Satu tembakan terkahir membuat Calvin dan Niko sama-sama mendesau hebat. Suara mereka terdengar cukup nyaring dan memenuhi seisi ruangan kamar, bahkan Yogurt bak air mancur kini mengucur di dalam hole milik kekasihnya itu. Calvin jatuh di atas tubuh Niko setelah mereka selesai menyelesaikan ritual tertunda selama seminggu.
Calvin memeluk tubuh Niko, sembari membetulkan deru nafasnya yang tak beraturan supaya kembali dengan teratur. Calvin merasakan seperti ada sesuatu yang tengah mengusap kepalanya dengan lembut. Calvin beralih menatap Niko, dia tersenyum kala melihat Niko yang sudah memejamkan matanya, bulu matanya yang lentik membuatnya terlihat sangat Cantik.
"Cantik," gumam Calvin tak berhenti memandang.
Entah, mengapa di setiap Calvin melakukanya bersama Niko, Calvin selalu merasakan Nikmat yang bertambah lebih dari dua kali lipat. Bercinta dengan sesama jenis, apakah senikmat itu ? Pikir Calvin yang masih tidak mengerti sama sekali dengan orientasi sexualnya.
Cup
Calvin mendaratkan kecupan singkat di bibir Niko, membuat Niko mengerjap dan membuka matanya perlahan. Niko menyipit, badannya terasa berat karena Calvin masih saja menindih di atas tubuhnya.
Niko mulai menatap Calvin dari bawah, ia membeliak karena sedikit terkejut saat Calvin kembali menempelkan bibirnya sekilas dengan bibir Niko, kemudian di lanjutkan dengan senyum manis Calvin yang terlihat menawan.
Bibir Niko ikut tertarik, Niko lebih suka sikap Calvin yang lembut seperti ini, di bandingkan sama Calvin yang sukanya marah. Biasanya kalau Calvin marah itu, terlihat garang dan seperti binatang buas yang hendak menerkam calon mangsanya. Niko tidak mau mengingatnya lagi, membayangkanya saja sudah membuatnya takut sekaligus merinding.
"Niko, cape sayang?" tanya Calvin dengan suara pelan, sembari mengendus-ngendus wajah Niko, kayaknya Calvin suka banget cium-cium Niko. Calvin memandang wajah Niko dari atas, kemudian Niko menganggukan kepalanya.
"Iya, ayang," jawabnya.
"Cape banget?" tanya Calvin sekali lagi.
Niko berdecak sembari mendengus Pelan. Mendengar pertanyaan Calvin membuatnya malas untuk berpikir keras. Pertanyaan yang sebenarnya nggak perlu di pertanyakan sama Calvin, Calvin juga sudah tau kok sama jawabanya. Tapi, kalau Calvin memaksanya untuk menjawab? Jawabanya sudah pasti bukan lagi sekedar capek, melainkan si Niko memang benar-benar tepar. Gara-gara goyangan bringas dari pemuda tampan yang sedang berada di atasnya sekarang.
"Huum" Niko mengangguk. Matanya kini tak lepas memandang ke arah Calvin.
Calvin tersenyum di barengi sama tawa kecilnya, kemudian tangannya beralih mengacak rambut Niko dengan gemas. Saking gemasnya, sampai-sampai Calvin ingin melakukan ronde kedua setelah ronde pertama selesai.
"Ayang jangan di berantakin gitu," Niko membenarkan rambutnya yang berantakan gara-gara ulah Calvin. Sementara, Calvin tak menggubris ucapan Niko, dia hanya asik memandang Niko.
"Ayang—," Niko menjadi diam dan terpaku saat Niko menatap mata indah milik Calvin dari jarak sedekat ini. Di tambah, wajah Calvin yang memang mendukung dan tak bisa membuatnya berhenti untuk ikut memandang objeck menarik di hadapanya.
Kemudian keduanya masih dalam posisi saling menatap. Sampai akhirnya Calvin membuka suara dan mulai mengatakan sesuatu yang membuat hati Niko tersentuh.
"Aku kangen sama kamu," kata Calvin lembut.
"Aku tau vin, aku juga kangen sama kamu," batin Niko seolah ikut menjawab.
"Aku sayang kamu," Suaranya melemah.
"Apalagi aku," batin Niko.
"Aku cinta sama kamu Niko," ucapnya membuat Niko yakin akan perasaan Calvin
"Aku lebih cinta sama kamu Calvin," balas Niko dalam hati. Niko sendiri tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya sekaligus senyum kecilnya, bibirnya mulai tersenyum lebar. Hanya mendengar kata manis dari Calvin saja sudah membuat hatinya melayang. Tapi, ini bukan hanya sekedar kata-kata manis. Melainkan, Calvin benar-benar mengatakanya dengan tulus dari lubuk hati, bukan untuk menggombal apalagi sengaja membuat Niko kembali luluh dengan ucapan Calvin.
Niko hanya mendengar suara Calvin yang terus saja mengatakan kata rindu dan Cinta.
"Nik, aku bisa gila! kalau kamu nggak ada di sini…"
"Kamu jangan pergi ya," mohon Calvin.
Bibir Niko tersenyum, di barengi dengan anggukan kepalanya.
"Iya, ayang," jawab Niko.
"Nikooo!" panggil Calvin, seperti tidak merasa puas dengan jawaban Niko.
"Hum?" sahut Niko.
"Aku cinta sama kamu!" Calvin kembali mengulang kata-katanya barusan. Niko juga tau kalau Calvin itu cinta sama Niko, Niko pun juga merasakan hal yang sama seperti Calvin.
"Aku tau—," ucapan Niko terputus.
"Kamu beneran cinta sama aku kan?" tanya Calvin, padahal sudah jelas Calvin tau sama jawaban isi hati Niko yang sebenarnya. Sudah pasti Niko sangat mencintai kekasihnya itu.
"Cinta banget ayanggg," jawaban Niko membuat Calvin tersenyum.
"Tapi, kamu jangan bohong lagi sama aku ya sayang,"lirih Calvin, matanya menatap sendu ke arah Niko membuat Niko yang melihatnya hanya terdiam membisu.
"G-gak kok,"
Bibir Calvin tertarik tipis," aku tau semuanya Niko. Kamu, nggak perlu nutupin lagi dari aku," kata Calvin.
"C-calvin aku…"
Dada Niko berdebar, dia takut jika singa di dalam diri Calvin kembali mengamuk. Tapi, jawaban Calvin membuat Niko tak percaya. Sungguh?! Calvin tak jadi marah? Atau karena sesuatu hal membuat Calvin bersikap biasa-biasa saja. Mungkin, Calvin sudah tau tentang hubunganya bersama Rehan. Jadi, tidak ada gunanya walau Niko masih ingin mengelak ucapan Calvin.
"Aku—,"
"Sttt" Calvin menempelkan jari telunjuknya menyentuh bibir Niko, Niko menjadi diam dan manik matanya beralih menatap mata Calvin.
"Aku bakal dengerin alasan kamu. Tapi, kamu juga harus jelasin semuanya ke aku. Kalau sekarang aku lagi nggak pengen kita berantem," ujarnya sambil menampilkan senyumnya.
"Calvin marah?" Calvin menggeleng kepalanya.
"Nggak. Tapi, marahnya nanti pas kamu jujur hehe," Calvin terkekeh pelan. Niko mendengus dan spontan menyubit pinggang Calvin dengan keras. Sumpah demi apapun Calvin benar-benar sengaja membuat Niko menjadi kesal karenanya.
"Sama ajaaaa," Niko mengerucut bibirnya, Dia mulai merasa takut dan menjadi sangat gugup.
Cup
Calvin kembali mencium bibir Niko sekilas tanpa sepengetahuan Niko.
"Aku nggak marah sayang," jawabnya lembut. Calvin mengecup pipi Niko lalu beralih memandangnya.
"Serius?"
"Huum" Calvin mengangguk, Niko yang mendengarnya jadi tersenyum.
"Sungguh?" kata Niko meyakinkan ucapan Calvin.
"Iya, cintaku. Sungguh dong,"
"Muachh" Niko berbalik mencium Calvin, dan melumatnya sebentar. Calvin yang menyadari hal itu menjadi terkejut, dia menatap Niko deduktif dan malah semakin menyeringai.
"Mulai nakal sekarang! Humm?" Calvin yang tak terima itu kemudian ikut membalas lumatan di bibir Niko, meski Calvin melakukanya tidak terlalu kasar.
"A–ampun vin…"
"Gak! Aku gak mau kasih kamu ampun. Siapa suruh nakal?" ucapnya. Calvin mengukung kuat tubuh Niko dan tak memberinya kebebasan.
"C-calvin ampun ih," Wajah Niko tampak memelas dan meminta Calvin untuk melepaskanya dan supaya sedikit menjauh darinya.
"Iya,iya sayang. Tapi, ronde kedua malam ini boleh dong," kata Calvin sembari menggoda Niko di sertai senyum tanpa arti yang jelas.
"Ayang ngeselin," Calvin terkekeh.
Tanpa mereka sadari bahwa waktu terus berjalan dan sekarang, waktu sudah menunjukkan pukul 01:10 malam. Calvin melirik arloji di tangan kirinya, lalu menatap wajah Niko sejenak.
"Ngeselin tapi kamu sayang?" Niko mengangguk," sayang bangettttt," jawabnya sengaja di panjangain kata terakhirnya.
"Gemes," ucap Calvin.
Calvin yang tidak tahan saat melihat raut wajah Niko yang menggemaskan, itu langsung mengecupnya. Tetapi, ternyata Niko juga membalas ciuman Calvin.
"Muachh," Calvin mengecupnya.
"Muachh," Niko juga membalas kecupan Calvin membuat Calvin tersenyum bahagia.
"Kita tidur yuk," ajak Calvin.
"Huum, tapi sambil di peluk," ucap Niko membuat Calvin tak bisa menolak kemudian Calvin mengangguk kepalanya pelan.
"Ummm," Calvin mencubit pipinya Niko.
"Sambil peluk kesayanganya aku," Niko terkekeh pelan.
"Ayang, udah ih…"
"Iya sayang."
Calvin berpindah dan membenarkan posisinya untuk tidur di samping Niko. Tangan kiri Niko masih dalam posisi di infus jadi, Calvin berbaring di sisi kanan Niko sembari memeluknya dengan hangat.
"Peluknya mana?" pinta Niko membuat Calvin tak bisa menahan senyumnya lagi. Calvin merentangkan tangannya lebar, membiarkan Niko masuk ke dalam pelukan Calvin.
"Ututu manja banget ci sayangnya aku," kata Calvin. Calvin langsung menarik pelan tangan Niko dan membawanya masuk ke dalam pelukan Calvin. Calvin menyangga lengannya untuk menjadi alas bantal kepala Niko, kemudian Niko berbaring di sela dada bidang milik Calvin, dan mulai memejamkan matanya yang semakin lama semakin sayu.
Zzzz
Suara dengkuran kecil yang berasal dari Niko, terdengar begitu jelas di telinga Calvin. Calvin menilik sebentar, apakah Niko sudah tidur? Ternyata, Niko memang sudah tertidur sejak tadi. Calvin tersenyum lebar, dia mengecup kening Niko lama sembari mengelus-elus pucuk rambutnya penuh sayang. Tangan satunya menepuk-nepuk pelan bokong Niko supaya makin larut ke dalam alam mimpi bawah sadarnya. Sudah seperti anak bayi yang di momong sama ibunya, begitulah Calvin memperlakukan Niko. Pantas saja Calvin menyebutnya dengan sebutan Little baby, karena memang cocok panggilanya itu buat si Niko yang lucu. Babyboynya Calvin!
"I love you niko," bisik Calvin di telinga Niko, suaranya parau meski Niko tak bisa mendengarnya. Setelah mengatakan itu Calvin ikut memejamkan matanya dan tertidur bersama Niko kesayanganya.
^^^
Pagi itu, Calvin lebih dulu bangun dan rencananya ingin membuatkan bubur sum-sum buat Niko. Calvin sibuk mengaduk tepung beras yang sudah di larutkan dengan air, kemudian santan, bersama garam, dan juga daun pandan yang berada di dalam panci.
Untuk kuah manisnya, Calvin sudah membuatnya terlebih duluan. Beberapa menit menunggu, akhirnya jadi juga. Bubur sumsum ala chef Calvin siap di sajikan…
Calvin tersenyum puas saat bubur yang di buatnya itu sudah jadi, kemudian Calvin menaruhnya di atas nampan, dan susu rasa Vanila kesukaan Niko. Calvin langsung membawanya ke dalam kamar.
Calvin melenggang kakinya masuk ke dalam kamar, ia berjalan mendekati nakas di samping ranjang sembari menaruh nampan yang berisi bubur dan juga susu rasa Vanila yang masih hangat. Calvin menoleh, ia melihat little babynya yang masih tertidur di sana. Calvin tersenyum, dia bergerak menuju Niko dan ingin membangunkannya.
Calvin duduk di tepi ranjang, tangannya ingin menyentuh pipi Niko pelan.
"Niko," panggil Calvin sembari menggoyang-goyangkan lengannya Niko membuat badan Niko ikut tergoyang. Tapi, tetap saja tidak membuat pemuda itu terbangun.
"Niko,"
"Sayang bangun… udah pagi loh, ayo bangun" kata Calvin dengan suaranya yang lembut.
Cup
Calvin mencium bibir Niko sekilas, sengaja supaya kekasihnya itu mau bangun. Tapi, kelihatanya cara ini tidak membuatnya berhasil. Dan, Niko masih saja tertidur mati.
Bersambung