Dini hari Adaline_Masyayel tak dapat tidur, Adaline masih berada di kamar sang paman. Merenung, memikirkan, melamun, melayangkan harap-harap jingga dan kecemasan yang begitu hebat. Entahlah apalagi kata yang pantas dia utarakan untuk menggambarkan suasana hati galaunya. Keadaan yang gamang membayangi otak sang putri cantik selalu. Ingin berkata tidak tapi dipaksa mengatakan iya, bagaimana pun alasannya tetap tak mampu menolak karena ini adalah sebuah perintah.
Mungkin ini memang takdir sang putri.
Bayangan saat bersamanya ketika suasana indah, dan kasih sayangnya saat kemarin-kemarin itu. Sungguh melekat dengan kuat dalam ingatan sehingga menyemburkan air bening terus-menerus dari netra.
"Aku masih belum bisa move on dari kenangan indah saat syahdu berdua bersama dirinya, belum lagi Abraham yang turut serta menyatakan cintanya, kini calon mertuaku yang mengharapkan diriku? Astaga!" Adaline semakin terisak.