Tải xuống ứng dụng
27.53% Awakening - Sixth Sense / Chapter 19: Cubitan Manja

Chương 19: Cubitan Manja

Tak tau sudah berapa lama kami menikmati momen di situasi hening ini. Hingga akhirnya Adellia menoleh serta membuka suara terlebih dahulu.

"Tadi ada serangan kiriman ke rumah ini ya Ram?" tanya Adellia memastikan

"Kok kamu bisa tau Del?" tanyaku bingung

"Aku masih ngerasain sisa residual energinya Ram." jawab Adel

"Kalau kamu tadi situasinya gimana Del? apa udah selesai semua?" tanyaku balik

"Udah kelar kok Ram, aku udah ngurus dukunnya. Waktu aku lacak jalurnya ternyata masih ada di kota ini, walaupun agak jauh posisinya." jawabnya dengan jelas.

"Situasi dukunnya gimana Del? sebenarnya aku juga penasaran sama prosesnya." ucapku

"Hmmmm, terlalu panjang kalo dijelasin ram. Intinya dia masih hidup dan bisa bernafas. Makanya nanti kamu latihan raga sukma dulu biar kita bisa berangkat barengan hahaha." ucap Adel sambil tertawa

Aku merasa Adellia seperti sedang menyembunyikan sesuatu dariku, sebab dia tak menjelaskan sama sekali mengenai proses penyelesaiannya. Yang terlintas dibenakku saat mendengar perkataan dari Adellia adalah bahwa keadaan si dukun tersebut pasti dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

Tapi aku tak mau banyak berpikir, yang terpenting adalah Adellia bisa kembali dengan selamat. Prinsipku adalah berani berbuat maka harus berani juga untuk bertanggungjawab. Jadi aku tak merasa kasihan kepada dukun tersebut, karena menurutku dia pantas mendapatkan ganjarannya.

"Nanti aku coba latihan deh Del, supaya bisa jalan-jalan bareng nantinya hehe." ucapku sambil tersenyum

"Eh, yuk keluar dulu Ram soalnya yang diluar kayaknya udah pada nungguin kita dari tadi." ajak Adel

Kamipun beranjak berdiri dan langsung bergegas membuka pintu ruangan. Diluar kami melihat Riska dan ayahnya yang sedang duduk diam tak bersuara. Tanpa banyak berpikir, kami langsung mendekati posisi mereka.

"Om, penyebab masalahnya udah diselesaikan sama Adel. Jadi kemungkinan besar gangguannya ga akan terjadi lagi." jelasku

"Makasih banyak ya udah mau bantuin keluarga om. Ini ada sedikit balas jasa dari om, jangan ditolak ya." ucap ayah Riska lalu memberikanku sebuah amplop sambil tersenyum

Aku menjadi merasa tidak enak menerima upah dari ayah Riska, karena pada dasarnya aku hanya berniat membantu mereka karena sudah menganggaap Riska temanku. Bagiku membantu teman yang sedang kesusahan dengan mengharapkan imbalan adalah sesuatu yang tidak etis.

Dengan terpaksa akupun menerima amplop yang diberikan ayah Riska laalu berucap "Iya om, tapi lain kali saya gamau bantuin lagi kalau dipaksa nerima imbalan kayak gini." ucapku bercanda.

"Hahaha, iya...iya... udah mau subuh nih, kayaknya kalian juga udah kecapekan, gimana kalau nginap disini aja?" ucap ayah Riska

"Hmmm, kayaknya kita pulang aja om, soalnya besok pagi kita masih ada jadwal kelas." ucapku sambil melihat kearah Adellia.

"Ya sudah, sebentar saya panggilin supir buat ngantar kalian pulang ya." ucap Ayah Riska.

Melihat jam yang hampir mendekati pada angka dua membuat kami ingin langsung bergegas pulang. Kami mulai beranjak dari sofa dan bergerak menuju pintu keluar rumah. Saat aku sudah diluar dan ingin memasuki mobil, tiba-tiba Riska mendekatiku lalu berbisik ditelingaku.

"Kamu masih jomblo kan Ram?" bisiknya pelan

"Ehh, iya kak." jawabku spontan

Setelah mendengar jawaban dariku, Riska tersenyum lebar dan langsung berlari masuk kedalam rumah. Aku heran kenapa dia menanyakan hal itu, apa jangan-jangan dia suka padaku?. Sepertinya mustahil, mana mungkin dia suka dengan orang sepertiku, ucapku dalam hati. Saat aku masuk ke dalam mobil, tak sengaja aku melihat tatapan Adellia yang tajam tertuju padaku. Sepertinya aku melakukan kesalahan lagi, pikirku sambil menggelengkan kepala.

Saat di mobil, aku membuka perlahan amplop yang diberikan ayah Riska. Isinya adalah kumpulan lembaran uang berwarna merah dengan nominal seratus ribu. Jika kuhitung jumlahnya adalah sekitar lima juta rupiah. Aku melongo dan bingung seketika, karena aku merasa tidak pantas untuk menerima uang ini. Setelah berpikir sejenak, akhirnya aku memberikan amplop itu ke Adellia karena aku sadar dialah yang pantas menerimanya sebab dia lah yang menyelesaikan kasus ini dengan kemampuannya.

Setelah menerima amplop yang kuberikan, Adelpun berkata, "Ram, ini uangnya aku simpen buat nanti kita pake bareng aja." ucap Adel sambil menatapku.

"Maksudnya Del? emangnya mau dipake buat apa Del?" tanyaku bingung

"Ada deh, intinya kamu ikut aja nanti kalau aku ajak OK?" jawabnya sambil tersenyum

"Hmmm ok Del, lagiankan itu udah punya kamu jadi terserah kamu aja makenya buat apa" ucapku dengan membalas senyumnya.

Tak lama kemudian kami sudah sampai didepan kost-an kami masing-masing, lalu kami pamit dan berpisah. Saat masuk ke kamar, aku langsung rebahan dikasur karena merasa sangat lelah dan ngantuk. Tapi sebelum aku sempat menutup kedua mataku, dikamarku mulai muncul makhluk-makhluk astral yang sepertinya tidak asing. Setelah kuperhatikan sejenak, ternyata mereka adalah makhluk kiriman yang berhasil kabur dari rumah Riska. Aku bingung, untuk apa mereka datang lagi menemuiku.

"Mau apa kalian datang kesini? apa kalian masih belum jera juga?" ucapku serius

"Maaf sudah lancang, sebenarnya kami datang kesini untuk meminta izin kepadamu." ucap salah satu siluman.

Aku bingung dengan apa yang mereka maksud dan langsung bertanya "Izin apa yang kalian maksud?"

"Karena tuan kami yang dulu sudah dalam keadaan tak sadar dan tak berdaya lagi, tolong izinkan kami mengikutimu." ucapnya dengan memelas.

"Biarkan mereka mengikutimu disaat kamu memanggil mereka, karena suatu saat mereka pasti berguna." ucap Lala yang tiba-tiba muncul dihadapanku.

Sebenarnya aku terkejut dengan permintaan para makhluk-makhluk itu, walau aku sebenarnya tak tertarik dan tak mau mereka mendekat denganku. Tapi perkataan Lala menyadarkanku, mungkin suatu saat aku membutuhkan bantuan mereka. Walau pada dasarnya mereka dominan dengan energi negatif, aku ingin bereksperimen apakah aku bisa menggunakan mereka untuk sesuatu yang positif nantinya, seperti membantu orang lain.

"Baiklah, kalian bisa mengikutiku tapi hanya disaat aku memanggil dan membutuhkan kalian, paham?" ucapku, karena tidak ingin mereka selalu berada disekitarku. Sebab aku tidak ingin terpengaruh dengan energi negatif dari mereka.

"Baik tuan, kalau begitu kami izin untuk pergi sekarang." ucapnya lalu menghilang seketika.

Tak mau berpikir panjang karena sudah kelelahan, aku memutuskan untuk langsung tidur dan memasang alarm. Malam itu aku tidur dalam keadaan yang nyenyak sebab aku tak mengalami mimpi apapun dan merasa sangat tenang.

Suara alarm handphone yang berbunyi berhasil membangunkanku. Saat terbangun, aku merasakan tubuhku yang sangat pegal dan lemas. Mungkin ini efek aktivitas semalam yang telah menguras tuntas semua energiku, ucapku dalam hati. Tak mau berlama-lama, aku langsung bergegas mandi dan mempersiapkan diriku untuk pergi kekampus.

Untungnya hari ini aku hanya masuk satu kelas pagi saja. Jadi setelahnya aku bisa langsung pulang dan melanjutkan tidurku dengan nyenyak. Seperti biasa, aku berangkat ke kampus bersama Adellia. Tapi aku merasa dia kurang bersemangat seperti biasanya. Sepertinya dia kurang istirahat, sebab tampak dari wajahnya yang pucat dan lesu.

"Del, habis kelas kita langsung pulang aja ya? kayaknya kamu keliatan sakit." ucapku pelan

"Iya Ram, karena semalam kita emang lagi kurang tidur. Tapi nanti jam empat sore, jogging di lapangan bareng yuk Ram." balas Adel

"Gak kecepetan kalo nanti sore Del?" ucapku bingung

"Nggak dong, kan kita pulangnya kisaran jam sepuluh pagi. Jadi tidur sampe jam tiga sore kayaknya udah cukup Ram." ucapnya

Aku berpikir sejenak "Hmmmm...."

"Jangan ngebo mulu dong Ram hahaha." ejek Adel

"Enakan ngebo dikost-an kali Del. Lagian kamu kok ngajak-ngajak aku buat jogging, kayaknya kamu hanya butuh ditemenin sama aku ya? hehehe" ejekku balik

"Ih, kayaknya kamu kepedean deh Ram." ucapnya

"Yaudah, kalo gitu kamu ajak yang lain aja Del." ucapku sambil tersenyum jahil

"Yaudah, aku pergi sendiri aja nanti." ucapnya dengan ekspresi manyun sambil berjalan cepat.

Aku langsung bergegas menyusulnya dan berkata "Cie, ada yang ngambek nih karena ga ditemenin."

Adellia menghiraukanku dan tetap berjalan dengan cepat.

"Yahhh kayaknya kalo didiemin gini terus sih, aku ga bakal dateng nantinya." ucapku sambil melirik ke arah Adellia.

Mendengar ucapan dariku, tiba-tiba Adellia langsung mencubit lenganku. Tanpa sadar aku langsung berteriak kesakitan karena efek cubitannya yang benar-benar luar biasa perih.

"Rasain tuh." ucapnya sambil tersenyum sinis.

"Duh kejam banget nyubitnya Del, kayaknya bisa pendarahan nih." ringisku kesakitan, sambil mengusap-usap bekas cubitannya.

"Biarin, kalo nakal lagi bakal aku cubit lebih keras dari ini." ucapnya lalu menjulurkan lidahnya.

"Tapi rasanya aku pengen bobok sampe malam aja deh." ucapku dengan ekspresi meledek.

"Pilih ikut jogging atau kena cubitan manja?" ucapnya tersenyum dengan posisi tangan yang sudah bersiap untuk mencubit perutku.

"Iya, aku pilih ikut jogging kok Del, hehehe." ucapku dengan senyuman yang terpaksa.

Bersambung…


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C19
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập