Tải xuống ứng dụng
8.76% BUKAN KUPU-KUPU MALAM / Chapter 17: KEHAMILAN KARTIKA

Chương 17: KEHAMILAN KARTIKA

Sudah beberapa minggu berlalu sejak kejadian yang tidak menyenangan di rumah Sania. Kartika pun sudah mulai kembali terbiasa dengan pekerjaannya.

Ia mulai dekat dengan gadis lain yang senasib dengannya. Terkadang ia pun tidur di kamar Sundari.Dan, pagi itu Kartika merasa perutnya begitu mual dan ia pun merasa sangat pusing. Saat ia baru saja keluar dari kamar ia mencium bau parfum milik Sundari dan tanpa dapat ditahan ia langsung berlari ke kamar mandi.

Hoeek...hoeek

"Kartika kamu sakit? Masuk angin ya?" kata Sundari dengan cemas.

"Nggak tau, Bu. Tapi, dari kemarin kepala rasanya sakit sekali, Bu. Akhir-akhir ini juga rasanya kok lemes gitu, Bu."

Sebagai seorang wanita dewasa yang berpengalaman, terlebih pekerjaannya mengurus gadis penjaja cinta Sundari pun merasa ada yang sudah terjadi pada diri Kartika.

"Kartika, apakah kau sudah datang bulan?" tanya Sundari hati-hati.

Kartika tersentak, ia ingat ketika ia berada di rumah Sania dia sedang dalam kondisi masa subur. Dan, waktu itu ia tidak meminum pil seperti yang biasa ia lakukan karena memang ia tidak menyangka sama sekali Mami Sania akan menjebaknya. Dan seharusnya ia sudah berhalangan sejak dua minggu yang lalu. Apakah ia hamil?

"Se-seharusnya sudah sejak dua minggu yang lalu, Bu. Tapi, kenapa belum ya?"

Kartika sangat ketakutan, jujur ia begitu takut jika dia sampai hamil, dia tidak tau siapa ayah dari bayi yang ada dalam kandungannya.

"Kita ke dokter saja ya, Kartika."

"Takut, Bu," kata Kartika mulia cemas dan menangis.

"Kenapa takut? Ada Ibu."

"Ka-kalau hamil bagaimana,Bu? Tika malu, Bu kalau sampai orang tau kalau Tika hamil nggak ada suami."

Sundari menghela napas panjang dan mengembuskannya. Kemudian ia pun beranjak ke kamarnya.

Tak lama kemudian, Sundari keluar dari kamarnya dengan beberapa bungkus tespack. Ya, Sundari memang selalu sedia pengaman dan testpack.

"Kamu , cobain satu-satu, ya. Kadang kalau hanya satu suka nggak akurat."

Kartika pun meraih tespack yang diberikan oleh Sundari. kemudian ia berjalan perlahan ke kamar mandi. Dan, tangisan Kartika pun meledak saat melihat hasilnya. 5 dari 6 tespack yang diberikan Sundar menunjukkan garis dua yang artinya dia positif hamil.

Sundari yang melihat hasilnya langsung membawa gadis belia itu ke dalam pelukannya. Usia Kartika baru 16 tahun, dan dia harus mengalami cobaan yang begitu berat seperti ini. Sundari pun ikut menangis bersama Kartika.

"Saya nggak mau bayi ini, Bu. Pada siapa saya harus datang meminta pertanggungjawaban? Saya nggak tau ini anak siapa, Bu!" seru Kartika di sela isak tangisnya.

"Sabar ya, Kartika . Sudah kaya gini, sudah kejadian. Kita nggak bisa apa-apa, Neng selain ikhlas menjalani."

"Saya rasanya mau mati saja, Bu!"

"Sudah, sudah. Kita akan mencari jalan keluarnya sama-sama, ya sayang. "

"Ki-kita gugurkan saja, Bu. Saya nggak sanggup menahan aib seperti ini, Bu."

Namun,tiba-tiba saja ia ingat pada nasibnya. Bagaimana sang ibu sudah memperlakukan dirinya, apakah dia akan menjadi seperti ibunya? Jika ia membenci bayi tak berdosa yang sedang tumbuh dalam kandungannya ini, apa bedanya ia dengan Sulastri.

Sundari menatap Kartika penuh rasa iba.

"Nanti malam kita bicarakan ini lagi. Sekarang, kamu istirahat saja dulu di kamar ibu. Minum teh panas dulu ya, buat kurangi mual."

"Iya, Bu."

Sundari pun segera membuatkan teh hangat untuk Kartika dan membiarkan gadis itu beristirahat.

Setelah itu, ia pun langsung meminta beberapa anak buahnya mengantarkan ke rumah Sania.

Setiba di rumah Sania, Sundari langsung menemui Sania yang sedang berada di ruangan kerjanya.

"Loh, tumben kemari pagi begini? Apa ada kejadian di mess?" tanya Sania.

"Kartika hamil."

"Apa?!"

"Kartika, dia hamil, Mbak. Dan, aku rasa dia hamil akibat melayani tamumu beberapa minggu yang lalu. Kau pasti tidak menyuruhnya minum pil KB atau memberi tamu-tamu pengaman."

Sania terdiam, ia ingat memang pada hari itu sengaja ingin membuat Kartika menurut kepadanya dan tidak berbuat macam-macam. Apa lagi sampai pergi. Saat ini Kartika adalah tambang rupiah baginya.

"Kau tau apa yang harus kau lakukan, gugurkan kandungannya. Bawa dia ke tempat biasa. Setelah itu, biarkan dia beristirahat dulu sampai bisa kembali bekerja."

Sundari hanya menghela napas panjang.

"Baiklah kalau begitu, siang ini juga aku akan membawa Kartika."

**

Dan, siang itu Sundari membawa Kartika ke sebuah klinik praktek dokter kandungan. Ia sudah biasa membawa anak-anak yang hendak menggugurkan kandungannya ke sana.

"Mau dikeluarkan lagi?"

"Tolonglah, dokter. Berapapun juga saya akan bayar,seperti biasanya," kata Sundari.

Dokter pria yang masih muda dan tampan itu hanya menghela napas.

"Ya sudah, seperti biasanya."

"Iya, lakukan sajalah dok," ujar Sundari.

Dokter itu memberi Kartika dua butir kapsul yang langsung ia minum. Setelah menunggu kurang lebih satu jam, Kartika merasa perutnya bagaikan diaduk-aduk. Terasa sakit dan mulas.

Barulah setelah itu dokter menyuruhnya berbaring dan memasukkan alat ke dalam tubuh inti Kartika. Dan, tak lama Kartika bisa melihat gumpalan-gumpalan darah yang keluar dari rahimnya.

Perlahan, air mata Kartika pun jatuh menetes di pipi nya. Ia merasa begitu berdosa dan kejam. Sundari yang sejak awal mendampinginya hanya bisa menggenggam tangan Kartika.

"Sabar, ya."

Setelah semuanya selesai, dokter memberikan beberapa obat untuk Kartika minum nanti. Dan mereka pun segera meninggalkan klinik dokter tersebut setelah memberikan sejumlah uang tentunya.

"Saya merasa amat berdosa, Bu. Janin itu sebenarnya tidak bersalah sama selain tapi saya dengan tega menyingkirkannya."

Sundari mengelus bahu Kartika dan memeluk gadis itu dengan hangat.

"Bersabar saja, Nak. Badai pasti akan berlalu."

Kartika hanya diam dan mengangguk. Sesampainya di mess, Sundari meminta Kartika untuk tidur di kamarnya sementara, karena ia akan merawat Kartika sendiri.

"Kau jangan bekerja dulu, ya. Sampai sebulan, baru kau bisa melayani tamu lagi di ranjang. Sementara itu, nanti aku hanya akan memberi tamu yang hanya ingin ditemani nyanyi atau minum saja," kata Sundari.

"Iya, Bu."

**

Dan setelah satu bulan berlalu, malam itu Kartika kembali mendapatkan tamu untuk ia layani.

Namanya Rivan, dan usianya baru 26 tahun. Dia seorang pemuda kaya raya yang memang suka bermain dengan wanita.

Sudah lama ia mengincar Kartika, karena memang gadis itu adalah gadis paling cantik dan paling mahal. Rivan tentu saja sangat ingin mencicipi tubuh Kartika.

Ia sengaja menyewa kamar hotel yang mahal untuk bersenang-senang malam itu.

Dan penampilan Kartika malam itu sungguh membuatnya makin bernapsu dan tak tahan lagi untuk menikmati tubuh Kartika.

Saat mereka tiba di kamar hotel, Rivan segera membawa Kartika ke ranjang.

"Kamu cantik, dan aku sudah lama sekali mengincar dirimu. Tapi, kata Mami sebulan kemarin kau tidak bisa diajak untuk bersenang-senang."

"Sekarang aku ada di sini, kan. Kau bisa menikmati tubuhku sekarang," kata Kartika sambil melepaskan gaunnya sehingga hanya tinggal tersisa pakaian dalam saja.

Melihat hal itu, Rivan tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia pun segera menerjang tubuh Kartika. Dan, untuk pertama kalinya, Kartika merasa begitu menikmati setiap kecupan ditubuhnya.

Gadis cantik itu melengguh dengan pasrah dan rasa nikmat. Hingga akhirnya mereka pun tiba dipuncaknya dengan napas tersengal-sengal.

"Kau luar biasa, Kartika. Pantas saja hargamu mahal," kata Rivan dengan puas. Kartika hanya tersenyum, entah mengapa ia merasakan debaran yang begitu kuat di dadanya saat menatap Rivan. Apakah ia jatuh cinta?

Kartika hanya menghela napas panjang dan buru-buru menghilangkan pikiran itu. Ia sadar diri bahwa dirinya sekarang hanyalah pemuas hawa napsu belaka.


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C17
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập