"Berkhianat? Antara saya dan kalian, siapa yang berkhianat? Hah! Yang ku tahu, aku selamanya akan setia pada Raja ku. Selama ini memang aku ingin memberontak tapi tak berdaya. Aku telah menunggu lama untuk hari ini. Meski aku mati, setidaknya Riyan akan mewujudkan keinginan saya. Hidup mati ku hanya untuk Rajaku!" Seru Yuli bersemangat.
Sementara itu, Riyan menghentikan langkah kakinya setelah dilemparkan sebuah kalimat yang tidak menyenangkan. Kini Riyan berdiri membelakangi ketiganya. Riyan benar-benar dalam kondisi dilema, antara akan membantu Yuli atau mengorbankan Yuli dan memilih untuk melarikan diri.
"Kesalahan terbesar Raja saat ini adalah dapat mempercayai dirimu, Yuli. Dahulu, kau lah yang membunuh pangeran Rubin dengan kedua tanganmu. Oleh karena itu kami semua percaya kepada mu. Tapi hari ini, kau telah menunjukkan bahwa kami telah salah menilai mu!" Ucap salah satunya.
"Aku melakukannya untuk mendapatkan kepercayaan si penghianat itu. Karena aku sadar, Raja telah dibunuh dan posisinya telah diambil alih olehnya. Saya hanya bisa menempuh cara seperti ini." Ucap Yuli.
'Aku sebenarnya tak membunuh pangeran Rubin. Melainkan itu hanyalah sebagian kecil rencana tuanku Rubin untuk mengelabuhi kalian semua. Kemudian membuat kalian mengira bahwa tuanku Rubin telah mati.' Pikir Yuli seketika.
"Hentikan omong kosong mu, hari ini adalah hari kematian kalian berdua!" Ucap salah satunya.
Seketika sebuah peluru melesat cepat di udara dan hampir membunuh Yuli. Beruntung, Yuli dapat menghindari peluru dengan baik sehingga hanya rambutnya yang berhasil tersentuh oleh peluru.
Peluru yang dilontarkan juga agak aneh, dalamnya berisikan cairan merah yang mampu menghancurkan tubuh fisik orang besi. Kini Yuli membuka matanya dengan lebar. Ia akhirnya sadar, bahwa tak ada kesempatan bagi dirinya maupun Riyan untuk selamat. Hal itu karena mereka berdua membawa sebuah pistol khusus.
Pistol itu digunakan untuk melawan orang besi. Hanya perlu satu peluru maka tak satupun orang besi yang akan selamat. Tak ada seorang pun yang tahu formula ramuan yang dijadikan peluru tersebut. Hal itu karena Rubin lah yang membuatnya. Bahkan para ilmuwan di kerajaan sains sekalipun juga tak mengetahuinya.
Hal itu membuat stok peluru terbatas. Keterbatasan stok peluru membuatnya sangat langka. Apalagi peluru tersebut sudah tak dapat di produksi lantaran Rubin yang telah menghilang entah kemana. Sebelumnya bahkan terdengar rumor di negri sains bahwa stok peluru telah habis sepenuhnya saat melawan bawahan Raja sebelumnya yang memberontak.
Yuli tak menyangka, bahwa rumor tersebut adalah palsu. Meski begitu, tak akan ada yang menduga, bahwa formula pembuatan ramuannya tidak lain hanyalah ramuan pembasmi serangga. Ramuan tersebut diberi nama Pil Anti Serangga oleh Rubin.
Hal itu karena mekanisme tubuh orang besi ada kaitannya dengan teknologi sains terbaru yang disebut "Sistem".
Sementara itu, Riyan telah memutuskan untuk bertarung bersama dengan Yuli. Biar bagaimanapun, dua orang lebih baik ketimbang sendiri. Riyan kemudian bergegas menarik Sesuatu dari belakangnya. Ternyata, tubuh Riyan dibuat berbeda dengan yang lainnya. Hal itu dikarenakan belakang Riyan terdapat senjata yang mana, cambuk tersebut telah diolesi Pil Anti Serangga. Baik Yuli maupun yang lainnya tak menyangka hal ini.
Bahkan Riyan sendiri tak tahu kalau cambuknya mampu menumbangkan orang besi. Hal itu karena tak ada yang tahu tentang senjata yang tertanam dibelakang tubuh Riyan. Dapat dikatakan, Riyan baru mengetahui dibelakangnya terdapat cambuk yang agak unik. Kini Riyan melesat dengan cepat di antara pepohonan dan langsung melepaskan serangan namun meleset.
Kini Yuli maupun dua orang besi lainnya mencoba mengecek di belakang mereka. Namun tak ada apapun.
Tak ingin kalah, dua orang manusia besi menyerang dengan brutal. Saat sebuah peluru hampir mengenai Riyan, Riyan bergegas dan memasang tubuhnya demi menyelamatkan Yuli.
Mata Yuli terbuka lebar saat mengetahui bahwa Riyan terkena tembakan tepat di jantungnya. Riyan lalu berkata dengan lantang;
"Yuli, cepatlah lari! Saya yang akan menahan mereka. Ingat, kau haru membalas dendam ini!" Seru Riyan.
"Ti... dak!" Air mata langsung mengalir di pipi Yuli bagaikan sebuah sungai. Yuli tak menyangka akan kehilangan Riyan secepat ini. Bahkan, sebenarnya Yuli mempunyai perasaan pada Riyan. Membuatnya berat meninggalkan Riyan begitu saja.
Sadar akan betapa seriusnya masalah ini, Yuli langsung berlari sekuat tenaga sebab mengira Riyan yang tak bisa lagi selamat. Saat Yuli ingin dikejar oleh dua orang besi, Riyan menghadangnya dengan berkata, "Aku akan melawan kalian sampai titik darah penghabisan!"
Melihat kondisi Riyan yang tak terluka, bahkan dapat berdiri dengan tegak membuatnya keduanya bingung. Kebingungan membuat keduanya diam seperti patung. Yuli telah pergi menjauh sampai akhirnya tak lagi terlihat. Sementara itu, Riyan baru menyadari bahwa tak ada efek samping yang ia rasakan setelah terkena peluru.
Merasa ada yang keliru, beberapa peluru melayang seketika di udara. Peluru itu kemudian mengenai Riyan beberapa kali sampai pada akhirnya baik Riyan maupun dua orang besi lainnya menyadari sesuatu yang penting.
Khusus tubuh Riyan, peluru pembasmi orang besi tak berguna sama sekali. Hal itu membuat Riyan bergembira dan langsung melayangkan serangan demi serangan. Keduanya lalu berjuang melawan Riyan dengan bertarung.
Awalnya mereka berdua dapat mengalahkan Riyan yang sendiri. Sementara Riyan yang merasa kewalahan, akhirnya mencoba menggunakan senjatanya. Meski dua orang itu juga menggunakan senjata, namun mereka tak tahu keistimewaan senjata cambuk Riyan.
Kini Riyan menyerang balik dan mendominasi. Beruntung, serangan Riyan tak berhasil mengenai mereka berdua. Serangan demi serangan terus berlanjut sampai sebuah belati kecil melayang diudara dan menggores wajah Riyan. Namun, berbeda dengan biasanya, wajah Riyan tak lekas sembuh.
Hal itu membuat keduanya semakin bersemangat untuk memberikan luka demi luka. Meraka berdua yakin, dengan luka yang tak sembuh, maka lama kelamaan akan mati. Berbeda dengan mereka, yang ketika terluka akan langsung sembuh seketika.
Akan tetapi, keserakahan mereka membuatnya menjadi tak sabaran dan merasa diatas angin. Akhirnya, sebuah cambuk mengenai Lengan salah satu lawan Riyan. Setelah itu, serangan Riyan berlanjut dan mengenai kepala yang satunya lagi. Kini, Riyan dibuat terkejut ketika dua orang besi itu malah langsung wafat ketika tubuh fisiknya meledak begitu saja.
Dengan perasaan bingung, terkejut, dan senang yang tercampur aduk, Riyan akhirnya mengetahui, bahwa cambuknya berfungsi untuk melawan orang besi. Setelah menang, Riyan mengambil nafas dalam-dalam dan menghelanya perlahan. Kini kebahagian terpancar di wajah Riyan. Beberapa saat setelahnya, Riyan bergegas menyusul Yuli yang sudah pergi jauh.
Sementara itu, ditempat lain. Shi Xiong terus menelusuri jalan dan beberapa kali melewati sungai dan pepohonan besar. Shi Xiong menelusuri jalan dan akhirnya menemukan nona Xiao Ning dari kejauhan. Namun betapa terkejutnya Shi Xiong saat melihat nona Xiao Ning berada dalam bahaya.
Melihat nona Xiao Ning dalam bahaya, Shi Xiong meletakkan Guru Ling yang tak sadarkan diri dan bergegas menuju nona Xiao Ning. Saat nona Xiao Ning hampir diterkam oleh sosok monster berukuran dua kali tubuhnya, Shi Xiong datang dan menghajarnya.
Sayang, monster dihadapan Shi Xiong cukup tangguh dan mempunyai kekuatan yang sangat kuat. Bahkan serangan Shi Xiong tak berefek karenanya.