Tải xuống ứng dụng
3.65% It’ Precious / Chapter 8: Masih Harus Berbagi

Chương 8: Masih Harus Berbagi

Lisya kembali dari ruang keluarga setelah dia mengajak bicara Mama. Perasaanya masih belum menentu. Tadi apa yang dikatakan oleh Bundanya tadi menurutnya membuatnya sedikit emosi. Lisya sebenarnya hanya ingin agar dia bisa berlibur tanpa kehadiran Vanka.

Tapi iya, dia tau kalau Mama beranggapan jika masalah tidak harus dibuat-buat besar lagi. Bagi Lisya menunggu adalah jawaban yang Mama berikan. Dan dia pun harus satu suara dengan Mama. Padahal Lisya masih mengharap jika benar kalau suatu waktu Mama dan Papa akan ajak Vanka bicara.

Apa boleh buat, kalau Vanka juga sudah menjadi bagian dari keluarga ini. Meskipun Vanka tidaklah terlalu dekat dengan banyak saudara lainnya. Tapi memang berat bagi Lisya karena dia tau kalau semuanya memilih agar Vanka tidak diikutkan dalam masalah antara Vanka dengan dirinya.

Yang bagi Lisya berat adalah karena dia ingin Vanka tau yang sebenarnya tentang keberadaan dia di keluarga ini. Dan mungkin dari sana Vanka bisa mengambil jalan yang bijak dari apa yang dia sudah tau.

Tapi mungkin karena Vanka masih belum cukup umur untuk bisa mengambil jalan itu, Lisya pun harus menunggu waktu yang tepat supaya semuanya bisa diselesaikan.

Karena Lisya kembali merasa sendiri saja, dirinya pun pergi dari kamarnya menuju ke kamar adiknya, Syika. Mengharap jika Syika bisa menghiburnya sekarang karena yang dia butuhkan adalah seseorang yang paling dekat dengannya. Siapa lagi jika bukan Syika.

Diketuknya sebuah pintu kamar yang tertutup itu, tidak bisa diketahui apa yang dilakukan pemiliknya di dalam kamar itu. Tapi sepertinya seorang di dalam kamar itu tidak sedang tidur, karena Syika membuka pintu kamarnya setelah Lisya lebih mengetuk keras dalam dua kali percobaan.

Akhirnya adiknya itu nongol dari dalam kamarnya, membuka pintu dan bertanya ke Kakaknya apakah kakaknya itu ingin ikut serta ke dalam kamarnya,

"Hai Kak Lisya, apa kamu malam ini mau sekamar denganku? Kalau iya, masuk saja. Aku sedang sibuk dengan membersihkan kamarku, ingat kan sekarang akan pergantian tahun. Dan ada yang harus kubersihkan dari meja belajar sampai dengan meja dandan di kamarku," Syika mengajak kakaknya itu untuk masuk ke dalam kamarnya.

Yang dilihat Lisya saat itu adalah ruangan kamar yang tampak terlihat rapih di bagian meja belajar dengan beberapa kardus kotak box yang berisi beberapa barang yang akan Syika buang sepertinya. Dan meja dandannya yang terlihat masih berceceran barang.

Karena Syika masih memilah mana yang akan dipakainya dan juga dibersihkan olehnya.

"Boleh aku masuk, Syika? Aku mungkin bisa membantumu sedikit untuk membersihkan kamar kamu" tanya Lisya.

"Boleh saja kak," kata Syika dan akhirnya kakaknya itu masuk ke dalam kamarnya saat itu. Karena Syika lupa menyalakan Ac kamarnya karena dia sibuk membersihkan kamarnya saat itu, dia pun menyalakannya sehingga kamar pun menjadi terasa dingin dan sejuk.

Syika saat itu melanjutkan memilah mana barang-barang di meja dandannya yang sekiranya tidak dia perlukan, serambi mengoceh sendiri berkata mengenai apakah barangnya itu masih disukainya atau tidak untuk disimpan.

Melihat itu, Lisya pun membantu dengan mengangkat beberapa box yang dia tau itu berisi barang rongsokan untuk dia taruh di pojok sudut kamar yang dekat dengan tempat sampah bersih.

"Terimakasih, kak Lisya. Sudah mau mengangkat box yang itu ke tempat yang sewajarnya. Jadi, kenapa kak? Kok kamu mau main ke kamarku?" Syika bertanya ada apa gerangan Kakaknya itu bermain ke kamarnya.

"Kak Lisya tuh lagi BM aja dek. Jadi Kak Lisya milih jangan ada sendirian aja pas lagi BM aja. Kan kamu tau Kak Lisya itu kalau sudah nangis sendiri susah bisa kontrol biar jadi normal lagi. Jadi aku ke kamarmu aja deh, dek," kata Kak Lisya yang mengatakan bagaimana keadaannya yang membuatnya jadi pergi ke kamar Syika.

"Oalah, kak. Jadi apa yang buat Kak Lisya jadi BM gitu? Gara-gara Vanka lagi nih, kak?" tanya Syika. Saat itu dia merasa cukup Lelah dengan acara bersih-bersih kamarnya itu. Karenanya dia akhirnya menaruh badannya duduk di atas kasurnya yang Kak Lisya sedang menaruh badannya juga di atas sana.

Mereka berbagi ruang di kasur kamar Syika. Dengan obrolan yang juga akan dimulai antara keduanya.

"Dek, kan kamu tau tadi Papa ajak kita semua liburan. Kakak tuh lagi mikir aja, kok Mama sama Papa lebih milih liburan daripada ajak Vanka bicara tentang masalah dia dan juga Kak Lisya. Jadi Kak Lisya tuh jujur aja, nggak mau mereka semua masih anggap Vanka di keluarga ini. Apa Kak Lisya salah dek?" tanya Lisya yang berbicara kenapa dia jadi BM malam ini.

Syika mendengar itu, dia pun yang adalah salah satu keluarga yang juga diikutsertakan oleh masalah antara Lisya dan Vanka karena dia adalah saudara kandung mereka berdua ini, memberikan jawaban yang apa adanya ke Kakaknya. Yang bisa membuat Kakaknya tenang juga.

"Kak, hidup kamu tuh bukan juga sekedar punya masalah sama Vanka aja kak. Jadi, kalau Mama sama Papa lebih memilih untuk nggak ajak Vanka bicara tentang masalah yang ada. Itu nggak apa-apa kak. Soalnya kita nggak buat keributan. Apalagi itu kan juga karena Kakak. Kata Syika, Mama sama Papa mau ajak bicara kalau sudah konfirmasi sama Kak Lisya juga. Jadi nggak ujug-ujug gitu," penjelasan Syika ke Kak Lisya dimengerti olehnya.

Lisya lupa juga kalau pihak keluarga mau ajak bicara dengan Vanka, maka dia juga pastinya akan diikutsertakan pula. Dan sebelumnya pasti Lisya akan ditanya keikutsertaannya lebih lanjut jika benar akan klarifikasi ke Vanka.

Lisya menghela nafas karena apa yang dibicarakan oleh Adeknya, Syika itu ada benarnya.

Dan dia pun menjelaskan perasaannya yang tersisa di relung hatinya ke Syika saat ini. Karena dia ada alasan untuk pergi ke kamar Syika. Dia tidak mau memberatkan dengan tidak bercerita apa yang dirasakannya.

"Benar juga apa kata kamu, Syika. Kakak tau kalau hidup kakak nggak sekedar punya masalah sama Vanka. Tapi kamu tau nggak perasaan aku kalau kakak serasa diberi pengharapan. Sebelumnya Mama sudah kasih kode keras kalau mau kasih tau Vanka tentang keberadaannya. Dan kakak kira Mama mau bicara jujur ke Vanka cepat-cepat. Menurut kakak, itu sama kayak ada yang mau nyicil harapan ke Kak Lisya," kata Lisya yang merasa dirinya hanya diberi kenyataan yang menggantung. Sejak Mama memutuskan agar mereka melakukan hal disengaja agar Vanka bisa mengerti sedikit rahasia yang ada tentangnya.

"Syika tau itu memang nyebelin Kak Lisya. Kalau Syika kasih komentar tentang apa yang sudah Mama putuskan sedikit kalau Mama dan kita berdua sengaja beri kabar buruk ke Vanka. Itu karena Mama nggak mau nantinya malah Vanka yang syok nanti kalau malah tau pas sudah besar kak. Jadi Mama sengaja kasih tau di umurnya yang nggak juga matang. Mama seperti mau, Vanka nanti bisa selesaikan kalau benar dia sudah dewasa. Dan Kak Lisya juga kak. Mama nunggu waktu yang pas," jelas Syika dimana dia menatap kakaknya yang berwajah muram tapi dilain hal dia berusaha tabah juga.

"Dek, kalau apa kata kamu ada benarnya. Jadi Kak Lisya harus bersabar sampai semua sudah matang umur dulu, baru kita bisa selesain semuanya? Memang lama sih, dek. Buat Kakak aja, punya masalah kayak gini tuh kayak kerasa nguras tenaga kakak. Karena kamu bilang kayak gitu, Kakak ngira lebih baik ada benarnya kalau Kakak nggak usah mikirin lagi Vanka dan gimana semuanya mau ajak Vanka selesain masalah ini. Memang berat buat Kak Lisya," ujar Lisya saat itu dia mulai mengusap mukanya saat itu, berharap jika dia tidak lagi sibuk dengan apa yang sudah Mama juga ambil tindakan. Karena itu tidak akan menyelesaikan perasaannya yang masih gamang.

"Iya, Kak Lisya. Ada nilai positifnya kalau Kak Lisya nggak lagi mikirin semuanya yang bikin perasaan jadi berat. Kata Syika, Kak Lisya bisa lebih baik buat kedepannya. Banyak hal bahagia lainnya yang bisa dilakuin selain mikirin Vanka kak. Pasti Kak Lisya bisa. Aku yakin," kata Syika beri semangat ke Kakaknya yang kemudian dia memeluk Kakaknya itu dari samping. Lisya pun sama-sama membalas pelukan adiknya itu.

Dia tersenyum, masih terlihat ada beban di hatinya. Tapi dia tau Mama dan Syika adalah dua teman terdekatnya yang paling mengerti dirinya. Dia merasa membaik mengingat itu semuanya. Baginya tidak mungkin Vanka akan mendapat pengertian lebih dari dua orang terdekatnya ini.

Tapi bagaimanapun, dia masih harus berbagi dengan Vanka. Bagaimanapun dia jugalah adik kandungnya. Walaupun sebenarnya Vanka hadir di tengah-tengah keluarga yang dia sayangi karena sebenarnya Lisya lah yang sebenarnya membuat keluarganya mengharuskan ada Vanka di dalamnya.

Dan ternyata, keluarganya malah ingin menutupi semuanya dari Vanka. Karena sebenarnya mereka hanya tidak ingin Vanka akan tau apa saja kesalahan yang ada di keluarganya selama ini. Begitu pula dengan kesalahan Lisya.

*****

Malam hari ini Vanka selalu keluar dari dalam kamarnya untuk menghampiri pantry dan mengambil beberapa makanan yang ada di sana.

Karena dia selalu saja membutuhkan asupan makan di waktu malam hari seperti ini. Saat dia keluar dari dalam kamarnya, yang dilhatnya adalah kamar Kak Lisya yang terbuka lebar.

Dia mengira saja jika Kakak tertuanya itu sedang ada di tempat lain. Dan tebakannya selalu benar jika Kakaknya selalu ada di dalam kamar Kak Syika.

Karena dia tau jika Kak Lisya ada di dalam kamar Kakak lainya itu, dia merasa ingin saja berkumpul bersama dengan mereka. Tapi setelah dia tau kabar tentangnya secara disengaja oleh orang terdekatnya, dia mengurunginya.

Dengan masih bertanya-tanya ada apa kedua kakaknya itu berada di satu kamar, Vanka pun masih memberanikan dirinya menuju ke lantai paling bawah dimana pantry berada di sana.

Yang ditau oleh Vanka adalah malam ini tidak ada makan malam, karena Papa sedang ada di luar dan mungkin masih pulang malam nantinya.

Dan biasanya kedua Kakaknya pun hanya makan di waktu pagi hingga sore saja. Mungkin saja setelah dia mengambil kudapan dia akan pergi ke kamar dimana kedua Kakaknya berada, menawarkan ke mereka makanan yang dibawanya nanti.

Dia hampir saja sampai di pantry, saat dia turun dari lantai dua menuju ke belokan ke arah kanan di mana pantry berada. Tapi Mama memanggilnya saat bertepatan matanya menangkap keberadaannya.

"Vanka, kamu mau ke pantry mengambil makanan? Sini dulu duduk di sini sama Mama," ajak Mama agar Vanka mau duduk di ruang santai menemani Mama.

TIdak bisa menolak, Vanka pun akhirnya memilih duduk di sofa yang berbeda dari dimana Mama berada. Dia menegang, merasa jika sudah ada Batasan antara dia dan Mama karena ucapan yang tidak sengaja dia dengar.

"Iya, Mah. Ada apa? Mama masih nungguin Papa pulang dari golf? Vanka mau ambil kudapan di pantry, Vanka cukup lapar. Tadi tidak ikut makan siang sama Mama dan Kakak-kakak," sapa Vanka ke Mama yang saat itu sedang membaca majalah wanita keluaran baru.

"Kamu gimana kabarnya natal ini? Mama agak nggak dekat sama kamu pas natal kemarin. Jadi, Mama sudah terima kado syal dari kamu. Bagus juga. Mama senang," kata Mama bicara sedikit agar bisa dekat lagi dengan anak bungsunya ini.

"Oh, Mama suka syalnya dari Vanka? Hem,, natal ini Vanka hanya merasa saja kalau Vanka sudah semakin besar. Dan Vanka juga nggak banyak berharap sama natal tahun ini," kata Vanka. Dia agak menangkup kebenaran jika dia ingin bertanya ke Mama masalah tentang apa yang didengarnya kemarin.

"Bagus kalau gitu kamu sudah tau kamu sudah semakin membesar. Jadi, Mama harap kamu bisa lebih dewasa Vanka. Khususnya Mama mau kamu agar bisa tidak lagi kekanak-kanakan. Dan bisa lebih mandiri," kata Mama saat itu membuat Vanka melebarkan matanya.

"Apa yang dimaksud Mama dengan kata 'bisa lebih mandiri' dan 'tidak kekanak-kanakan'? Apa Mama ingin Vanka yang mengurus semua hal yang dia dengar tanpa pemberitauan dari Mama lagi?" batin Vanka saat itu bergejolak.

"Kalau gitu, Ada sesuatu buat kamu Vanka. Mama, Papa sama kedua Kakakmu membelikanmu sesuatu dari malam natal kemarin kamu tidak ikut makan malam dan buka kado natal bersama. Kamu bisa ambil di laci yang ada di sana. Tepat di sebelah kanan bagian tengah. Setelahnya kamu bisa kembali ke pantry mengambil kudapan," kata Mama membuat fokus Vanka berubah kembali.

Dia kemudian berjalan mengambil kado itu, dan dia pun melihat kado itu dibungkus kertas bingkisan berukuran lumayan besar seperti paper bag yang ujungnya dilem tapi lebih tebal.

Setelahnya Vanka pun mengambilnya. Dia tidak lupa mengatakan terimakasih ke Mama. Mengurung ke pantry karena perasaan kalutnya dan kembali lagi ke lantai atas.

Apa kado natal Vanka kali ini?


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C8
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập