"Kamu jangan begitu ke Damar. Kasihan, bicaramu terkadang begitu tajam," kata Aneska.
"Kenapa? Kamu keberatan? Damar juga biasa saja."
"Bukan begitu, tidak enak saja. Setiap kali kamu bicara pada Damar selalu menyinggung perasaannya, aku jadi tidak enak hati. Takut nanti Damar tersinggung," jawab Aneska.
"Tenang saja, Damar tidak akan tersinggung selama aku masih dekat denganmu. Apa kamu tidak tahu kalau Damar menyukaimu?" tanya Laras memancing.
"Tahu, aku sangat tahu," jawab Aneska.
"Lalu masalahnya di mana?" tanya Laras.
"Sangat susah kalau bicara dengan yang otaknya lemot," ucap Aneska kesal. "Malah tanya."
Laras tertawa kecil. "Makanya jangan berdebat denganku."
Aneska kemudian tersenyum, sesuatu muncul diotaknya untuk menggoda Laras. "Tapi menurut cerita orang, katanya jangan membenci orang terlalu berlebihan karena nantinya bisa berubah. Jarak antara benci dan cinta itu sangat tipis."
"Memangnya siapa yang membenci Damar? Aku tidak membencinya."
Jangan lupa tinggalkan komentar atau vote dan power stone di setiap chapter.
Terima kasih.