Tải xuống ứng dụng
17.36% Twinkle Love / Chapter 33: Bab 33 Pertama dan Kedua

Chương 33: Bab 33 Pertama dan Kedua

"Alira pokoknya harus cerita sama gue!"

Baru saja Alira sampai di dalam kelas, Gea sudah mengajukan banyak pertanyaan yang membuat Alira pusing.

"PR matematika udah lo kerjain belum?" tanya Alira saat dirinya duduk di atas bangku.

"Udah. Tadi gue nyontek punya Kirana," jawab Gea secepat kilat.

"Lo nggak punya alasan lagi buat mengalihkan pembicaraan. Ceritakan semuanya sama gue sekarang!"

Alira menghela napas panjang. Cerita apa yang Gea maksud? Bagaimana bisa Alira menjawab jika ia sendiri tidak tau cerita apa yang diinginkan Gea?

"Lo mau gue cerita soal apa?"

"Soal kejadian kemarin," jawab Gea. "Lo kencan sama Alingga? Di rumah lo? Seriusan? Sejak kapan lo ngebolehin cowok masuk rumah lo?"

"Satu-satu Ge tanyanya," kata Alira pelan.

"Ish! Iya-iya. Jadi gimana? Lo beneran kencan sama Alingga?"

Alira menggeleng. "Nggak sengaja ketemu di cafe. Terus dia nawarin gue buat pulang bareng."

"Kencan dong namanya!" seru Gea heboh.

"Kencan apaan coba? Yang namanya kencan itu kalo dua-duanya saling suka. Kalo gue sama Alingga, kan, enggak," elak Alira merasa tidak terima dituduh kencan dengan Alingga.

"Tapi lo berdua pulang bareng. Terus Alingga juga mampir ke rumah lo. Sejarah banget dong seorang Alira memperbolehkan laki-laki masuk ke rumahnya," papar Gea masih kekeh dengan pendapatnya.

Memang benar jika Alira jarang membawa pulang teman laki-laki ke rumahnya. Alira selalu menolak setiap kali ada teman laki-laki di sekolahnya yang ingin mengantarnya pulang. Salah satunya adalah Leo.

"Kemarin hujan, Ge. Terus Mama lagi di rumah dan ngelihat ada Alingga yang habis nganterin gue pulang. Mama yang nyuruh Alingga mampir ke rumah. Katanya nggak baik kalo pulang pas lagi hujan deras," Alira menjelaskan sejelas-jelasnya pada Gea.

"Beneran bukan lo yang nawarin?" tanya Gea penuh selidik.

"Iya bener," jawab Alira penuh keyakinan.

"Yahh! Gue kira lo berdua beneran kencan. Udah bahagia banget gue denger lo pulang sama Alingga tau," kata Gea tampak kecewa.

"Kenapa jadi lo yang seneng?" heran Alira.

"Seneng lah. Ya kali gue nggak seneng denger temen gue pacaran," jawab Gea.

Alira menggelengkan kepalanya. "Gimana ceritanya gue bisa pacaran sama Alingga? Nggak ada dalam kamus hidup gue kalau gue bakal punya pacar modelan kayak dia."

"Ih Alira mah aneh. Masa cowok seganteng Alingga lo tolak. Sayang banget lah, Al" Gea merasa heran dengan cara berpikir Alira.

"Bukannya nolak. Cuma bagi gue, Alingga itu ya sebatas temen berantem aja. Gue sama dia sering adu mulut nggak jelas, Ge. Sama sekali nggak ada celah buat ada rasa lebih di antara gue sama Alingga," tutur Alira memberi penjelasan lebih.

"Sebenarnya ada. Tapi lo yang nggak sadar."

Alira menoleh ke arah Gea. Kedua alisnya saling bertautan satu sama lain. Bingung sekaligus belum mengerti dengan ucapan Gea.

"Lo pernah denger kalo Alingga itu belum bisa move on sama masa lalunya?" tanya Gea terdengar serius.

"Nggak banyak yang tau soal itu. Gue juga nggak sengaja tau dari Oscar."

"Alingga pernah pacaran?" rasa penasaran yang tiba-tiba muncul membuat Alira bertanya.

"Kata Oscar, cewek itu bukan pacarnya Alingga. Tapi mereka berdua itu deket banget. Udah temenan dari kecil," jawab Gea yang kini sudah beralih berhadapan dengan Alira.

"Terus? Sekarang cewek itu ada dimana?" Alira kembali bertanya.

"Pergi jauh."

"Meninggal?"

"Bukan?"

"Terus pergi kemana?"

Gea lagi-lagi menggeleng. "Jangan tanya ke gue. Alingga aja nggak tau cewek itu ada dimana?"

Kok bisa Alingga tidak tau? Sebagai teman dekatnya, Alira pikir jika perempuan itu ingin pergi dalam waktu yang lama, paling tidak memberikan kabar pada Alingga.

"Kayak tiba-tiba ngilang gitu, Al. Itu cewek, kan, di sini nggak sama orangtuanya. Jadi banyak konspirasi yang mengatakan kalo cewek itu pergi ke rumah orangtuanya," Gea menceritakan apa yang ia dengar dari Oscar.

Alira mengangguk paham. Mungkin ada satu hal yang membuat perempuan itu tidak mau memberitahu pada Alingga kemana sebenarnya ia pergi.

"Terus?"

"Terus apanya?"

"Kenapa lo cerita ini ke gue?"

"Oohh," Gea memasukkan permen cokelat ke dalam mulutnya sebelum melanjutkan cerita.

"Alingga yang sekarang kita lihat itu lagi pake topeng. Dia sebenarnya nggak sebahagia yang kita lihat, Al"

"Alingga baik ke cewek, murah senyum ke mereka-mereka tapi padahal hatinya lagi nangis. Alingga kangen sama cewek yang dulu jadi temen masa kecilnya dia."

Gea mulai bercerita lebih detail pada Alira. Mumpung masih ada waktu sebelum bel pelajaran dimulai.

"Alasan Alingga belum pacaran sampai detik ini, salah satunya karena dia masih berharap cewek itu kembali. Makanya Alingga sering nolak pas ada yang bilang suka ke dia."

"Tapi kalau sekedar nawarin pulang bareng, bukan berarti Alingga suka sama gue, kan?" tanya Alira.

"Alingga nggak pernah ngebolehin siapa pun berada di jok motornya. Terlebih cewek," kata Gea.

Sungguh? Alira belum pernah dengar soal ini. Yang ia tau, Alingga memang terlihat ramah di depan teman-temannya. Banyak penggemar Alingga yang sering memberikan Alingga hadiah. Termasuk teman-temannya di sekolah.

Beberapa kali Alira mendengar jika Alingga baru saja menolak perasaan perempuan yang menyukainya. Tapi Alira pikir hal itu terjadi karena memang Alingga tidak menyukai perempuan tadi.

"Mungkin lo nggak sadar. Tapi gue yang udah tiap hari ketemu Oscar sama Denis, tanpa sengaja gue ikut denger apa yang lagi mereka omongin."

"Semalam mereka berdua heboh ngomongin Alingga yang nganterin lo pulang. Awalnya gue bingung kenapa mereka seheboh itu. Terus karena gue penasaran, gue tanya lah ke Oscar," tutur Gea menjelaskan informasi yang ia dapatkan semalam.

Ucapan Gea semakin bisa dipercaya karena sumbernya dari teman dekat Alingga.

Wajar saja jika Gea tau banyak hal karena Gea berpacaran dengan Oscar yang notabenenya adalah orang terdekat Alingga di sekolah.

"Beruntung banget tau, Al. Lo bisa ngerasain dibonceng sama cogan semacam Alingga," kata Gea.

"Biasa aja. Nggak beda jauh kayak dibonceng sama bapak ojol," sahut Alira enteng.

"Gilak lo ya. Masa Alingga disamakan sama driver ojol," Gea nampak keberatan dengan pendapat Alira.

"Ya, kan, sama-sama ngeboncengin gue. Pas lagi boceng juga mata gue enggak jelalatan kemana-mana."

"Harusnya lo bisa menikmati ketampanan Alingga dari balik spion tau, Al. Kayak yang ada di film film gitu."

Dasar Gea. Korban sinetron. Apa-apa dibuat halu. Dikit-dikit baper.

"Mending lo ke sekolah bareng Alingga aja, Al. Ngirit duit terus juga bisa cuci mata tiap hari."

"Ogah!" tolak Alira. "Emang Alingga siapanya gue? Orang kita musuhan kok ke sekolah bareng."

"Biar jadi yang kedua kalinya, Al"

"Apanya?"

"Lo boncengan sama Alingga," jawab Gea. "Kalo yang pertama itu karena nggak sengaja, yang kedua bisa jadi karena cinta!"

Alira melongo di tempat. Sempat tidak setuju dengan ucapan Gea. Namun beberapa detik setelahnya Alira teringat akan satu hal.

"Tapi Ge, yang kemarin gue pulang bareng sama Alingga itu …" Alira menjeda ucapannya.

Gea masih mendengar ucapan Alira. Namun kedua tangannya masih fokus mengetikkan balasan pesan untuk kekasihnya.

"Bukan pertama kali gue dibonceng sama Alingga."

***

22112021 (11.39 WIB)


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C33
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập