Chapter 6 : Aktifitas Baru Di Pagi Hari.
Pagi harinya, kelopak mata mengerjap saat cahaya matahari menerpa melewati celah celah gorden. Febee terbangun dengan membuka matanya sedikit, Ia menggeset tubuh mencoba meregangkan otot.
"Ken.."
Serasa mimpi, di sampingnya sudah ada sosok pujaan hati tengah memeluk Febee dari samping. Lelaki itu masih tidur, Febee baru sadar dirinya dan Kenzo tidak memakai pakaian sehelai benangpun selain selimut putih tebal membalut mereka berdua.
Febee mengingat kejadian semalam, dimana dirinya menangis merengek ingin disentuh oleh Kenzo. Ah.. Febee malu sekali sampai pipinya merona malu. Febee seperti wanita kurang belaian yang memaksa sang pria untuk menyentuhnya secara percuma. Cita citanya tercapai saat itu juga, di luar terlihat air menetes demi tetes didedaunan pohon dan tanaman serta genting.
Febee membalikan tubuhnya hingga menghadap ke wajah Kenzo, "Kau hebat sekali tadi malam Ken, aku menyukainya." Gumamnya membelai pelan wajah tegas pria yang tengah terlelap di depannya.
Diam diam Febee tersenyum malu malu, meski samar tapi Febee masih bisa mengingat saat Kenzo mengukungnya dan terus meracau mendesah ketagihan.
Febee membelai wajah Kenzo, wajah mereka kini begitu dekat. Tanpa sadar kini tangan Kenzo sudah memeluknya, gadis itu belum sadar jika Kenzo sebenarnya sudah bangun sedari tadi.
"Belum puas semalam kau mendesah?"
Febee kaget, Ia hendak mundur tapi dihalang oleh Kenzo dengan lengannya. Rona merah dipipi Febee kian memanas, gadis itu malu karena terang terangan diirinya memuji kehebatan Kenzo semalam.
"Ap-apa? kau tidak tidur?" Tanya Febee gugup sendiri. Dan ya, setelah pertanyaan itu terlontar kini Kenzo membuka matanya yang sedari tadi hanya pura pura.
Kenzo terkekeh. "Bagaimana aku bisa tidur? Jika jam 5 pagi saja kau masih meminta ku terus menyodokmu?" Jawab Kenzo dengan ucapan tidak disensor.
Febee memalingkan tubuhnya membelakangi Kenzo, dia memejam mata saking malunya.
"Maap Ken, aku tidak bermaksud membuatmu kelelahan. Aku hanya.. hanya.."
"Hanya keenakan?" Celetuk Kenzo merekatkan tubuh mereka yang telanjang.
Febee menggigit bibir bawahnya malu.
"Ingat janjimu Febee, mulai saat ini kau harus menjauhiku." Ujar Kenzo memperingati gadis itu.
"Apa aku pernah berjanji sebelumnya?" Tanya Febee.
Kenzo duduk. "Kau!"
Febee ikut mendudukan diri didepan Kenzo, ia menutup tubuhnya dengan selimut. "Aku tidak berjanji sama sekali padamu, kau waktu itu bertanya dan aku menjawab." Kata Febee sambil menunduk.
Kenzo menatap jengah gadis didepannya, gadis ini benar benar sok polos. "Aku tidak mau tahu, setelah ini kau pergi dari rumah ku dan jangan pernah mendekatiku lagi disekolah. Paham!" Tegas Kenzo.
Febee menggeleng. "Tidak, sampai kapanpun aku tetap akan selalu bersama mu. Kamu hanya milik aku, sampai kapanpun. Kau dengar Ken? Likenzo hanya milik Febee seorang!" Balas Febee lalu beranjak dari kasur tak memperdulikan tubuhnya yang telanjang.
'Bruk!'
Febee terjatuh, Kenzo menatapnya hanaya keheranan. Gadis itu terjatuh di lantai dengan memegangi alat intimnya. Apa gadis itu.. heol, Kenzo teringat sesuatu hal.
Kenzo menghampiri Febee yang terduduk kesakitan dilantai, menggendongnya dan mendudukannya lagi dikasur.
"Kau diam disini jangan kemana mana!" Tegas Kenzo.
"Tidak mau, aku mau pulang sekarang!" Jawab Febee dengan wajah memerah.
Kenzo menatap tajam Febee
Benar benar gadis menyebalkan. Saat gadis itu hendak beranjak lagi dari kasur, Kenzo segera mencegahnya. "Kubilang diam dan jangan kemana mana! kau tuli?" Bentak Kenzo.
Febee tersentak, ia menatap Kenzo lalu menangis. Kenzo melihatnya prustasi membuang napas kasar, apa dulu dia sangat cengeng didepan Morgan? Rasana tidak.
"Hiks.. Kenapa kau membentak ku?" Isak Febee.
"Aku tidak akan membentak mu jika kau menurut pada ku Febee," Jawab Kenzo.
"Kenzo jahat! Febee mau pulang hiks.."
"Tidak!"
"Febee mau pulang sekarang hiks.. Anu Febee sakit hiks.." Febee menangis.
Kenzo mendekap Febee kepelukannya, tangan gadis itu yang dipakai menutup area sensitifnya. Kenzo hempaskan. Febee dibaringkan paksa diatas kasur, sedangkan Kenzo melihat bagian yang katanya sakit.
"Anu ini maksud mu?" Tanya Kenzo. Febee mengangguk disela isakannya.
Kenzo melihat lebih dekat, di sana ada sedikit bercak darah dan daging tipis yang robek serta sisa benihnya semalam. Kenzo melihatnya merasa bersalah. Febee kesakitan pasti karena miliknya yang telah merobek selaput keperawanan gadis itu.
"Maap.." Kata Kenzo menatap Febee yang masih terisak.
"Aku janji akan mengobatinya, apa perlu kita kedokter? Milikmu-"
"Tidak usah, jika aku hiks.. jika aku kedokter nanti reputasi keluarga ku bisa hancur. Aku tidak mau orang tahu kalau aku sudah menyerahkan keperawanan pada mu," Jawab Febee.
Kenzo menutup selangka gadis itu, merangkak mendekatinya dan mengecup singkat kening Febee.
"Maap.." Bisik Kenzo.
Febee menggeleng. "Aku akan memaapkan mu asal kau janji tidak meninggalkanku, aku takut aku hamil Ken. Semalam saat kita melakukannya, kau tidak memakai alat pengaman. Hiks.. Intinya aku tidak ingin kau meninggalkan ku, Kau hanya milik ku Kenzo!" Febee terisak.
Kenzo mengecup bibir Febee berkali kali, baru juga samalam dirnya sudah berani bertindak jauh. "Aku tidak akan janji, tapi akan ku usahakan." Jawab Kenzo berakhir mencium Febee perlahan menuntut.
Febee menerima dan membalasnya, pagi ini mereka berdua melakukannya lagi bahkan berkali kali dan lagi dan lagi. Tak perduli rasa sakit yang Febee rasakan, setidaknya sampai Febee berkata berhenti.
Jika biasanya Kenzo berada dibagian ditumbuk, maka sekarang dirinya berada di bagian top orang yang memaju mundurkan pinggulnya.
Miliknya terasa tersedot dalam dan dipijat lembut area becek di dalam sana, saking tak sadar dia melupakan jati jiwanya yang merupakan seorang perempuan.
"Ahh Kenzo pelan pelan hhhh ahhh ohh sshh Ken.."
"Kau suka?" Tanya Kenzo disela kegiatan panasnya.
"Semua yang ada pada mu aku suka ahh.."
Kenzo tersenyum, Ia semakin cepat dan brutal memompa Febee hingga gadis itu meminta dipelankan. "Yeahh ssshh.." Erang Kenzo tak tahan menahan gejolak nafsunya.
"Kenzo.."
"Febee.."
"Kenzoo lebih cepat lebih cepat!"
"Sshh sabar sayang aku ohh.."
**
Juna yang baru bangun keluar dari kamar kakaknya yang lain. Bocah laki laki itu tidak sadar jika suara yang Ia dengar berasal dari sebuah kamar yang berisi kakaknya dengan seorang gadis.
Juna berjalan kearah tangga, wajah bantalnya menuruni tangga dengan uapan kantuk bangun tidur. Sesampainya di dapur, Juna langsung cuci muka dan gosok gigi di wetapel bersih.
Tak lupa Ia menyiapkan sarapan roti panggang teplon untuk kakaknya, dua roti panggang teplon sudah siap tersaji sekarang.
"Selamat pagi Juna!"
Juna kecil melirik kearah lain, terlihat kakaknya memapah seorang gadis yang hanya terbalut kemeja putih kebesaran milik kakaknya, Kenzo.
"Dia siapana kakak?" Tanya Juna penasaran dengan sosok Febee disamping kakaknya.
Kenzo mendudukan Febee disalah satu kursi, dirinya lalu menatap Juna tersenyum hangat. "Dia teman-"
"Hi adik, aku pacar kakak mu. Kenzo kakakmu kan?" Febee lebih dulu menyela kalimat Kenzo. Ia tahu kekasihnya itu akan menyebut dirinya hanya sekedar teman.
"Pacar?" Kernyit Juna yang tidak mengerti kata pacar.
"Iya, calon istri!" Jelas Febee.
Juna membola matanya melirik sang kakak. "Kak Lilan mau nikah?" Tanya Juna.
"Lilan?" Sekarang Febee yang mengerutkan dahinya bingung.
Kenzo tak menatap keduanya. Ia sibuk mengoles roti untuk kedua orang di meja ini. Roti panggang bagiannya tadi yang dibuatkan sang adik diberikan pada Febee dengan selai strauberry, sedangkan dirinya hanya roti biasa dengan selai coklat nutella.
"Kamu mau kakak olesi selai coklat Juna?" Tawar Kenzo.