Tải xuống ứng dụng
28% Seindah Dendam / Chapter 7: Berjanji

Chương 7: Berjanji

"ALISHA TUNGGU...!!!" Teriakan dari Erick sama sekali tidak digubris oleh Alisha dan juga Arsen yang sudah melangkah menjauh dari rumah peninggalan kedua orang tua Alisha.

"Alisha tunggu!!" Kali ini Erick berhasil mencengkram erat pergelangan tangan Alisha sehingga Alisha tidak dapat lagi melanjutkan langkah kakinya.

"Lepaskan!!" Alisha juga tidak kalah memberontak agar Erick segera melepaskan tangannya. Namun sekuat apa pun Erick tidak akan membiarkan Istrinya itu pergi sendirian apalagi membawa Anaknya.

"Kamu mau ke mana?" tanya Erick tak habis pikir. Alisha di kota besar ini tidak punya siapa-siapa, bahkan kedua orang tuanya saja sudah meninggal karena kecelakaan. Sedengan keluarga dekat juga tidak ada.

"Aku mau pergi sama Arsen. Lepaskan!!" Alisha membanting tangannya agar cengkraman itu terlepas dan alhasil memang benar-benar sudah terlepas.

"Jangan ikut campur urusanku, Kamu sudah egois tanpa memikirkan perasaanku, lalu untuk apa lagi Kamu menanyakan Aku akan ke mana?" tanya Alisha mampu membuat bibir Erick tidak bisa berkata lagi.

"Aku tahu Aku akui Aku salah, tapi tolong dengarkan penjelasan ku dulu, bahkan Kamu masih belum membiarkan Aku menjelaskan sedikit sama Kamu."

Erick dengan segala kepandaian dan kepintarannya mencarikan alasan mampu membuat Alisha tersentuh. "Ada benarnya juga, dari tadi Aku masih belum memberikan Papah menjelaskan sedikit saja sama Aku." batin Alisha.

"Yasudah katakan!!" Sambil memalingkan wajah Alisha mendengarkan apa yang akan dijelaskan oleh Erick.

"Jadi begini, waktu itu Aku benar-benar sudah tidak tahu lagi apa yang akan aku lakukan setelah tahu kalo Kamu akan menjalankan operasi dan itu membutuhkan biaya yang sangat besar..."

"Sedangkan Kamu tahu sendiri saat itu aku benar-benar jatuh dalam dunia Bisnisku. Tetapi Aku harus bisa mencarikan Uang buat biaya operasi Kamu, dan saat itu aku tidak memiliki uang sama sekali.... Sisa uang yang aku punya semuanya sudah habis buat bayar rumah sakit dan itu masih kurang."

"Dan saat itu aku tidak memiliki keputusan lain selain menjual rumah itu. Aku tahu rumah itu milik Kamu atas warisan orang tua kamu, tetapi waktu itu nyawa kamu jauh lebih penting bagiku daripada rumah ini..."

"Jadi aku memutuskan menjualnya untuk menggaji karyawan yang selama ini sudah bekerja di kantor dan juga membayar rumah sakit pengobatan Kamu."

Erick terdiam sejenak setelah mengatakan hal itu. Kini dirinya sudah tidak mempunyai apa-apa. Bahkan kantor besar yang selama ini sudah ia bangun susah payah juga diambil oleh pihak bank untuk melunasi hutang-hutang yang jelas-jelas bukan Dirinya yang berhutang.

"Aku terpaksa menjual rumah itu dengan menggunakan tanda tangan palsu, Aku yang menirukan tanda tangan kamu untuk menjual rumah itu, karena hanya kamu saja yang berhak atas rumah itu."

Dan akhirnya lolos juga apa yang selama ini Erick pendam untuk tidak memberitahukan kepada Alisha. Kini semuanya sudah tahu, dan dirinya sendiri yang membukanya.

"Jadi tolong maafkan Aku yang sudah lancang menjual rumah peninggalan orang tua kamu tanpa sepengetahuan Kamu, semua itu Aku lakukan demi nyawa kamu, Alisha."

Mata Erick berbinar air mata, takut akan kecewa yang ada di dalam istrinya saat ini. Ia tahu bahwa istirnya sedang marah kepadanya, tetapi mau bagaimana lagi semuanya sudah terjadi. Dan ini semua murni kesalahannya.

Alisha terpengangah mendengar itu. Alasan dari suaminya adalah nyawanya. Lalu apa yang akan Alisha lakukan? Apakah dia akan berterimakasih atas semua ini? Lalu bagaimana dengan kenangan yang ada di dalam rumah itu? Apakah Alisha akan membiarkannya begitu saja?

Alisha masih saja memalingkan wajahnya ke arah lain. Dirinya dibuat bingung dengan semua ini. Lalu apa yang akan ia lakukan saat ini?

Sedangkan Arsen anak kecil itu tidak tahu apa-apa. Ia hanya diam saja. Namun ia cukup mengerti jika saat ini dirinya dan keluarganya tidak bisa lagi menempati rumah itu lagi. Karena dua orang pria yang ada di rumahnya tadi sudah mengusir mereka dari sana.

"Maafkan aku Alisha... Aku berjanji sama kamu, aku bisa bangkit lagi seperti dulu, Aku bisa menebus kembali rumah itu untuk Kamu, Aku, dan anak Kita..." Mendengar kata manis yang terucap dari Erick membuat Mamah Alisha langsung menatap ke arah Arsen anaknya.

Alisha membelai kepala anaknya itu dengan sayang. Lalu kemudian tersenyum. Meskipun ada rasa nyeri juga di dalam dadanya perkara mereka akan kembali dari awal. Namun di sisi lain mereka percaya bahwa Tuhan akan menggantikan semuanya dengan yang terbaik.

"Mamah kenapa nangis?" tanya Arsen mengatakan itu dengan segala kepolosan yang dia punya.

"Mamah nggak nangis kok Sayang..." ujar Alisha sembari memendam apa yang telah dirasakan dalam hatinya itu tidak boleh nampak kepada anaknya yang tidak tahu apa-apa itu. Alisha harus berusaha menutupi semuanya seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Baiklah aku maafkan kamu, dan aku akan memegang janji kamu." Alisha dengan serius mengiyakan apa yang sudah tadi dikatakan oleh Erick kepadanya.

Semua ini juga ia lakukan demi Anaknya. Tidak ada kata lain lagi selain bangkit setelah kehancuran memeluk.

Erick tak percaya. Ia tak menyangka jika Alisha bisa memaafkannya dan memberikan kesempatan itu kepadanya.

"Ka-kamu serius?" tanya Erick membuat Alisha menganggukkan kepalanya cepat.

Erick memancarkan senyuman yang sangat lebar. Erick dengan sigap langsung memeluk tubuh istrinya itu lalu membisikkan kecil ditelinga nya.

"Aku berjanji sama kamu, kalo aku tidak akan pernah meninggalkan kamu sendirian. Kita akan berjuang sama-sama seperti dulu ya. Sayang..." Erick membisikkan itu dengan suara khas.

"Iya... Dan aku juga berjanji akan selalu menemani Kamu.." Erick Kembali memeluk tubuhku bug istrinya dengan penuh kasih sayang.

Ia benar-benar bersyukur telah dipertemukan dengan seorang wanita hebat dan penyabar seperti Alisha. Wanita yang mau diajak berjuang bersama dan bangkit kembali setelah keguguran melanda.

"Mamah sama Papah saling berpelukan, Arsen nggak diajak?" tanya Arsen dengan suara mungil lucu.

Seketika Arsen dan Alisha tersenyum lalu merentangkan kedua tangan mereka agar Arsen juga masuk ke dalam pelukan hangat mereka.

Seketika itu mereka saling berpelukan tak menghiraukan sekitar. Bahwa mereka saat ini tengah berpelukan di pinggir jalanan. Bahagia tidak memandang tempat bukan?

Mereka terlihat amat bahagia meskipun ada kendala besar yang hampir saya menggoyahkan hubungan mereka. Namun mereka bisa melewati itu semua.

"Oh iya..." Erick melepaskan pelukan mereka lalu merogoh saku celananya. Ia mengambil beberapa lembar uang kertas sisa pembayaran rumah sakit itu kepada istrinya.

"Ini aku ada sisa uang sedikit penjualan rumah, kita buat cari kontrakan kecil-kecilan saja untuk berteduh ya?" Erick tersenyum.

Alisha juga menganggukkan kepalanya saja. Ia tidak peduli mau tinggal dimana asalkan Ia masih bisa bersama keluarganya maka apa pun akan ia jalani meskipun hujan badai ribut menerjang.

Bersambung....


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C7
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập