Kalau saja sedari awal manusia bisa memilih pasangannya maka tanpa ragu tentu semuanya malas menatap yang lainnya. Sayang sekali karena manusia ini dan itu tak bisa menatap pasangan mereka masing-masing, tentunya yang ada di depan mata hanya sosok yang 'dianggap' tepat untuk kita.
Beberapa orang tua berpikir bahwa sebetulnya kita mungkin cocok jika menikah dengan sosok yang senasib. Bukan, sepertinya kosakata senasib sama sekali tak cocok. Yang benar adalah ... segaris, sama-sama berasal dari keturunan darah biru.
"Memikirkannya saja membuatku mual," kekehku yang tak akan mungkin bisa didengar oleh kak Jae.
Akan tetapi jika sedari dulu terus saja menggunakan prinsip itu, bagaimana bisa manusia di bumi ini berkembang? Yamg ada kita akan berhenti pada porosnya saja. Maka dari itu tercetuslah sifat asli manusia yakni saling membantah leluhurnya.