Tải xuống ứng dụng
11.6% Last Boss / Chapter 21: Chapter 21 - Mimpi

Chương 21: Chapter 21 - Mimpi

Hutan hangus terbakar, tidak ada lagi yang tersisa dari hutan itu. Tembok yang menjadi pembatas itu telah runtuh, ribuan orang dengan zirah besi berat berbaris melewati tembok pembatas. Langkah dari sepatu besi mereka terdengar sampai ke kota yang menjadi garis pertahanan pertama, tanah seakan bergetar, penduduk di kota itu secepat mungkin dibawa ke garis pertahanan terakhir.

Perang tidak bisa dihindari lagi, sang penguasa melayang di langit, ia bisa menatap seluruh tembok yang menjadi pembatas mereka runtuh. Menghela nafas berat, raut wajahnya menciptakan suasana dingin disekitarnya, mereka yang berdiri disampingnya dapat merasakan betapa dinginnya hati penguasa mereka.

"Ah mereka tidak mendengar. Ya biarlah, perang ini sudah berakhir tapi Aku tidak akan membiarkan kalian disentuh oleh mereka … Tenang saja, serahkan sisanya padaku … Kalian tidurlah."

===

Void terperanjat dari tempat tidurnya, matanya terbuka lebar bersama embusan napas yang menderu tidak teratur. 

Mimpi? Void bertanya kepada dirinya sendiri setelah melihat sesuatu yang begitu nyata dari alam mimpinya. Void bangun dari ranjang, menyeret dirinya ke tepi ranjang dan duduk terdiam disana. Ia menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan, menenangkan dirinya.

"Astaga … Apa itu tadi?" Ucapnya sambil mengacak-acak wajahnya.

Mata Void menjelajah ke seluruh ruangan, melihat barang-barang yang terlihat antik, rak yang penuh dengan buku juga meja rias. Dari pandangannya, ia masih bisa melihat bola kecil di sudut kanan atas pandangannya, layar itu muncul saat ia memusatkan pandangannya kesana. Sebuah layar status juga kotak inventaris yang biasa dipakai untuk menyimpan barang.

"Haah … Sepertinya bukan mimpi ya," Ucap Void meratapi nasibnya menjadi seorang Kaisar dari game yang ia mainkan terakhir kali.

Melihat sekeliling ruangan sekali lagi mencari jam, namun di ruangan itu tidak ada satupun jam sama sekali. Tetapi ia mengetahui waktu saat ini dengan melihat cahaya oranye matahari yang menembus jendela.

"Sudah sore … Sekarang apa yang harus kulakukan?"

Void berdiri dari ranjangnya, berjalan menuju meja rias yang berada di ujung timur kamarnya. Ia berdiri memandangi dirinya, memandangi wajah dan tubuh yang pernah ia lihat di dunia sebelumnya. Itu wajah sang Kaisar, berambut hitam dengan mata yang penuh dengan kehangatan, postur tubuhnya seperti seorang remaja berusia 18 tahun, kurus dan memiliki tanduk di kepalanya.

Wajah itu bukan seperti wajah seorang antagonis, Void berbicara seperti itu sambil menyentuh cermin.

Void masih belum mengerti, ia tidak berpikir jika manusialah yang bersalah karena dalam cerita game itu manusia melakukan apa yang harus dilakukan untuk bertahan hidup. Tetapi saat melihat penduduk kota, sebuah pertanyaaan muncul dalam kepalanya, lalu bagaimana dengan Iblis?

Void langsung menoleh kearah pintu ketika mendengar suara ketukan dari pintu kamar, ia tidak menjawab dan membiarkan pintu itu dibuka oleh seseorang.

"Ah! Paduka … Maafkan Saya," Ucap Scintia masuk membawa keranjang pakaian dengan pakaian yang sudah dilipat rapih. "Saya tidak tahu paduka sudah bangun," Scintia membungkuk saat berbicara.

"Ah … Ada apa?" Tanya Void, menoleh kearahnya

"Saya membawa pakaian anda yang sudah di cuci dan dikeringkan," Jawab Scintia sambil tersenyum.

"Ah … Begitu."

"Permisi."

Scintia mengangkat kembali keranjang, kemudian berjalan menuju lemari pakaian yang ada dibelakang Void. Pandangan Void kembali teralih ke cermin, menyentuh wajah yang bukan miliknya dan melihat setiap sisi wajahnya.

'Wajah ku … Keren juga,' Ucapnya dalam hati.

Scintia yang berada di belakang, sesekali mencuri pandang kearahnya. Menatap khawatir ketika ia mengingat kembali apa yang Ink Owl katakan. Void terduduk di kursi, menghela napas pelan mengingat tugasnya belum selesai. Ia tidak memiliki banyak petunjuk, masih tidak ada tanda-tanda yang jelas jika akan ada peperangan antara manusia dan Iblis.

'Tapi … Kalau tidak salah ada masalah diperbatasan, walau Ink Owl bilang kalau Kerajaan Hertia menganggap mereka dengan baik tetapi bisa saja itu menjadi konflik awal. Mungkin aku harus memperhatikan masalah itu lebih serius,' Pikir Void.

Ketika Void berdiri dan berbalik, pandangan mereka berdua bertemu. Scintia memegang keranjang kosong, menatap Void sambil tersenyum kearahnya, sedangkan Void hanya berdiri kaku menatap seorang perempuan tersenyum kepadanya. Jantungnya berdebar, ia langsung memalingkan wajah dan bertanya:

"S--scintia, apa ada yang mencari ku saat Aku tidur?"

Scintia menjawab "Ya, Tuan Ink Owl mencari anda. Beliau berkata ingin menemui Anda."

"Untuk apa?"

"Beliau berkata hanya ingin berbicara dengan Anda … Membahas tentang perbatasan."

Suara Scintia tertahan sesaat, ada keraguan pada jeda yang ia lakukan. Void menyadari hal itu ketika ia melirik kearahnya terlihat jelas dimatanya, tetapi ia tidak ingin membahasnya.

"Begitu. Apa semakin–. Tidak, nanti Aku akan berbicara dengannya."

"Paduka …"

Void menoleh mendengar panggilan itu, mulut Scintia bergetar, sesekali ia menggigit bibir bawah dan memalingkan pandangannya. Ucapan yang berada di mulutnya itu tertahan, ia tidak bisa mengeluarkan perkataanya yang tertahan karena keraguan dan ketakutannya.

"Kalau ada yang ingin Kau katakan, katakan saja. Aku tidak akan memarahi mu," Ucap Void meyakinkannya.

Scintia terdiam mendengarnya, disaat yang sama ia merasa lega juga semakin ragu untuk berbicara.

"Scintia, ini perintah. Sikapmu yang menyembunyikan sesuatu membuatku tidak nyaman," Void bersikap tegas, memaksanya untuk berbicara dengan memberi perintah.

Void memalingkan wajahnya ketika berbicara, ia tidak menyukai sikapnya tadi tetapi ia lebih tidak suka jika ada sesuatu yang disembunyikan darinya. Itu juga bukan sikapnya? Kenapa ia merasa seperti itu? Void menyadarinya saat memberikan perintah, ia yang tidak pernah peduli dengan orang lain menjadi bersikap sebaliknya.

Disaat yang sama, Scintia gemetar mendengar perintah itu, ia menunduk menyembunyikan wajahnya. Wajahnya yang memerah padam dan senyuman lebar yang berusaha ia tahan. Perintah yang terdengar kasar di telinganya itu membuatnya bahagia setengah mati.

"Ah … Lupakan, kalau Kamu tidak mau menbicarakannya tidak apa-apa."

"Eh?" Scintia mengangkat kepalanya, mengganti ekspresinya dengan ekspresi  terkejut menatapnya "Ti--tidak! Saya akan menjawabnya! Maaf karena Saya terlihat ragu dihadapan Anda," Posisinya berganti, ia mengambil posisi berlutut dihadapan Void "Se--sebenarnya, saya sedikit khawatir dengan masalah yang sedang Kekaisaran hadapi … Saya hanya tidak ingin perang terjadi lagi dan saya tidak suka jika ada yang mengganggu kedamaian Kekaisaran."

Scintia menunduk, terdengar begitu berat setiap kata yang ia ucapkan. Ketakutan Scintia bisa Void rasakan, tapi ia hanya memalingkan wajahnya.

"Ah begitu …," Suara datar sang Kaisar membuat pelayan pribadinya semakin takut, ia terus menunduk menyembunyikan semuanya "Tenang saja, Aku juga tidak berniat memulai perang. Jadi tidak perlu khawatir, Scintia."

Scintia mengangkat kepalanya saat Void berbicara kembali, matanya membulat melihat senyuman yang belum pernah ia lihat. Senyuman hangat itu menenangkan dirinya, sebuah senyuman yang memintanya untuk percaya kepadanya.

To be continue


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C21
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập