"Menarilah. Dan mari kita lihat, apakah kau masih menarik dari yang lainnya?"
Dany tersenyum miring, memandang Vanessa dengan tatapan cemooh. Wanita itu pikir bahwa dia adalah barang yang paling berharga, tetapi, saat ini, Dany ingin melihat, apakah Vanessa masih memiliki pemikiran seperti itu setelah ini.
Vanessa menggigit bibirnya, meremas tangannya sekuat tenaga. Setelah diperlakukan tak senonoh, Dany tanpa ada hati langsung membawanya ke tempat seperti ini.
Vanessa bisa melihat dengan jelas tatapan mesum pria-pria yang bersorak sorai pada penari striptis di atas panggung itu.
"Aku tidak mau!" Vanessa membalikkan tubuh, tetapi Dany menahan dirinya. Mencengkeram lengan Vanessa dengan kuat.
"Apa kau pikir aku bisa menerima penolakan itu?" Dany berbisik dengan nada tajam.
Saat ini, dialah yang berkuasa. Vanessa hanyalah boneka yang harus siap dimainkan olehnya kapan saja.
"Sampai mati pun, aku tidak akan melakukannya!" Vanessa membalas tatapan tajam Dany.