Di halaman belakang. Kini Niken Sudah berhasil keluar dari sana, dengan bantuan Sinta akhirnya Niken bisa menjauh dari rumah besar itu.
"Sinta, aku janji aku tidak akan pernah melupakan kamu, aku janji nanti aku akan menjemput kamu dan kita akan hidup bahagia bersama di luar sana!" Niken mengusap air matanya.
Sambil sesekali Nia mengelus perut ratanya.
Sejujurnya ia berat untuk meninggalkan sosok lelaki yang menjadi ayah untuk anaknya ini, karena di dalam hati Niken sudah terdapat benih cinta untuk sang suami.
Tapi, kenyataan yang menyakitkan malah terungkap, semuanya seperti mimpi, adik kesayangannya telah tewas di tangan sang suami.
Niken sempat berpikir jika ini hanya mimpi, namun, ternyata ini salah.
Entah apa yang di lakukan oleh Sinta, hingga membuat semua pengawal di sana tidak ada.
Pagi hari.
"Semoga ini akan berhasil, semoga semuanya tidak akan curiga, dan semoga Tuan Tidka tau!" Sinta sibuk di dapur.
Sinta sudah sibuk dengan secangkir teh panas dan juga kue kering.