Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, pernikahan Kenzo dan Diva telah dilangsungkan pagi tadi, dan sekarang mereka berdua pun telah sah menjadi sepasang suami istri.
"Wah gila, bini lo cakep amat! dapat di mana lo yang kayak gini. Gue juga mau kali!" Akas, menepuk bahu Kenzo pelan, Kenzo menatap datar pada saudara sepupunya yang tak punya malu itu.
"Hai cantik, kenalin gue Akas. Nama lo siapa?" tanyanya sok akrab, Diva hanya menatap jabatan tangan itu tanpa menyentuhnya.
"Aku Diva, salam kenal!" Diva hanya melambai membuat Akas menarik uluran tangannya mengusap tengkuknya merasa malu.
Sedangkan Kenzo yang melihat itu pun hanya tersenyum tipis. "Ya udah, Ken. Gue ke sana dulu! gak enak gangguin pengantin baru!" ucapnya lantas pergi.
"Tuan, apakah masih lama? kakiku sangat pegal!" ucap Diva, sudah berjam-jam mereka berdiri membuatnya sangat lelah terlebih hak tinggi yang dia kenakan.
"Lebay!" ketus Kenzo, membuat Diva berdecak kesal. Ingin sekali dia melempar Kenzo dengan sepatu hak tinggi itu.
"Untung suami!" gumamnya pelan.
"Ngomong apa kamu!" Kenzo yang memiliki pendengaran tajam, tentu saja mendengar gumaman Diva, gadis itu menggeleng dengan senyum paksa.
Dasar nyebelin! batin Diva.
"Siapa yang nyebelin?" Diva tercengang, apakah lelaki itu bisa membaca pikirannya. Lagi-lagi Diva hanya menjawabnya dengan gelengan.
Emeli nampak sangat anggun dengan baju pestanya, dia menghampiri Kenzo juga Diva dengan wajah senang. "Ah, menantu mama!" Emeli lantas memeluk Diva erat dia merasa sangat bahagia karena Diva sudah sah menjadi menantunya.
"Mama, Diva capek!" Adu gadis itu manja, Kenzo meliriknya sinis. Pengadu! Kesalnya.
"Aduh anak mama capek ya! duduk sayang duduk aja. Lagian siapa sih yang nyuruh kamu berdiri terus!" Diva menatap ke arah Kenzo membuat lelaki itu sebagai tersangka.
"Kamu ya! gara-gara kamu menantu mama kecapekan. Kalau dia capek malam pertama kamu gagal, mau!" Emeli mengucapnya dengan frontal membuat Kenzo membuang muka dengan wajah merah sama seperti Diva. Emeli terkekeh kecil melihatnya.
"Sayang!" Emeli menoleh dan melihat
Caesar di belakangnya, wanita cantik itu hanya tertawa pelan entahlah dia sangat suka mengerjai anak dan menantunya.
Kaisar memeluk pinggang Emeli posesif tangannya menepuk singkat bahu putranya. Tatapan keduanya yang sama-sama tajam saling menatap.
"Selamat boy!" ucap Caesar, dia memberi pelukan kepada putranya. Sedangkan Kenzo hanya tersenyum tipis mendengarnya.
Dia akan sangat bahagia jika pernikahan ini dilakukan karena cinta, namun nyatanya dia terpaksa hanya untuk mendapatkan harta warisan.
"Udah malem, kalian ke kamar aja! biar tamu papa sama mama yang urus. Biar pelaminan kalian mama sama papa yang nepatin!" seloroh Emeli.
"Sayang!" kesal Kenzo.
"Udah sayang, ke kamar sekarang aja! cepet-cepet buatin mama cucu. Sekali harus langsung jadi oke!! Inget Ken, jangan paksain kalau Diva udah nggak sanggup ya udah!"
"Mama ngomong apa sih!" kesal Kenzo, ucapan Emeli yang sudah merambat kemana-mana membuatnya kesal, lagian siapa yang akan menyentuh Diva.
"Sayang, udah nggak usah gangguin anak kamu lagi, mending sekarang kita pergi." Caesar merangkul pinggang istrinya mengajaknya pergi.
Diva masih tetap duduk, dia melepas sepatu itu melihat kakinya yang merah, dia mengusapnya pelan dan mendesis.
"Ah, sakit banget!" ucapnya, Kenzo menatapnya kilas dia berdecak kesal menyusahkan! jika sudah begini maka ujung-ujungnya dialah yang akan di repot kan. Tanpa aba-aba Kenzo langsung menggendong tubuh Diva membuat gadis itu menjerit karena terkejut.
Pekikan Diva membuat beberapa tamu undangan menatap ke arah mereka, sorakan serta godaan mereka layangkan pada pengantin baru itu.
Kenzo tetap diam tatapannya datar menghunus ke arah mereka semua membuat mereka yang tadinya tertawa kini bungkam.
Emeli terkekeh melihat itu semua, sikap Kenzo sama persis dengan sifat suaminya. Emeli senyum-senyum sendiri melihatnya.
"Gemes banget sih sama mereka, tadinya aja malu-malu eh sekarang gercep banget. Kenzo sifatnya emang nggak jauh beda dari kamu, pa!" kekeh Emeli.
"Kamu kenapa sih, ma ngebet banget punya cucu? kasihan dong mereka tertekan sama permintaan kamu." Caesar menasehati istrinya, dia tau jika putranya tertekan akan apa yang diinginkan istrinya.
"Tertekan apa sih pa? kan wajar kalo mama minta cucu, semua orang tua juga biasa dong kalau minta cucu ke anaknya, lagian Kenzo juga udah menikah salah lagi kalau Kenzo belum nikah tapi mama ngebet dia punya anak! itu artinya mama nyesatin anak!"
Caesar menghela nafas panjang, susah memang jika harus menjelaskan hal ini ke istrinya. Pasti ada saja jawaban yang akan dia berikan.
"Terserah mama!" putusnya, percuma juga jika dia mendebat tetap Emeli lah yang menang. Benar bukan? wanita selalu benar dan wanita selalu menang!
*****
Kenzo menghempaskan tubuh Diva dengan kasar membuat gadis itu berdecak kesal, untung saja kasir itu empuk membuatnya tidak merasa sakit justru tubuhnya seolah terpental.
"Ish! nyebelin banget sih. Untung empuk kalau keras bisa patah tulang saya!" omel Diva.
Kenzo seolah tak perduli dia langsung masuk ke kamar mandi, sedangkan Diva perlahan gadis itu bangkit, berjalan tertatih untuk duduk di meja rias.
Dia harus segera membersihkan make up tebal ini sungguh merepotkan, dia memang cantik dengan make up ini tapi wajahnya terasa gatal. "Em, aku emang cantik banget sih! jangan pakai make up natural aja cantiknya ngalah-ngalahin artis Korea!" ucapnya bangga.
"Cuma orang jelek yang muji dirinya cantik! buru mandi, saya tidak ingin kasur saya terkontaminasi virus dari tubuh kamu ya!" Diva mengerjab pelan menatap Kenzo yang telanjang dada dengan hanya mengunakan handuk selutut.
"Apa lihat-lihat!" Pelototnya tajam, Diva langsung membuang muka dia yakin wajahnya sudah semerah kepiting rebus hanya karena dia terpaku pada perut kotak-kotak milik suaminya.
"Nggak papa, kan udah sah nggak dosa kok!" ucapnya lirih, Kenzo tersenyum tipis mendengarnya.
"Sayang, buruan mandi. Nggak mau ritual?" godanya, dia mengedipkan satu matanya membuat Diva segera berlari menuju kamar mandi. Tidak sadarkah dengan gaunnya yang panjang.
"Ih om-om pedofil!" teriaknya, wajah Kenzo langsung berubah kesal mendengarnya. Sialan! beraninya gadis itu mengatakan dirinya om-om pedofil.
Di kamar mandi Diva terus merutuki kesalahannya sekarang dia masuk kamar mandi dengan gaun besar ini. Dia segera melepasnya dan melempar gaun itu keluar membuat Kenzo yang ada di dalam terkejut.
Kenzo yang tengah asyik membuka laptopnya melihat laporan kerja terkejut saat tiba-tiba melihat gaun putih terbang, lebih tepatnya gaun yang Diva lempar.
Jantung lelaki itu berdegub kencang sangking terkejutnya, dia mengeram kesal. Dengan langkah kesal dia menggedor pintu kamar mandi.
"KAMU MAU NGERJAIN SAYA, DIVA!" teriak Kenzo kesal.