Darah terus mengalir dari bahu Safira. Wajahnya mulai pucat, kesadarannya tak dapat lagi ia kendalikan, dengan tubuh yang seperti itu akan dengan mudah untuk menghabisinya dengan satu pukulan.
"Apa kau masih ingin melanjutkannya?" tanyaku.
Aku berharap dia menghentikan hal ini karena semua ini akan sia-sia baginya jika harus mati di tanganku.
"Tentu saja!" teriaknya.
Aku terkesiap mendengar jawaban kuat darinya. Apa yang menyebabkan Safira bersikeras untuk mengalahkanku? Sadarlah Elf kecil! Kau akan mati sia-sia di tanganku saat ini!
"Aku— tidak akan menyerah untuk menyelamatkan mereka— semua!" ucapnya lirih.
"Siapa yang ingin ia lindungi? Gua ini? Atau rumahnya? Rahasia apa yang sebenarnya ia simpan?" batinku.
Aku berpikir sejenak dan melihat keadaannya yang mulai bergetar. Para hewan mistis yang ia panggil mulai memudar seiring kesadaran Safira hilang.
"Baiklah jika begitu," lirihku. "Aku akan menghabisimu saat ini!"