Sepi, hanya suara napas yang teratur yang terdengar sekarang di kamar yang sangat luas. Ervin telah terlelap dalam mimpinya, menghapus cerita tentang dirinya di hari itu. Cerita kecewa, diabaikan, marah dan prasangka terhadap istrinya yang membuat hatinya terluka. Kecewa sangat kecewa sampai membuat dirinya sempat akan salah melangkah dan melupakan janji suci dihadapan Tuhan.
Matahari di ufuk timur telah menampakkan sinarnya yang keemasan. Burung-burung berkicau dengan riangnya di atas dahan pohon yang sedang bergoyang dimainkan angin. Pemandangan rutin di pagi hari, sebuah Desa tempat kelahiran Aneska Belavina yang sekarang hidup seorang diri.
"Aneska," panggil suara wanita dari luar rumah.
Aneska yang sedang mempersiapkan diri untuk berangkat ke Sekolah langsung melihat ke depan. "Iya," jawabnya.
Seorang Ibu sedang berdiri di teras rumah ketika Aneska membuka pintu depan.
Terima kasih masih mengikuti Ervin dan Aneska.