"Cie ... capek banget ya nak?" tanya Joo namun dengan kekehan geli tentunya.
"Banget, Dad, masak Jae nggak bisa? Padahal biasanya kan aku minta dia yang ngajarin nggak mau bikin beban mom tambah soalnya," ucapku menjelaskan.
Ucapan itu berhasil membuatku dan Joo sepenuhnya jadi saling tatap. Aku benar-benar baru tahu alasannya, tapi bibirnya sudah lebih dulu mengembang dengan sempurna.
"Ah ... jadi gitu ya, Nak? Tapi kenapa Mom merasa tidak, sih?" kekehku di akhir kalimat.
Setelahnya Jae menutup mulutnya sendiri, menimbulkan gelak tawa di antara ketiganya. Joo tersenyum melihat kedekatanku dan Jae meski. Terlepas dari fakta bahwa kami memang sering bertengkar tapi nggak bisa dielakkan juga kalau lebih banyak tertawa. Aku nggak masalah apa-apa, asalkan Jae saat ini sungguh-sungguh ingin menjadi anak baik maka kami akan siap sedia membantu entah dalam hal apapun itu.