Dia memiliki kepribadian yang sangat sulit ditebak, atau memang, aku yang belum bisa mengenalnya dengan baik. Entahlah.
Azan Subuh berkumandang, aku menutup mushaf, baru saja membacanya dengan suara lirih, sedang berusaha mengobati hati yang sedang dilanda sedih dan gelisah.
Kulirik dengan ekor mata seorang lelaki yang masih terlelap di atas ranjang itu, ia sama sekali tak bergeming saat azan sudah mengalun dengan merdunya.
Aku tahu dia sedang sakit, tapi sebagai seorang istri yang baik walaupun sering disakiti, aku tetap akan mengingatkannya, meskipun sakit, kewajiban salat tetap harus dilaksanakan.
"Mas," panggilku dengan suara pelan, di dekat telinganya.
Nihil, Mas Andra tetap bergeming.
"Mas, bangun. Udah azan subuh," seruku lagi, berharap kali ini ia akan membuka mata dan langsung bangkit dari tempat tidur.
Mata yang terpejam itu perlahan mengerjap, kemudian benar-benar terbuka. Aku memilih mundur beberapa langkah, menunggu Mas Andra benar-benar bangun.