Xing Jiu'an menyendok es krim dan memberikannya kepada Qin Ge. Qin Ge yang tidak menyukainya langsung menghindar dan berkata, "Kamu saja yang makan. Ada sesuatu yang harus aku urus, aku takut diare kalau makan es krim."
Xing Jiu'an hanya bergumam, "Kamu tidak beruntung…"
"Tetapi, tidak bisa makan es krim seperti ini, tidak begitu menyakitkan seperti periode menstruasimu yang membuatmu tidak bisa bangun dari tempat tidur," balas Qin Ge.
"Aku harus pergi. Cepatlah tidur dan juga…" Sebelum Qin Ge menyelesaikan kalimatnya, dia mengambil es krim dari tangan Xing Jiu'an dan berkata, "Kamu sudah makan cukup banyak. Jangan makan es krip lagi."
Kemudian, Qin Ge memasukkan es krim itu ke dalam lemari es. Dia berkata, "Aku pergi dulu, sampai bertemu besok…"
Xing Jiu'an melirik ke arah pintu lemari es dan berkata, "Baiklah."
"Kamu tidak boleh mencuri-curi kesempatan."
"Ya, aku tahu."
"Aku hanya khawatir kamu tidak mengerti."
Setelah Qin Ge meninggalkannya, Xing Jiu'an menutup pintu dapur dan pergi tidur.
Di rumah samping, Mu Qing membuka pintu dan melihat pintu rumah di sebelahnya tertutup. Dia menjadi tidak berdaya. Adik seperguruannya itu sepertinya menghindarinya. Namun, dia tidak mengetahui alasannya. Dia pun tidak tahan lagi, dia lalu menghubungi guru mereka.
Saat sang guru baru saja berbaring dan hendak tidur, suara dering ponsel yang nyaring membangunkannya. Melihat nama yang meneleponnya di layar, dia menghela napas dan menerimanya. Si penelepon hanya menyapanya dengan ringan, kemudian mengembuskan napas ringan.
"Kamu ingin membicarakan tentang Xiao Eryi, kan?" tanya sang guru dengan yakin.
"Guru, Jiu'an sepertinya menghindar dan menjauh dariku," sahut Mu Qing. Temperamennya sejak kecil selalu tenang dan selalu bersikap rasional. Mungkin karena pengaruh keluarga, dia menjadi lebih dewasa sebelum waktunya. Sikapnya pun menjadi dingin terhadap orang lain. Xing Jiu'an adalah orang pertama yang benar-benar mendapatkan bantuannya saat gadis kecil itu baru masuk ke perguruan. Suara Xing Jiu'an sangat lembut dan kecil pada saat itu. Sikap Xing Jiu'an begitu lembut, membuat semua orang memanjakannya dan memberikan apa saja yang diinginkannya.
Saat ini, Mu Qing benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Ketika pertama kali masuk ke dalam perguruan, usianya belum mencapai 10 tahun. Sang guru pernah berkata bahwa emosinya terlalu meledak-ledak. Namun, Mu Qing adalah orang yang bisa cepat belajar dan sangat baik, tidak peduli apa pun yang dipelajarinya. Jika dia tak bisa berubah, mungkin saja dia bisa melakukan kesalahan. Terlalu banyak rasa sakit yang disebabkan keluarganya. Mu Qing selalu bersikap tenang dan rasional, tapi juga dingin dan tak berperasaan. Dia adalah seorang anak laki-laki yang usianya belum mencapai 10 tahun, namun dia bisa menjadi saksi di pengadilan dan menjebloskan ayah kandungnya ke penjara. Dia juga sangat kejam terhadap dirinya sendiri. Saat berlatih bela diri, luka yang menempel di tubuhnya tidak terhitung, tapi dia tidak pernah berteriak kesakitan ataupun mengeluh.
Xing Jiu'an, yang baru datang ke perguruan, masih sangat muda, tulus, dan polos. Saat Xing Jiu'an memanggil Mu Qing dengan sebutan kakak seperguruan dengan suara lembut, hati Mu Qing pun melunak. Mu Qing memperhatikan dan merawat Xing Jiu'an dengan hati-hati serta penuh perhatian. Meskipun dia diam dan sikapnya tak terkendali, dia sangat mendukungnya, sehingga gadis itu menjadi sombong dan nakal, bahkan selamanya menjadi egois. Dia akan selalu ada di belakang Xing Jiu'an. Baginya, gadis kecil itu adalah penyelamatnya.
Awalnya, Mu Qing berpikir akan seperti ini selamanya. Meskipun suatu saat nanti ketika Xing Jiu'an menikah dan melahirkan anak, dia akan selalu ada di belakang gadis itu dan menjadi pendukung abadinya. Namun, selalu ada hal yang membuat orang lengah dan akhirnya adik seperguruannya itu menjaga jarak dengannya. Dia tidak tahu apakah dia telah melakukan sesuatu yang salah. Saat dia menelepon gurunya, dia benar-benar bingung.
Sang Guru hanya berkata, "Dia tidak menjauhi dirimu, tapi ada hal-hal yang harus dipikirkannya baik-baik."
"Guru, apa kamu tahu kenapa?" Mu Qing bertanya dengan penuh semangat. Dia masih merasa cemas dan sifatnya yang tenang menghilang.
"Mu Qing, jangan terburu-buru… Beri dia waktu, biar dia memikirkannya pelan-pelan."
Meski Xing Jiu'an telah mengatakannya kepada sang guru, tapi semuanya benar-benar dialaminya. Dia tidak mungkin kembali ke masa-masa sebelum semuanya belum terjadi. Xing Jiu'an benar-benar bisa berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa. Kesepian dan rasa sakit itulah yang dialami Xing Jiu'an.