu, Bibi."
Bibi tersenyum. "Tuan bisa saja."
"Aku mau duduk di balkon kamarku. Buatkan aku kopi yang pahit Bi," pinta Ervin sambil berlalu pergi meninggalkan Bibi.
Terima kasih reader atas segala support yang telah diberikan untuk author.